Isi Buku: 1. Jujur, Aku Merasa Nggak Punya Teman. 2. Aku Cuma Butuh Teman Cerita. Satu Saja. 3. Sekarang, Aku Seseorang Tanpa Circle. 4. Aku Selalu Jadi Opsi Kedua Di Hidup Orang. 5 Latihan Berteman Dengan Diri Sendiri. 6. Jadi Dewasa Itu Sepi, Ya. 7. Introver Dan Ekstrover Yang Kesepian. 8. Keluargaku Nggak Sehangat Keluarga Lain. 9. Kayaknya, Ngga Ada Yang Sayang Sama Aku. 10. Aku Nggak Pernah Punya Kisah Cinta. 11. Sekarang, Aku Memilih Menutup Diri. 12. Cara Paling Ampuh Berdamai Dengan Kesepian.
Dan, di sinilah kamu, menyentuh buku ini, sendiri saja, trying to feel something, trying to find a friend, dan kamu sudah ada di langkah yang tepat, karena di buku ini ada 45 bab yang membuatmu berdamai dengan rasa sepi.
"Ingat, kamu adalah sahabat terbaik untuk dirimu sendiri. So, say nice things to yourself."
----------
Well, bisa dibilang buku ini masih setipe dengan buku sebelumnya, Insecurity. Di sini yang dibahas adalah loneliness atau rasa kesepian. Btw, nggak harus baca Insecurity dulu kok sebelum baca buku ini. You can pick whatever suits you best.
Semakin bertambah dewasa, semakin sering aku bertemu sama yang namanya kesepian. Teman-teman udah punya kesibukannya masing-masing. Dari yang dulu lengket banget kayak lem, sekarang cuman bertukar kabar seadanya aja. Kadang nggak tahu harus gimana dan cerita ke siapa karena rasanya nggak punya siapa-siapa. Trust me, I've been there.
Kesepian itu nggak enak banget. Dan dia bisa 'menyerang' siapa aja tanpa pandang bulu. Orang yang punya teman segunung pun bisa aja merasa kesepian. Banyak pembahasan yang cukup 'ngena' sih di buku ini. Salah satunya tentang ekspektasi. Sadar nggak sih, kalau seringkali rasa kesepian muncul karena ekspektasi kita terhadap orang lain? Misalnya kita berharap bisa selalu dimengerti sama orang lain dan kalau nggak ada yg bisa mengerti kita sebagaima kita pengen dimengerti, kita bakal kecewa dan muncullah rasa kesepian. Merasa nggak punya siapa-siapa. Padahal, yang paling mengerti kita ya diri kita sendiri.
Buku ini mengajak kita buat berdamai dengan kesepian dan belajar untuk berteman dengan diri sendiri. Cara penyampaiannya adem banget! Berasa mendapat pelukan dari seorang teman. Walau jujur, kayaknya aku bakal lebih relate kalau buku ini dibaca waktu jaman sekolah/kuliah dulu, dengan segala drama pertemanan yang ada. Wkwkwk.
Sayangnya, sama seperti Insecurity, buku ini kurang universal dan makin ke belakang pembahasannya terkesan ditujukan untuk teman-teman yang beragama Islam saja.
Hal paling menyedihkan itu pas lagi happy bgt tapi gak punya org buat berbagi kesenangan itu🥲 dan abis baca buku ini, apa yg selama ini aku rasain jadi tervalidasi!!
Contoh lain kyk pernah gak sih kalian masuk grup tapi gak masuk ke circle pertemanan ?? ato sebaliknya deh masuk ke berbagai circle pertemanan tapi ttp bingung mau cerita ke siapa??
Nah itu ternyata bagian dari kesepian dan hal yg wajar semua org pasti pernah ngalamin~ what i got from this book dia bilang sebabnya ada 2 macem: 1. dari sisi org yg kita anggap bisa diandalkan - doi gak capable dan udah gak cocok lagi sama kita - entah emg udah hectic dgn urusan yg berbeda, gak ada waktu, ato bisa jadi capek grgr kita sendiri jd dia reach out other people yg lebih saling menguatkan , lebih dewasa, dan lebih memahami diri dia - and thats okay karna people come n go, lagi pula itu hal di luar kendali kita kan 😌 2. the problem is yourself - karna kata kuncinya ekspektasi dan ini hal yg bisa kita kontrol guys - “ekspektasi adalah sumber datangnya kesepian”
Key point yg kudapat ternyata kita gak bisa loh naruh semua hal di 1 org karna tiap org punya peran dan porsinya masing” di hidup kita jadi tinggal gimana cara membagi dan mengelola urusan personal.
