Bagi filsuf Theodor Adorno, musik dapat mengatakan sesuatu mengenai realitas dan menyingkap kondisi terdalam dari masyarakat. Dari cara komponis berjuang dengan material musikal, musik dapat memiliki potensi kritis. Berangkat dari pemikiran Kant, Hegel, Marx, sekaligus sebagai kritik terhadapnya, ditambah dengan pengetahuan musikalnya sebagai murid dari komponis Alban Berg, Adorno meyakini bahwa seperti halnya filsafat yang berupaya menganalisis segalanya, musik juga harus dapat memperpelik yang sederhana, mengacaukan yang biasa, dan menantang status quo dengan mendorong kesadaran kritis mengenai berbagai masalah seperti kontradiksi, penderitaan, dan alienasi yang terjadi dalam kehidupan.
Sebagai seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan, buku ini kembali membuat otak kembali bekerja dengan keras.
Secara garis besar buku ini menjelaskan bahwa musik tidak hanya tentang penciptaan, pengkaryaan, dan didengar oleh masyarakat. Musik juga punya daya guna dalam kehidupan masyarakat
Tidak ada yang bisa mengalahkan snobbism Adorno. Polisi skena minggir dulu dan lebih baik sungkem pada Adorno. Elaborasi yang mantap dan komprehensif dari penulis 👍🏻
Pertama, saya mengenal Adorno dari buku ini. Buku ini menjabarkan bagaimana Adorno memisahkan antara filsafat musik dan filsafat seni dan beberapa korelasi antara tokoh seperti Hegel, Kant, Feurbach, dan Marx. Disisi lain, Mba Karina menjabarkan fokus penelitian Adorno pada karya musik Arnold Schoenberg, serta karya Igor Stravinsky. Diantara karya musik Schoenberg dan Stravinsky, ada perbedaan yang mencolok yang mana hasilnya dinterpretasikan Adorno lewat bunyi dan visual. Menarik !
Ada diferensiasi antara musik akademisi dan tidak. Perbedaan inilah yang menjadi kualitasnya, khususnya karya musik yang dihasilkan oleh para musisi. Ditengah budaya industri yang mengitimasi dan secara tidak langsung memaksa konformitas atas masyarakat oleh hasil karya para musisi. Oleh karenanya, budaya industri dengan konsumerisme dalam kapitalisme yang pesar dapat mengancam kesadaran asli individu maupun kelas.
Peristiwa dalam sejarah juga mempengaruhi karya musik yang berbeda di setiap periode. Karya musik pada setiap periode ini biasanya menggambarkan kehidupan sosial masyarakat yang berlaku kala itu. Disisi lain, selain mengekspresikan perkembangan sosial, musik juga menghadirkan ideologinya. Dengan begitu, bila musik menghadirkn sebuah ideologi, musik dapat didekonstruksi, serta dipahami untuk sebuah pernyataan yang melingkupi dari kompleksitas dari suatu objeknya.
Ada dua istilah yang menarik, Avant-Gardeness dan Avant-Gardenism. Avant-Gardeness berfokus pada suatu peranan penting yang membuat sebuah gerakan eksperimental dan kontroversial yang melawan batasan, sementara Avant-Gardenism berfokus pada perkembangan dari karya yang dianggap biasa saja dan membuat sesuatu yang kelihatannya mustahil, dengan kata lain, avant-gardenism mencoba membuat sebuah keterkejutan. Pada akhirnya, setiap karya akan menghasilkan kualitasnya pada relativisme estetis.
Di era modern ini, setiap seniman dimudahkan untuk membuat karya. Setiap praktiknya sudah berfokus pada produksi dan konsumsi untuk menghasillan kebebasan dan kenyamanan, yang sebenernya merenggut kebebasan dan kenyamana itu sendiri. Kapitalisme membuat sebuah produk budaya industri serta menghasilkan mentalitas yang stereotipe pada masyarakat, sehingga tidak ada individuasi yang benar-benar tergapai, dan menyajika pseudo individualisasi.
Akhir kata, mengutip dari buku "Musik yang dapat membuat manusia memahami dunia dan masyarakat dengan lebih baik adalahm musik yang hebat, yang mengisyaratkan kebaruan dengan mengupayakaan perubahan dari material musik itu sendiri, yang membuat tradisi musik sebelumnya secara historis tetali juga, menyajikan kebenaran terdalam dengan kritis dan aktif, yang menghancurkan kebiasaan mendengarkan secara mudah, dan yang mencerminkan kebebasan dengan nada-nadanya yang bebas".
