Dalu “Lulu” Aksara Latif sadar, dia dan Damar tidak seharusnya menjalin hubungan. Harus siap jika hubungan mereka berakhir karena alasan yang sudah sama-sama mereka ketahui. Namun, apakah pernah ada kata “siap” untuk berpisah dengan seseorang yang dicintai? Andai waktu bisa kembali diputar, Lulu ingin kembali ke masa lalunya. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mengubah jalan takdir dan tak membiarkan Damar masuk dalam cerita kehidupannya. Atau… sekadar menghapus segala kenangan tentang Damar di ingatannya. Tetapi, bagaimana jika keinginannya itu benar-benar terjadi? Bagaimana jika Lulu benar-benar punya kesempatan memilih ulang takdirnya? Apakah ia akan menemukan jawaban yang ia cari, atau justru terjebak dalam kesalahan yang sama?
Padahal takdir nggak pernah meminta kita memaksakan diri. Takdir adalah kebetulan-kebetulan alami yang terbentuk begitu saja. Takdir nggak cuma tentang bersukacita atas pertemuan, tapi menerima bahwa perpisahan merupakan kepastian yang nggak bisa manusia ubah. (Hal 210). . Selesaiiiii! Dan sukaaa 🤩🤩🤩. Ini novel pertama Kak Saufina yang aku baca. Aku cukup suka cara berceritanya, manis, hangat, lucu dan nyesek. Dengan alur yang maju-mundur. Aku suka covernya 😍. Aku baca novel ini karena blurbnya, penasaran bagaimana cara Dalu “Lulu” menghapus kenangan diingatannya, dan ternyata banyak yang aku dapetin dari novel ini. Ditambah dengan quotes yang bagus-bagus 😍. Untuk karakter tokohnya aku cukup suka semuanya, masing-masing ada baik maupun kurangnya. Menurutku baik remaja maupun orangtua wajib baca novel ini 👌🏼. . Selain cara Lulu menghapus kenangannya juga ada tentang hubungan anak dan orangtuanya, ‘Akan ada waktunya kami sampai di garis finish. Kami nggak harus berlari; langkah-langkah kecil seperti ini juga sangat berarti. Berbicara dari hati ke hati. Saling memahami dan mendengarkan keluhan yang tersimpan lama.’ Tentang tiap orang punya cara sendiri untuk move on, tentang terjalinnya hubungan bukan cuma memiliki perasaan yang sama tapi perihal ketepatan waktu, tentang salah satu alasan kita susah merelakan mantan karena ada penyesalan yang nggak disadari. Happy ending itu bukan tentang siapa, tapi tentang apa yang kamu pilih untuk diri sendiri. O ya baca novel ini entah sampai chapter berapa kemarin aku merasa ceritanya kayak wafer Tango berlapis-lapis gitu menurutku sih 🤭. Pokoknya baca aja 👌🏼. . Ada sesuatu yang nggak bisa manusia takar menggunakan logika. Sesuatu yang nggak bisa dipaksa segera tiba, atau ditolak kedatangannya. Sesuatu yang membuktikan kuasa semesta itu nyata. Ia bernama takdir. (Hal 209).
Lulu tahu hubungannya dengan Damar sulit untuk diteruskan karena perbedaan di antara mereka. Damar juga menyadari itu. Damar pun merencanakan untuk memberikan kenangan terbaik bagi Lulu, supaya perpisahan di antara mereka tidak terlalu menyakitkan. Tapi Lulu tidak sependapat. Terpuruk karena perpisahan mereka membuat Lulu memutuskan untuk melakukan trip ke Kawah Ijen. Di sana, ada fenomena blue flames yang konon bagi siapa yang melihatnya maka permohonannya akan terkabul. Lulu berharap dia bisa menyaksikan langsung cahaya biru itu, agar dia bisa kembali ke masa lalu. Mungin jika dia tidak pernah bertemu dengan Damar, hatinya tidak akan sesakit saat ini. Permohonan Lulu terkabul. Dia kembali ke masa kuliahnya saat pertama kali bertemu dengan Damar.
