Jump to ratings and reviews
Rate this book

你不能再死一次

Rate this book
桃花盛開的時節瀰漫著血色,
相隔十四年的殺人棄屍案重現小鎮,

被丟在樹下的少女們長出滿樹的衣裙鞋襪,

這是她們最後一次的展覽……



那次的我,沒有好好活下來,

只能在被世界遺棄以前,自己長出自己。



李海燕回來桃林鎮了。

十四年前,她的好友丁小泉被裸身棄屍在她家的桃花樹下,因喪妻而終日醉酒的父親被指認為罪犯,隨後縊死獄中。李海燕從此成了殺人犯的女兒,她逃離故鄉,封印記憶,尋求新生。

十四年後,桃林鎮又有少女被棄屍於樹下,現場的陳列一一復刻了多年前的殺人案,是模仿犯罪?又或是凶手根本逍遙法外?

成為記者的李海燕彷彿受召喚回到桃林鎮,重逢了已成為刑警、丁小泉的初戀男友宋東年,他們懷著各自的理由,試圖找出真相,只是當記憶解封,過去的悲痛也隨之回歸。

  凶手預告:「七日之內,我將再來。」桃林鎮又有少女失蹤了,生命在倒數計時,在重疊的過去與現在之間……

  愛回來了,記憶回來了,所有的惡夢也都回來了。

320 pages, Paperback

Published June 10, 2022

3 people are currently reading
25 people want to read

About the author

陳雪

47 books14 followers
Chen Xue, born 1970, is a key figure in the development of a queer literature in Taiwan.

She graduated from the Chinese Department of National Central University in 1993.

Since 1995, she has produced 10 novels and short story collections. Her 2009 novel The Possessed was nominated for three Taiwanese literary prizes, and her 2004 work Child on the Bridge was published in 2011 in Japanese, with an English translation in preparation.

The short stories "In Search of the Lost Wings of Angels" (tr. Patricia Sieber; tr. Fran Martin) and "Dust" (tr. Howard Goldblatt) are available in English-language anthologies.

Her story "Butterfly"/《蝴蝶》, was made into a film by Hong Kong woman director, Yan Yan Mak, and won awards in Taiwan, 2004, and Hong Kong, 2005.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
4 (17%)
4 stars
11 (47%)
3 stars
7 (30%)
2 stars
1 (4%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 2 of 2 reviews
Profile Image for Chun.
20 reviews7 followers
May 4, 2024
作者在描寫犯人的心思、成長背景在全書都有許多鋪陳,敘事手法讓讀者從一開始就能跟著故事發展,推敲誰有可能是嫌疑犯,跟著作者循著一一冒出來的蛛絲馬跡推敲答案,令人欲罷不能。

但有很多線索出現的時機,似乎是為了出現而出現,太過生硬、牽強,讀起來有些許不自然。

本書的後面章節也有很大一部分,強調受害者、加害者家屬的情緒,描寫這些受傷的靈魂所需要揹負社會輿論的壓力,以及他們面對一切挑戰所需的勇氣,都很不容易。

讀著讀著,就覺得每個人能生而平安地活著、成長,真的是一件近似奇蹟的事,要好好珍惜並真誠對待身邊那些值得我們愛的人。
Profile Image for Tyas.
Author 38 books87 followers
November 24, 2025
Novel ini memang berkutat di seputar sejumlah kasus pembunuhan misterius yang terjadi di Taolin, sebuah kota kecil di Taiwan. (Hore! Novel Taiwan terjemahan kita bertambah!) Akan tetapi, menurut saya fokusnya lebih ke bagaimana dua orang yang kehidupannya hancur akibat kisah pembunuhan pertama berusaha menyembuhkan luka masing-masing. Kalau dari segi penulisan misterinya sendiri sih menurut saya agak lemah.

Ada beberapa hal yg kurang wajar yang saya catat (peringatan: SPOILER!!!!):

- Ada anak perempuan lagi diculik, terancam terbunuh. Salah satu orang yang diduga keras terkait kasus itu didatangi polisi. Sekretaris orang itu berkata bosnya jarang ke kantor, jadi harus bikin janji temu dulu. Dalam keadaan mendesak seperti itu, apa yang dilakukan polisi?
Menunggu sampai bisa dibuatkan janji temu yang entah kapan.
Adakah yang heran ketika kemudian anak yang diculik itu keburu ditemukan tewas terbunuh?

- Protagonis cewek, Li Haiyan, merasa melihat terduga pelaku di TKP. Saking ketakutan, dia pingsan, tetapi sempat memberi tahu si protagonis cowok, Song Dongnian, yang merupakan seorang polisi. Song Dongnian bergegas membawa si Li Haiyan ke petugas lain agar dia ditolong.
Lalu...
Bukannya menyuruh pengejaran atau pencarian, atau blokir jalan, dia... Menunggu Li Haiyan bangun.
Suka sekali menunggu, ya?

- Penggambaran Li Haiyan juga suka bikin gemas. Katanya jurnalis andal yang biasa mengubek-ubek kasus kriminalitas, tapi kelakuannya sering kali tidak hati-hati sama sekali. Sudah tahu diincar, malah ke tempat terpencil milik terduga tanpa memberi tahu siapa-siapa atau meninggalkan pesan. Bahkan sebagai jurnalis dia tidak digambarkan rajin berkontak atau berkirim kabar dengan rekan-rekannya di kantor. Bagaimana tidak bikin orang panik gara-gara tidak ada yang tahu dia ke mana?

- Katanya kasus ditangani tim polisi, tapi yang kerja kok Song Dongnian dan Tie Xiong terus sampai mereka berdua kelelahan...

- Lalu untuk saya, hal berikut ini rasanya glaring plot hole sih. Awalnya terdapat kesan bahwa pembunuhan-pembunuhan yang terjadi dilakukan dengan mengikuti pola tiga monyet bijaksana, yang dibuktikan oleh kehadiran boneka monyet dalam foto-foto bukti kasus pembunuhan pertama yang terjadi 14 tahun silam. Akan tetapi, kemudian kita melihat bahwa pembunuhan kedua dan ketiga baru direncanakan jauh setelahnya ketika si pembunuh ingin memancing Li Haiyan kembali ke Taolin. Tidakkah baru pada saat itu dia berpikir untuk memberikan suatu pola ke pembunuhan-pembunuhan yang ia lakukan? Lalu kenapa boneka monyet bisa ada dalam kasus yang pertama?

Bagusnya sih, untuk novel yang menekankan kondisi psikis pihak-pihak yang terlibat, bagian penutup ditulis dengan cukup panjang dan mendetail tentang apa yang terjadi SETELAH kasusnya selesai. Jadi tidak ada rasa 'menggantung' yang tidak nyaman.

Kalau dari segi penerjemahan, terjemahannya jelas, ketikan rapi, tapi pembagian kalimat (penggunaan tanda titik/koma) dan flow kurang enak. Sering sekali susah memahami apa yang hendak disampaikan karena sering kali satu 'kalimat' dalam terjemahan ini seharusnya merupakan beberapa kalimat berbeda dengan gagasan berbeda-beda, tetapi digabungkan dengan hanya dipisahkan koma.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Displaying 1 - 2 of 2 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.