Karna ketika kalian udah berhasil membangun hubungan baik sama diri sendiri, ya kesepian itu bakal berubah jadi ketenangan “kesepian itu saat lo gak percaya sama diri lo sendiri”.
Menurutku buku ini ga jauh berbeda dari buku "Insecurity". Gaya nulisnya sama-sama seperti seorang temen yang lagi ngajak ngobrol dan cerita-cerita (tapi disini kurasa lebih akrab gitu) dan pendekatannya pun kurasa masih kurang universal, masih berbasis agama. Kurasa mungkin memang si penulis inginnya menjadikan buku self-help-nya berbasis agama—ya gapapa sih I've read an islamic self help before and it was really good. Tapi kurasa penulis perlu mencantumkan itu di bagian belakang buku.
Banyak hal yang bisa direnungi dan dijadikan prinsip dari buku ini. Yang paling berkesan buatku adalah pas penulis membahas soal ekspektasi kita ke orang. Yah intinya jangan terlalu berharap sama orang, ga perlu kepikiran kyk "eh aku udah begini begitu ke dia, masa dia ga gitu juga ke aku?". Lalu, terkait labelling. Secara ga sadar kita tuh suka ngelabelin temen-temen kita kyk oh si A tuh bestie aku banget, kalo si B yaa temen deket biasa sihh enak diajak ngobrol, kalo si C temen belajar doang, etc. Kemudian labelling itu dijadikan dasar kita utk berbuat baik, maksudnya kita akan lebih baik ke si A daripada si C yang hanya temen belajar. Terus kita jadi berharap si A bakal lebih baik ke kita juga... ya kan bestie! Pas si A ternyata ga gitu, kita jadi merasa dikhianati. Padahal, orang kan juga punya sistem labelling dan belum tentu sama—belum tentu si A nganggep kita bestie dia. Maka dari itu, penulis mengatakan bahwa kita harus tetap berbuat baik ke siapa aja, jangan membedakan berdasarkan kedekatan. Lalu, balik lagi ke hal yang sempet aku bilang sebelumnya—jangan berekspektasi banyak ke orang lain. Intinya, di tiap hubungan tuh kalo kita terlalu berekspektasi ya jadinya ga bagus juga. Malah bisa jadi toxic.
Hal lain yang disampaikan adalah terkait kesendirian. Kalo kalian merasa lonely, sadar aja kalo itu normal. Pasti ada masa-masa dimana kita merasa sendirian. Apalagi pas kita makin dewasa karena temen2 kita pasti punya kesibukan masing2. Maka dari itu, kita harus bisa jadi sahabat terbaik utk diri sendiri—we have to find our own voice! Kalaupun nantinya kita punya partner, dia ga bertanggung jawab atas kebahagiaan kita dan juga gaada garansi kalo kita gaakan merasa kesepian. Jadi, ya balik lagi. Kita harus jadi sahabat terbaik bagi kita sendiri👍🏻
Oiya, yang berkesan lagi bagiku adalah pas penulis bilang kalo "tiap teman itu ada masanya, tiap masa ada temennya". Jadii normal-normal aja kalo dulu kita pernah akrab sama seseorang, lalu karena satu dan lain hal (bukan berantem ya) malah jadi berjarak. Jangan ngerasa sedih karena itu normal aja, bukan salah siapapun. Yah jujur aku juga masih suka merasa mellow sendiri sih terkait ini.
Nah sejujurnyaa, pas baca part-part awal tuh aku udah ngerasa seneng karena pembahasannya masih lumayan universal (walaupun masih melibatkan agama tapi belum mengerucut ke islam banget). Kenapa seneng? Soalnya aku mikir bakalan bisa rekomen buku ini ke semua yang baca review-ku. Bagian awal terkait pertemanan itu buatku menyentuh dan relate banget kyk wow aku berharap buku ini ada pas jaman2 aku SMP-SMA dimana itu tuh masa-masanya suka dibikin ruwet sama masalah pertemanan HAHAHA😅 ya dibaca sekarang juga masih relate dan bikin merenung sihh. Nah sayangnya, makin ke belakang tuh makin terasa kalo buku ini, seperti "Insecurity", kurang universal karena berbasis keislaman which means hanya bisa dibaca oleh temen-temen muslim aja (karena ada selipan ayat-ayat Al-Quran juga).