Bukan hanya Damar saja. Lulu juga bertemu kembali dengan Sarah, sahabatnya yang sekarang sudah tak ada kabarnya. Juga Dewa, kakak tingkat yang pernah ditaksirnya. Lulu menjalankan misinya untuk menghindari Damar, tapi ternyata itu sulit untuk dilakukan. Meski dijalani sekali lagi, jika takdir sudah berkehendak, maka hasil akhirnya tidak akan berubah.
Mengusung konsep time travel, novel ini menceritakan tentang takdir dan bagaimana menyikapinya. Waktu yang sudah dilalui bukan hanya berisi kenangan indah saja, tetapi juga banyak hal-hal yang tidak menyenangkan yang mengikutinya. Lulu mencoba menjalani tiga bulan di masa lalu membenahi hal yang dianggapnya perlu dibenahi. Ada satu hal yang berkesan dari novel ini yang saya tangkap. Kenangan itu akan menghampiri pas lagi benar-benar butuh. Tidak masalah mengenang masa lalu ketika muncul rasa kangen. Setidaknya kangen itu akan memberikan kehangatan.
Bimbang mau kasih 4 atau 4.5 bintang. Mungkin begini, 4 penilaian gue secara objektif, dan 4.5 secara subjektif. Penilaian gue sama buku ini jadi jelas kabur. Kenapa begitu??? Karna wow, apakah buku ini terinspirasi dari pengalaman pribadi gue? Banyak poin2 di dalamnya yg plek2an mirip banget dengan pengalaman yg gue punya bertahun2 lalu (no need to elaborate here for sure, lol). Terlalu relate dengan cerita Lulu-Damar ini, as well as feel profoundly connected sama sosok Lulu ini. Makanya gue bisa bilang untuk menilai buku ini sedikit banyak bisa jadi subjektif.
Banyak banget insight dan pesan dari buku ini khususnya tentang recovery after breakup, cara memandang patah hati secara positif alih2 negatif. Bukan cuma breakup tentang interfaith relationship sebagaimana jadi topik utama di buku ini, tapi juga relationship2 lain pada umumnya. Keseluruhan cerita antara Lulu, Damar, Dewa, Dikta, dan Ibu Lulu somehow painful indeed, but beautiful so beautiful and heartwarming at the same time. Itu kesan yg gue tangkap dari buku ini.
buku ini bercerita tentang lulu, yang menjalin hubungan dengan damar. mereka berdua yang paling tau bahwa mereka tak mungkin bisa bersama. lulu berandai andai untuk kembali ke masa lalu. apa yang terjadi ketika lulu benar2 bisa melakukannya?
aku suka sama konsepnya. meski fiksi itu gak terbatas (terbatas hanya pada universe yang diciptakan penulis) aku percaya bahwa memang ada hal2 di masa lalu yang gak bisa diubah sekeras apapun kamu berusaha, karena memang begitu takdirnya.
lalu mengapa lulu bisa kembali ke masa lalu? mungkin untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang bercokol di benaknya selama ini. mungkin untuk melihat dunianya dengan perspektif orang dewasa.
meski ada beberapa penggunaan kata tidak baku di narasinya, tapi ternyata nggak begitu mengganggu sih buatku. jadi masih ok 👌 buku ini juga nggak terasa menye menye. nyaman juga sih dibaca.
dari buku ini aku belajar tentang perpisahan. bahwa kita nggak perlu membenci untuk melupakan seseorang. kita juga sebetulnya nggak butuh tau keadaannya, apakah dia juga merasa tersakiti seperti aku?
betul, bagaimana caranya kita membenci seseorang yang tadinya kita sayangi? apalagi jika hubungannya sudah dijalani bertahun tahun lamanya. akan lebih baik jika kita fokus pada diri sendiri. perlahan tapi pasti, kita melangkah maju.