Jujur, ketika menulis ini saya baru membacanya sampai halaman 183. Tapi sepanjang saya membacanya secara pelan-pelan, saya cukup yakin untuk menilai, 'buku ini sangat bagus!'. Menurut penulisnya sendiri, buku ini bukan buku musik tapi Filsafat, dan untuk memahami Filsafat Musik Adorno disebut-sebut sulit dimengerti dan tidak mudah. Tapi dengan pelan, meski berdesak-desakan bahasan dan dipenuhi banyak kutipan, Penulis mengantarkan kita pada imajinasi dan pemahaman awal tentang bagaimana Filsafat Musik Baru Adorno dirumuskan, untuk apa, dan mungkin sepenting apa pemikirannya untuk jaman sekarang. Disamping itu kita pun akan disuguhkan hal-hal menawan tentang banyak persoalan, termasuk tentang musik itu sendiri yang memerlukan perenungan mendalam, 'benarkah demikian?'. Didalamnya kita akan menemukan penjelasan logika-logika tentang bedanya Avant-gardeness & Avant-gardism, Tonal-Atonal, Harmoni Konsonan-Disonan (bahkan harmoni komplementer), connoisseur-dilettante, dsb., dsb. sampai mungkin menumbuhkan tanya, 'anjir, apa kabar musik tradisi, gamelan dan perkembangan kekonyolan-kekonyolannya?' atau 'jangan-jangan musik tradisi kita sudah Avantgarde sejak dulu dong?' dll. Buku yang mengundang banyak pertanyaan-pertanyaan sekaligus menginspirasi. Selain itu kita pun akan disuguhkan alasan-alasan kenapa Adorno lebih menyukai Scoenbeg dan membenci Stravinsky, Adorno yang seorang elite tapi memperjuangkan kemanusiaan dan membenci kapitalisasi, menentang Jazz dan musik-musik populer/industri, atau kenapa dia mengusulkan otonomi musik/seni dsb., dsb. Buku yang cukup berat tapi sangat menyenangkan. Membacanya mungkin kita akan jatuh cinta, entah pada karyanya atau entah pada penulisnya.
Serius, buku ini bergizi tinggi.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Theodor Adorno mendorong musik baru. Refleksi empiris Adorno melalui Perang Dunia II, melihat dunia jatuh ke dalam kekerasan, kebiadaban, dan kemunduran. Pencerahan yang menuntun masyakat menuju modernitas ambruk. Adorno menggugat Pencerahan, sebab masyarakat tak sadar dan teralienasi. Sebagai filsuf, sosiolog, dan pianis, Adorno menggagas Mahzab Frankfrut bersama kawannya, Max Horkheimer. Dipengaruhi Kant, Hegel, dan Marx. Salah satu karya monumentalnya Dialektika Pencerahan, mengkritisi masyarakat modern yang digelayuti ‘awan gelap’. Musik termasuk bagian yang digelayuti kegelapan. Adorno melihat musik awal abad 20 terbelah dua, musik tinggi—terstruktur dan kesadaran, dan musik rendah—hasil budaya industri dan teralienasi. Adorno mendorong musik baru yang spontan, informal, dan berkesadaran. Adorno ramai dikritik, khususnya ulasan kritik dari Kiri Baru, karena Adorno tak turun ke jalan. Pemikiran Adorno dianggap terlalu teroritis dan tak praksis. Adorno memilih jalan kesadaran. Pemikiran Adorno tuntas dianalisis dan dijabarkan Karina Andjani.
“Barang siapa berpikir, ia menawarkan perlawanan.” —Theodor Adorno
"Barang siapa berpikir, ia menawarkan perlawanan".
Very passionate about music yet pessimistic about it, Adorno criticizes modern music as overly manufactured.
I was so lucky to read this book before school started; it gave me so much knowledge about the culture industry theory. My copy was heavily dog-eared, with notes in the margins and page markers everywhere; a testament to how accessible Andjani’s writing is compared to Adorno’s original works, which feel much more inaccessible to me. The book strikes a balance between being a reliable reference and an engaging read for those passionate about music.
RIP Adorno, I bet you would hate metalcore so much.
Also, he's the OG Bapak Skena™ compared to your mas mas ngabers in very kalcer kofisyop 🙏
Buku ini menyajikan elaborasi yang sangat apik tentang pengaruh musik bagi masyarakat, khususnya terkait pemikiran filosofis Adorno terhadap musik Schoenberg. Sebagai musisi dan peminat filsafat, saya dapat menimba inspirasi baru dan mendalam terhadap musik yang tak hanya berperan sebagai hiburan atau jalan pelepasan belaka.