Oke deh overall this book is good, but not really universal. Bahasanya calming dan penyampaiannya beneran kyk "temen". So, i would recommend it to all my moslem friends~ karena ada reminder keagamaan jugaa☺️
Buku paling Lonely ,,tetapi sekaligus buku paling menyejukkan. Benar- benar jadi self reminder banget buku ini! Membuat kita berfikir bahwa vulnerable or lonely itu wajar,,, tapi heyyy sebagai manusia ciptaan Tuhan Kita bisa melewati semua fase kesepian itu !
aku lupa kapan pertama kali beli dan baca buku ini, mungkin sekitar semester 4 (?) dan masa itu adalah masa dimana aku paling ngerasa sendiri. dan habis baca, bukunya lgsg aku pinjemin kerabat sampe aku lupa eksistensi buku ini :v
aku nemuin ini lagi di rak rumah kerabatku dan aku mutusin buat baca ulang, disitu aku sadar seberapa membantu buku ini waktu dulu aku baca. seberapa buku ini jadi "teman" dan "psikolog" untuk aku yang bahkan keluar kamar aja malu. seberapa buku ini bikin aku bisa berteman sama diri sendiri.
in a nutshell, buku ini ngingetin pembaca yang kesepian ini kepada Allah, tapi in a good way. cara ngingetinnya enak, ga terkesan menggurui dan lebih berempati sama pembacanya. banyak nasihat-nasihat bagus yang aku dapetin dari sini.
untuk beberapa orang mungkin akan nganggep penulisan buku ini terkesan cringe (?). tapi engga, bagiku itu bikin bukunya jadi kayak "teman" yang bisa diajak ngomong.
kembali ke ranah personal :v membaca ulang buku ini jadi bikin aku mikir how much ive grown up selama 2 tahun ini, how much i improved, how much i love myself, and how much i can deal with my own loneliness tanpa bantuan orang lain (selain Allah, tp allah kan bukan orang)
kuharap di masa depan aku bakal nemu buku ini lagi di rak, berdebu, dan aku ambil buat baca lagi ketiga kalinya
Wajar nggak sih merasa kesepian pada beberapa episode kehidupan? Merasa kesepian karena nggak punya teman, merasa kesepian meski punya banyak teman, bahkan tetap merasa kesepian meski punya pasangan, apa itu salah???
Dalam buku ini semua pertanyaan itu akan terjawab dengan baik. Ternyata merasa kesepian itu sangat wajar! Bahkan jika kamu punya banyak teman, bahkan jika kamu sudah memiliki pasangan halal. Karena selayaknya rasa senang, kesepian juga kerap kali datang dan pergi. Tapi bagaimana jika rasa kesepian itu terlalu menyiksa? Tenang saja, buku ini juga akan menemanimu melewatinya!
✨✨✨ Baca review buku lainnya di IG ku @tika_nia
Pada 3 bab pertama buku ini aku merasa kurang related. Karena aku adalah tipe introvert yang bodo amat dan lebih sering memutuskan tidak terlibat terlalu dalam (menjaga jarak) pada circle manapun. Tapi aku memutuskan tetap lanjut baca karena 1) Aku penasaran dengan berbagai macam rasa kesepian yang dirasakan orang lain. 2) Gaya penulisan buku ini terasa asyik. Satu halaman hanya berisi beberapa kalimat pendek. Bikin terhindar dari bosan & nggak bikin capek. 3) Penulis menempatkan diri sebagai teman yang pernah merasakan kesepian sehingga tidak menggurui.
Pada bab 4 ke belakang aku mulai menikmatinya. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil. Terlebih aku suka dengan cara penulis (pada bab 7) yang selalu bertanya sebelum sampai pada sebuah jawaban. Aku jadi bisa ikut berpikir dan berkomunikasi dengan diriku sendiri ✨
Jujur saja, awalnya aku belum begitu tertarik dengan buku ini meskipun banyak yang bilang bukunya bagus. Hingga tiba pada momen, saat aku dan kak Alvi mengunjungi Gramedia bersama. Dan caranya "meracuniku" sangat berbeda. Kak Fu langsung membelikan buku ini, lengkap dengan request TTD penulisnya ☺️ Masya Allah, Alhamdulillah, makasih banyak kak Fu. Ternyata buku ini memang keren!!!
Setelah membacanya aku mendapatkan banyak insight, di antaranya: • Dalam setiap episode kehidupan manusia memang ada rasa kesepian, tapi itu wajar. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. • Bukan kehadiran orang lain yang membebaskanmu dari kesepian, tapi dirimu sendiri!
"Dan, ekspektasi adalah musuh besar dalam persahabatan and any other relationships." –hlm 46.