Entah bulan ini (atau bulan lalu karena aku nulis ini satu bulan setelahnya) ada apa dengan mood bacaku. Terjun bebas. Alhasil hanya berhasil menamatkan buku ini yang syukurnya bagus. Tulisannya rapi dan karakterisasinya nggak lebay plus emosinya bukan mode sakelar.
Dalu ikut trip ke Gunung Ijen dengan harapan akan mendapat ketenangan setelah hubungan delapan tahunnya kandas begitu saja. Sayang, dia tersenggol dan ingatan terakhirnya semua badannya sakit-sakit. Dalu yakin dia terjatuh ketika hendak turun untuk melihat api biru, tapi tiba-tiba dirinya berada di sekre BEM (agak lupa hima atau BEM). Dia kembali ke masa perkuliahan seperti yang sering diutarakannya.
Kehidupan Dalu lalu berputar di tahun-tahun mengurusi organisasi, belajar, dan mengenal seseorang. Tapi, pikirannya masih berada pada masa depan. Dalu berpikir ini kesempatan kedua untuk mengubah takdir. Dia akan menghindar dari pacarnya sekarang, sehingga dirinya tidak harus mengalami patah hati. Hanya saja takdir berkata sebaliknya.
Hal pertama yang aku suka itu karakternya punya suara yang bisa dibedakan. Yap, ini penting karena suara yang sama akan berpotensi mencampurkan karakterisasi tokoh-tokohnya. Kedua, meskipun ceritanya nggak punya banyak sub-konflik, tapi tetap bisa dinikmati. Penulis pandai memaksimalkan konflik utama dan benar-benar menghapus pemikiran randomku yang kadang muncul, apalagi ini soal patah hati. Salah-salah malah bisa bikin jengkel pembaca karena Dalu gamon maksimal.
Keseluruhan cerita memang soal patah hati lalu move on, tapi yang diselesaikan lebih luas ketimbang cuma patah hati aja. Misalkan mindset soal mengubah takdir masa depan dengan ambil pilihan berbeda di masa lalu. Hal yang banyak dijadikan tema fiksi populer dan banyak yang memakai jalan keluar "mengubah masa lalu, mengubah masa depan pula". Dan melihat kemungkinan lain di buku ini bikin berpikir ulang, sepertinya yang berhasil mengubah masa lalu sampai berdampak ke masa depan itu termasuk magical realism karena ya hidup hanya sekali, kan?
Soal Dalu berakhir dengan siapa itu menurutku udah bagus, sih, tapi kayaknya eksekusinya yang agak kurang mulus (?). Yang Dalu rasain itu insta love bukan, ya? Takutnya malah jadi pelarian rasa lagi. Terus si mantan nggak begitu memuaskan ending-nya. Malah nggak jelas dia akhirnya gimana selain yang Dalu lihat di medsos. Cuman kayaknya karena cerita ini condong ke Dalu jadi si mantan nggak begitu di-eksplor. Eh, tapi kenapa dia punya satu bab sendiri, ya? Apa sengaja dibikin buat kasih penjelasan ke Dalu kalau mantannya itu sedih dan menyadarkan dia kalau move on nggak berarti harus dengan mengaku secara gamblang yang mana ya akhirnya malah nggak kelar-kelar.
Anyway, bukunya bagus. Cocok dibaca buat yang lagi kepengin baca soal patah hati dan berusaha buat move on. Tulisannya enak dibaca. Ngalir kayak air bebas sampah.
Novel yang menurut saya cukup bijak untuk tidak menggugat, memutar balikkan apalagi menentang takdir. Seluruh hidup Lulu telah ditentukan untuk berpisah dengan cowok yang dicintainya lengkap dengan sulitnya untuk move on.
Episode kilas balik menjadi bagian yang sangat menarik ketika Lulu koma karena gadis itu serasa mendapat jawaban atas segala pertanyaan yang membingungkan terutama sikap ibu terhadap Lulu. Novel yang utuh menyoroti gamangnya perasaan dan perlahan melupakan kendati kenangan tetap menempel di ingatan.
Dan langkah awal untuk melupakan itu adalah kembali ke kawah Ijen untuk melihat api biru.
Chasing the Blue Flames tuh tipe novel sederhana yang dikemas dengan asyik dan menarik. Kak Saufina kembali bikin aku suka sama karyanya! *Reviu menyusul
Kembali ke masa lalu untuk mengubah masa depan merupakan ide cerita yang menarik. Apalagi kalau kita tahu ternyata masa depan kita tidak cukup baik. Kita semua pasti ingin merubah keputusan-keputusan salah di masa lalu. Ini juga yang dilakukan Lulu saat ia terbangun ke masa ia kuliah. Ia berharap bisa mengubah takdirnya agar tidak dekat bahkan pacaran dengan Damar. Dengan begitu ia tidak perlu mengalami patah hati gara-gara putus.
Kenyataannya ternyata Lulu tidak bisa merubah takdir. Beberapa kejadian tetap hasil akhirnya sama, misalnya saat Lulu terlambat tiba di kampus dan telat menyerahkan tugas, sudah ia antisipasi apa yang menyebabkan hal itu terjadi di masa lalu, dan ia rubah caranya, tapi hasil akhirnya tetap sama, tetap terlambat datang dan tetap telat mengumpulkan tugas. Dari kejadian ini Lulu sadar kalau takdir tidak bisa dirubah. Yang bisa dirubah adalah sikapnya. Dulu dia gampang marah dan kesal ketika segalanya tidak berjalan lancar, kini ia bisa lebih santai menghadapinya. Perubahan sikap penerimaan ini membuat hubungannya dengan Sarah lebih erat. Walau Sarah justru yang merasa aneh dengan perubahan sikap Lulu ini.
Ada poin bagus ketika Lulu bertanya kepada Sarah mengenai jika diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu, apakah ada yang akan dilakukannya untuk merubah masa depan. Jawabannya cukup menohok.
ini buku yang aku butuh waktu untuk menyelesaikannya walaupun ceritanya yah.. seperti romance young adult pada umumnya. butuh waktu karena aku yang selama ini mandang aneh sama orang yang terjebak dalam kisah beda agama, akhirnya bisa tahu kurang lebihnya perasaan yang terlibat di dalamnya dari kedua tokoh di novel ini.
dalu dan damar. dalu yang berarti malam dan damar yang berarti terang. malam selalu identik dengan gelap, sedangkan cahaya punya waktunya sendiri untuk eksis. keduanya saling melengkapi tapi nggak akan pernah bisa berada pada masa yang sama. dalu dan damar suka membagi cerita satu sama lain, tapi nggak pernah digariskan dalam satu kisah serupa.
tentang dalu yang berpikiran merubah takdir ketika kembali ke masa lalu melalui hal yang sangat realistis, terus berakhir menerima segala hal yang memang menjadi takdir dan ikhlas. banyak pembelajaran yang aku dapat dari novel ini huhu sayang banget sama tokoh damar makanya agak susah menyelesaikan karena keburu sedih bangetttt apalagi at some point baca cerita ini tuh kaya apaya... ada beberapa sisi dalu yang mengingatkan aku pada diriku sendiri, terus gimana cara damar jadi cahaya dia dan ngasih dia pembelajaran soal banyak hal tentang perbedaan yang ternyata nggak seburuk itu, bikin aku makin sedih:(
makasih buat kak saufina yang udah menuliskan cerita sebagus ini dan mengajarkan banyakkk pembelajaran melalui tulisannya.
lagi scroll-scroll tema young adult di gramedia digital, nemu buku ini, baca sinopsisnya langsung tertarik. diunduh, lalu dibaca deh dan surprisingly suka bangettt!!!!