Setelah 7 tahun lamanya aku gak baca karya Alvi. Bukan ape-ape ye, lagi menurun aja jiwa baca bukuku. And here we go, aku baca lagi dengan buku Self Healing keduanya Alvi. Sengaja, kenapa bacanya loncat-loncat ngga berurut dari satu? Milih buku Alvi yang mau dibacanya sambil merem.
Buku loneliness ini bagus dan cocok banget dibaca buat temen-temen yang lagi ngerasa overthinking, yang merasa selalu jadi pilihan kedua sama temen-temen maupun keluarga, dan merasa kok semakin bertambah umur hidup temen-temen rasanya jadi semakin sepi.
Not my cup of tea, sebenarnya. Tp krn bukunya ringan yaudah lanjut baca aja sampai selesai.
Typical buku dg target anak remaja baru gede. Terlalu banyak pengulangan kata2 dan kalimat. Dan sayang bgt 1 halaman cuman terisi kalimat dan paragraf sesedikit itu, kalau dipadetin mungkin buku ini tebalnya hanya separuhnya. Gaya bahasanya spt bicara dg teman, malah kesannya terlalu banyak kata2 ga penting ketimbang kata2 motivasi yg seharusnya ada di buku self-help.
Sorry mungkin krn target pasarnya bukan saya. Memang betul ada beberapa kata2 bagus dan relate dg keadaan2 tertentu, sayangnya krn kebanyakan basa basi itu tadi buku ini jd kurang fokus dg apa yg mau disampaikan. Agak kesel sendiri bacanya.
But it's ok buku ini cocok jika kamu ingin baca sesuatu yg ringan tanpa berpikir sama sekali.
Buku ini seperti teman. Cara Alvi Syahrin bertutur seolah-olah sedang mengajak pembacanya untuk menerima dan berteman dengan rasa kesepian.
Selain itu Loneliness sangat cocok untuk jadi konten quotes foto aesthetic ala-ala buku untuk dipamerkan di media sosialmu.
Tapi saya sungguh menyayangkan, betapa banyaknya ruang kosong dalam buku ini yang tidak terisi. Melihat supply kertas dalam ekosistem penerbit yang mulai terasa terbatas. Saya rasa ini terlalu boros.
Kutipan buku ini, kita diingatkan bahwa yang hadir dalam hidup kita semua akan pergi kecuali Allah. Setiap dari kita pasti akan merasakan loneliness (kesepian), namun yang membedakan adalah bagaimana kita merespon kesepian yang dirasakan. Belajar dari rasa kesepian melalui buku Kak @alvisyhrn aku diingatkan kembali tentang tujuan kita hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah tanpa melibatkan ekspektasi orang lain terhadap diri kita. Bahkan hadirnya buku ini bisa jadi sahabat bincangku.
Buku yang terdiri dari delapan bagian dengan 45 bab yang diawali dengan ajakan penulis melalui ‘loneliness’ untuk berteman dengan kita. Uniknya lagi loneliness itu akan mengobrol dengan kita. Bahkan dibagian pertama saja sudah dibuat terharu. “Hai, namaku kesepian, dan aku mau minta maaf sama kamu, maafkan aku, bla bla bla 😭😭😭 - hlm. 12-13”.
Buku ini membahas tentang loneliness yang sering kali kita rasakan. Selain itu, buku ini relate banget dengan kehidupanku yang merasa kesepian karena aku tidak seasyik orang-orang, aku orang tanpa circle, aku selalu jadi opsi kedua di kehidupan orang-orang, dan bahkan aku merasa kalau teman-temanku sudah tidak sedekat dulu. Dengan segala kelamnya pemikiranku itu, kerennya lagi melalui buku ini aku disadarkan kembali. Kak Alvi menjabarkan loneliness itu dengan bahasa yang ringan, bersahabat dan lebih tepatnya seperti kita sedang berbicara dengan Kak Alvi. Walaupun, pada kenyataanya Kak Alvi sedang bermonolog.
Buku ini juga dilengkapi dengan potongan ayat-ayat Al-Quran yang dapat jadi pengingat bagi kita. Berbicara tentang loneliness, loneliness tidak selamanya buruk, loneliness juga bisa jadi trigger motivasi diri. Terpenting dengan adanya loneliness jangan membuat kita lupa untuk bersyukur, bersyukur Allah kasih kesempatan buat kita mengingat kembali bahwa selalu ada Allah disetiap keterpurukan kita.