page turner sekali deh beneran. banyak quotes yang menarik sampai aku baca ulang buat lebih memahami dan mendalami maknanya. aku suka banget cara pikir damar, entah kenapa aku berasa dipeluk setiap damar mengeluarkan isi pikirannya, tapi entah kenapa nyesek juga di saat bersamaan. berasa ikut ngerasain nyeseknya damar harus ngelepas lulu dan gimana dia nahan dirinya buat nggak egois. huhu mau peluk damar, dan tolong mau damar tapi versi seimannya haha. dan buat lulu kamu juga keren! hidupnya yang langsung ancur berantakan setelah putus dari damar itu nyeseknya sampai ke aku.
tapi ada satu yang aku kurang puas dari buku ini. aku butuh pov damar di akhir. mau tahu akhirnya damar tuh gimana;(. overall, aku suka sekalii ceritanya huhuu! terima kasih kak saufina atas karya cantiknya!❤️👍🔥
Sebenernya buku ini bisa dibaca dalam waktu 2 hari karena pembahasan nya ringan tapiiiii aku lg hectic banget jadinya baru selesai sekarang😭😭😭
Aku suka bgt karakter dalu yg ga bosenin dan menurutku kisah cinta damar sama dalu asik bgt tapi knp harus pitus weeeeehhhh aku jadi ikut sakit hati apalagi aku juga baru putusss jadi masih relate lah sama keadaanku wkwk
Walaupun endingnya bakal sama dikta menurutku karakter dikta juga harus agak ditonjolin, ga harus nonjol banget yg penting ada beberapa momen yang ada dikta nya:) soalnya dari awal sosok dikta ga ada tapi dibagian hampir akhir tiba2 muncul. EDIT: TERNYATA EMANG ADA SOSOK DIKTA TAPI SEKALI DOANG WKWK TAPI SAMA AJA KURANG NONJOL SIH
Intinya aku suka novel ini
This entire review has been hidden because of spoilers.
Pengen baca karena judul dan ilustrasi sampulnya itu Kawah Ijen banget, kisahnya tentang proses move on. Baca buku ini tuh lumayan dapat insight tentang sudut pandang cowok yang suka tapi gak confess, cowok yang tipe jalanin aja dulu liat gimana entar, cowok yang udah berhasil move on dan pembelajaran move on dari sudut pandang fmc. Baca buku ini tuh juga bikin kangen suasana kampus dan masa masa kuliah, kangen tapi gak pengen buat diulang kembali hihihi.
Overall buku ini okelah, gak terlalu banyak adegan romance tapi tetep oke buat penikmat romance dan cukup oke buat yang lagi mau move on.
Ceritanya bagus, pesan yang mau disampaikan juga dapet. Mungkin krn pemeran utamanya Lulu, jd kondisi Lulu memang tergambar dengan jelas dibanding Damar. Ga bisa bayangin jadi Damar, geregetan sih aku. Level jatuh cinta nya itu udah tingkat tinggi kali ya? bener-bener bisa nahan untuk gak egois :( Apa kabar ya dia?
Tadinya waktu lihat covernya, kirain bakal yang tentang sci-fi atau fantasi gitu, tetapi ternyata tentang time traveler. Suka sih sama ide ceritanya, balik ke masa lalu tapi nggak bisa merubah apapun, tapi berusaha memahami apa yang selama ini jadi pertanyaan-pertanyaannya Lulu, terfavorit hubungannya sama ibunya
Surprisingly, buku ini bagus banget...buku yang bisa bikin saya senyum-senyum sendiri. Jadi nostalgia masa-masa kuliah. Banyak quote bagus dibuku ini. Ceritanya simpel, tapi mengena. Buku ini ada unsur magical realism. Namun saat membacanya saya merasa tidak aneh sama sekali. Selain romance buku ini banyak terdapat slice of life di dalamnya. Sangat recomended untuk dibaca.