Aku paling suka pembahasan pada bagian terakhir. Pembahasan yang sangat cocok untuk kamu dan kalian yang ingin ‘berdamai’ dengan loneliness. Buku yang mengajak untuk jangan terlalu membenci diri sendiri, jangan merasa tidak sempurna, dan jangan merasa tidak dihargai. Hadirnya kita di muka bumi ini punya misi besar yaitu mendapatkan keridhoan-Nya baik dunia maupun akhirat. Semoga aku dan kalian bisa berdamai dengan kesepian, loneliness is my best friend. Buku rekomendasi banget si 5/5🌟 sampai jumpa di buku berikutnya.
Loneliness is my best friend | Alvi Syahrin | 306 hlm | @alviardhipublishing
Such a good happiness bisa baca buku ini. Karena aku lagi nggak ngerasa kesepian, jadi ada beberapa hal yang relate dan nggak terlalu ralate. Tapi, karena kesepian bisa datang kapan aja, suka-suka dia, aku bakalan mengingat kembali (atau baca lagi) isi dari buku ini yang beneran healing jiwa banget.
Di buku ini ada 8 judul dengan 45 subjudul yang ngebahas tentang kesepian, penyebabnya, dan gimana cara ngadepinnya. Berawal dari pertemanan yang ada aja problem-nya. Rumah yang seharusnya tempat untuk rehat tapi malah sebaliknya. Introver dan ekstrover yang sama-sama punya masalah dengan sosial. Sampai pada bab terakhir bagaimana agar bisa berteman dengan kesepian.
Salah satu hal yang aku pelajari di buku ini adalah ekspektasi pada pertemanan itu bisa menimbulkan masalah. Karena kita nggak bisa mengontrol apa yang orang lain lakukan pada kita, ada baiknya buat kita untuk terus berbuat baik tanpa berharap mendapat balasan yang setimpal. Jadi, kalau semisal kamu udah berbuat baik kepada si A karena kamu nganggap dia sebagai teman sejati, bestie kamu, dan rupanya dia nggak membahas kebaikan kamu, malah lama-lama kok ngejauh. Ya udah, nggak papa, mungkin si A sudah habis masanya atau punya kesibukan lain.
Dan aku tuh baru nyadar kalau pertemenan bisa se-complicated itu, ya. Soalnya aku kalau berteman, yaudah berteman aja, diajak hayu nggak diajak juga paling turu. Yah, atau mungkin alhamdulillah-nya aku selalu bertemu sama teman yang baaik banget, makanya jarang ada masalah. May Allah bless them.
Di buku kedua seri self-healing, gaya bercerita bang Alvi jadi lebih akrab dan friend-able banget, rasanya aku lagi bercerita dan curhat sama seorang teman yang benar-benar mau memahami dan mengerti diriku. Rasanya pundakku kayak lagi ditepuk-tepuk sambil selalu disemangati dan dinasehati 🥺.
Aku juga suka cara bang Alvi ngejeasin how to deal with loneliness, bukan meromantisasi kesepian tapi menganggap kesepian sebagai teman untuk dimaafkan, diterima, dan diubah agar menjadi sesuatu yang lebih indah. Bang Alvi juga ada ngasih tips gimana caranya biar dapat teman baru dan makin ke belekang ada banyak reminder islami yang bikin hati tenang dan mencelus.
so, ini dia buku yang superrr ringan tapi isinya kayak punya magic dan power buat bikin kita jadi lebih tentram, tenang, dan bisa berteman baik dengan kesepian ini.
tambahan covernya superrrr cantiik!! can't wait kira-kira buku ketigabakalan bahas apa dan covernya di waktu apa>_<
hayooo siapa yang dari awal buku ini launching udah pengen beli tapi maju mundur sampe skrg🌝atau sekarang kamu lagi baca buku ini??🌝
aku mau bilang kalau ini kayaknya termasuk self help islami ya, dan aku suka genre ini. walaupun pas sebelum baca aku dgn pede nya bilang sama diri sendiri kalo aku ga butuh2 bgt baca ini karena aku “ngerasanya” ga kesepian2 amat.. hahaha.🥲
kalau kalian udah baca2 review buku ini dari temen2 yg lain, pasti tau kalo dibuku ini kita kaya lagi ngobrol sama ‘kesepian’ kita sendiri.
ka alvi menceritakan dulu “apa aja si yang di rasain sama orang yang kesepian” trus “kenapa itu bisa terjadi, sebabnya apa..” dan lengkap dengan “jadi kita harus gimana? apa aja yang bisa kita lakuin biar rasa kesepian itu berkurang?”
semua orang bakal relate sih sama buku ini, mungkin ga di semua bab, tapi pasti ada di salah satu nya. karena kita semua akan selalu sampai di fase yang mau kita punya sahabat se kompak atau sedeket gimana pun, poros hidup tu jalan terus kan? bakal ada waktunya kita harus jalanin hidup masing2. dan kita semua akan atau sudah ada dititik itu✊🏼
jadi dibuku ini ka alvi ngebantu kita, ngebantu aku juga tentunya yang tadi udh kepedean sok2 ga kesepian ternyata pas baca ini jadi tertampar dan senyum2 ngetawain diri sendiri..
ka alvi ngebantu kita untuk… berdamai dengan kesepian itu, dan belajar berteman dengan diri sendiri. akan selalu ada ruang dalam diri kita yang merasa sangattt kesepian kalau kita gabisa berteman sama diri kita sendiri. coba deh kalian liat orang di sekitar kalian yang mungkin keliatan nya dia selalu enjoy jalanin hidupnya, mau kemana mana sendiri bukan suatu yg mengganggu buat dia, kalau lagi ada masalah, dia bisa hadapin dgn tenang.. ko ada ya orang kaya gitu?
ada, karena dia berhasil berteman dgn diri nya sendiri dan mengurangi ekspetasi nya terhadap orang lain. dia tau bahwa, seperti yang ka alvi bilang “setiap teman ada fasenya dan setiap fase ada temannya”. dan yang selalu ada buat kita ya cuma Allah dan diri kita sendiri✨
Aku kasih bintang 4 karena gak ada sesuatu yang sempurna kecuali Allah (apasih)
Aku suka banget sama cover bukunya, sampe aku jadiin wallpaper HP.
oke, bukunya bagus, karena aku udah ngasih pinjem buku ini ke-3 temen dan semuanya nangis di bab yang emang relate bagi mereka. aku sendiri juga nangis baca buku ini di bab 26. Buku loneliness ini bisa banget jadi temen kamu saat kamu kesepian. Enak di baca, bahasanya gak berat, bakalan bikin kamu berasa punya temen ngobrol, dan bukunya di layout biar pembaca ngerasa healing pas baca bukunya.
Tapi... kenapa bukunya cepet banget di bacanya? asli aku baca buku ini kayak cepet banget, tau-tau habis aja. gak butuh seharian buat baca buku ini. beberapa jam doang juga udah selesai.
Buku setebel ini, sayangnya terlalu banyak ngebahas tentang pertemanan, kurang relate sama aku yang lebih 'bodo amat' sama dunia pertemanan, yang kalo ada temen yang pergi yaudah tinggal cari temen lain. Di buku ini ngebahas banget gimana rasanya kesepian karena gapunya teman. Mungkin buku ini bakalan cocok di baca sama anak-anak sekolah-kuliah-baru lulus kuliah. Juga buat orang-orang yang ngerasa kesepian dalam hidupnya. Emang pada dasarnya kita semua pernah ngerasa kesepian, cuma seringnya pada menyangkal itu. Termasuk aku.
Terakhir.. Pembahasan kesepian nya kurang dalam menurut aku. Mungkin bakalan lebih dalam lagi kalo aja di buku ini ngebahas gimana rasanya kesepian pasca ditinggal orang tua, kesepian saat meraih cita-cita dan gak ada yang bisa dimintain tolong, terpaksa kesepian karena keadaan yang dari awal udah hidup sendirian, perasaan tetep ngerasa kesepian padahal udah punya pasangan (aku gatau sih ini gimana rasanya, tapi bisa aja kan?), atau perasaan kesepian padahal udah meraih kesuksesan dengan standar society yang ada. Sebenernya yang aku sebutin itu udah ada belum sih di buku? jangan-jangan ada, dan aku bacanya kecepetan jadi gak kebaca?
oke deh, gitu aja review nya. Makasih udah nulis buku ini. Jazaakallahu khoir. aku tunggu buku Self-Healing #3 nya.
🌃Loneliness is My Best Friend🌃 Kesepian; Kawan Karibku
Buku seri #selfhealing kedua dari @alvisyhrn ini adalah salah satu teman yang sudah kutunggu kehadirannya sejak rilisnya kakak pertama selfhealing dari sang penulis—InsecurityisMyMiddleName.
Dan buku ini hadir di ulang tahun ke 29-ku! What a wonderful gift🥰
🌙 Buku dengan total 303 halaman ini, seperti biasa, membawa pesan-pesan kenyamanan untuk hidup yang kadang kelewat nggak nyaman. Dengan bahasa yang sederhana, gaya yang semi-semi bercerita, dan pesan-pesan yang tulus, buku ini akhirnya membuat perasaanku yang awalnya agak porak poranda, menjadi lebih tertata.
🍂Memang, nggak akan lama perasaan ini datang. Kesepian kadang bisa mudah balik lagi di waktu yang bahkan kadang belum kita persilahkan. Tapi, setelah baca buku ini, aku jadi tahu apa yang nanti harus aku lakukan ketika saat itu datang. Mau di tengah keramaian juga, kesepian bisa aja jadi temen kita. Di tengah kehangatan dan canda keluarga juga, bisa kok kesepian ikut nimbrung sambil tertawa.
⚘Tapi, semoga kita sudah bisa menganggap kesepian itu jadi teman; cukup diakui keberadaannya, trus kita bisa tetap melanjutkan hidup dengan kondisi yang baik. Ingat bahwa di tengah kesendirian kita, sebenernya kita gak pernah bener-bener sendiri. Ada Allah.
"People come and go, but Allah stays." (hlm. 226)
🌥 Dan, kamu punya seseorang yang memang selalu bersamamu kan, paket komplit yang sebenernya paling tau dirimu. Iya, diri kamu sendiri.
"You are your own best friend!" (hlm. 262)
Terima kasih banyak-banyak untuk teman baruku selama kurang lebih tiga tahun ini, Alvi Syahrin. Yang sudah menghadirkan dirinya dalam bentuk karya-karya yang sooooo good. Dari mulai #jikakitatakpernahjatuhcinta #jikakitatakpernahjadiapaapa #jikakitatakpernahbaikbaiksaja #insecurityismymiddlename sampai buku yang baru ini; dan semoga akan terus ada karya-karya lainnya.
Aku membaca buku ini dalam keadaan tidak sedang merasa kesepian. Namun, ketika membaca surat dari kesepian yang dimuat dalam buku ini tuh membuatku benar² menangis. Membuatku teringat kala rasa sepi itu dominan hadir dalam kehidupan satu tahun yang lalu dan ke belakang. Permintaan maaf yang dituliskan terasa benar² diucapkan dari rasa sepi itu dan kini ketika membacanya aku senang, rasa-rasanya diriku telah mampu memaafkan rasa itu.🤍
Buku ini ditulis dengan gaya seorang teman yang sedang bercerita. Ada 45 bab yang dapat membantu pembaca untuk berkenalan dengan perasaan sepi, menyadarkan bahwa sebuah rasa sepi yang hadir itu normal keberadaannya, namun perlu diterima dengan damai agar perasaan itu tidak menyiksa diri yang dihinggapi. Dan di buku ini, pembaca akan menjumpai beberapa tips atau langkah berdamai dengan rasa sepi itu.
Di antaranya dalam hubungan pertemanan, perasaan sepi itu hadir dan dirasa karena hasil dari sikap yang suka melabeli teman² kita sendiri dengan stempel "sahabat" dan "teman" sehingga perlakuan kita dan ekspektasi dari definisi yang dibuat tadi berbeda. Maka kita perlu melepaskan stempel² itu, lalu berusaha menjalankan peran dengan perlakuan sama rata baiknya dan semampunya. Serta melepaskan ekspektasi kepada siapa pun kecuali kepada Allah yang tidak pernah pergi meninggalkan.
Kita juga akan diajak menyadari bahwa setiap orang pasti akan hadir dan pergi silih berganti, hanya ada diri sendiri yang tinggal, maka sudah seharusnya diri perlu berteman dengan sebaik-baiknya kepada diri sendiri, tapi juga tidak menutup diri untuk bersosialisasi kepada orang lain (tipsnya juga akan kita temui di buku ini).
Buku ini sangat membantu diriku yang masih belajar berdamai dengan rasa sepi. Untuk teman-teman yang ingin berdamai dengan rasa sepi, sangat direkomendasikan untuk membaca buku ini juga ya. 🤍🌻
Siapa sih yang ngga pernah mengalami fase kesepian? life events yang makin lama levelnya meningkat pun seolah menguji kemampuan kita dalam menavigasi hidup yang mulai kabur arahnya. Kadang segalanya terasa berlebihan, dan berantakan, tapi gaada sama sekali yang bisa mendengar dan mengerti. That's how loneliness kicks in. Menanggung semuanya di bahu sendiri terasa berlebihan: banyak hal yang perlu diungkapkan, tapi ke siapa? gaada satu nama pun yang terlintas di kepala. Atau ada, tapi karena keterbatasan manusia, dia ga bisa sepenuhnya mengerti. Nah, buku ini ngasih kita panduan buat memahami dan meyakini kalo ternyata sendiri itu cukup.
Kesepian yang dibahas di sini diambil dari fenomena dunia pertemanan, keluarga, hingga hubungan romantis. Karena ternyata, kesepian gak memandang status, kepribadian, pekerjaan, atau kekayaan, alias, ya dirasakan oleh siapapun dan kapanpun. Penulis melalui gaya penulisan yang hangat, menuntun pembaca supaya bisa berdamai dengan kesepian yang datang di berbagai kondisi melalui berteman dan berkenalan dengan diri sendiri plus menyadari dengan penuh keberadaan Allah, sebagai tuhan yang selalu ada bersama hamba-Nya di setiap fase.
Buku ini cocok dibaca waktu lagi ngerasain kesepian dan saat perlu spiritual reminder sih. Setiap chapter membahas fenomena kesepian yang beda, pendek-pendek dan ngga saling terhubung. Jadi pembaca bisa dengan nyaman loncat-loncat chapter, dimulai dari yang paling beresonansi dan related. Meski setiap chapternya pendek, bahasa sederhana, dan terkesan kaya buku curhatan ya, tapi jangan dilahap dalam sekali duduk kalo menghayati haha. Dibaca santai aja, dan mulai dari chapter paling kamu suka.
Kalau dibuku sebelumnya membahas tentang insecurity maka dibuku ini pembahasannya adalah tentang loneliness a.k.a kesepian. Apakah harus baca buku yang Insecurity, enggak. Tapi kedua bukunya sangat rekomen dengan isi yang menarik.
Masih dengan gaya penulisan yang simpel dan penulis seakan tengah bercerita dan mengobrol dengan kita pembacanya. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami.
Di awal buku ini diberitahukan jika rasa kesepian tidak akan benar-benar hilang dari kita, karena yang harus kita lakukan adalah berdamai dengan kesepian.
Dimana kesepian bisa muncul karena ekspektasi kita terhadap sesuatu atau seseorang. Merasa kesepian karena tidak punya teman, merasa tidak pernah dianggap bahkan ketika dirumah atau merasa kesepian karena tidak memiliki pasangan yang kita cintai.
Bagaimana kita berdamai dengan kesepian itu, dibuku kita diajak terlebih dahulu untuk tidak denial dengan rasa sepi kita walaupun menyakitkan, lalu apa yang bisa kita lakukan setelah kita mengakui kalau memang kita merasa kesepian. Serta memberitahu kita bahwa hal yang wajar ketika kita merasa kesepian.
Yang sangat aku sukai, penulis selalu mengingatkan kita kalau sebenarnya kita tidak sendiri karena orang lainpun mungkin sama dengan kita, merasakan kesepian. Dan juga dibalik rasa kesepian yang kita alami karena tidak memiliki teman atau pasangan, selalu ada hikmah dibalik itu semua. Dan bukankah kita bisa berteman dengan diri kita sendiri? Lalu pencipta kita, Allah yang selalu ada untuk kita sehingga pada nyatanya kita tidak benar-benar sendiri.
Aku udah berekspektasi banyak dari judul bukunya, rasanya aku butuh ini banget, loneliness. Overthinking waktu sendiri maupun banyak orang. Cukup relate.
Aku suka muatan agama Islam dari penyebutan ayat Al-Qur'an di buku ini yang gak hanya disebutkan aja tapi juga jadi inti cara menghadapi kesepian itu, salah satunya dari menyadari dunia ini gak selamanya, kondisi manusia berubah, gak terkecuali kita.
Nasihat dari penulis kelihatan sesuai syariat. Pandangan yang bisa aku aplikasiin tentang pertemanan yang datang dan pergi itu gak selamanya negatif, bukan karena semua temen ada maunya doang, tapi karena ada porsi kebutuhan kita sama setiap orang di sekitar kita. Gak cukup punya satu temen doang untuk numpahin semua keresahan kita karena dia juga punya masalahnya sendiri dan malah jadi burnout dengerin kita terus. Don't put your egg in one basket juga berlaku di pertemanan???
Bagian yang aku kurang suka penyusunan babnya dan beberapa konten didalamnya kurang merepresentasikan judul bab, mungkin aku aja yang gak paham tujuannya. Antar bab aku lebih suka kalau lebih berkaitan temanya, walaupun di daftar isi juga udah ada, tapi waktu bacanya aku gak bisa bedain temanya. Beberapa bagian awal aku kurang relate but It's okay, diambil yang cocok & manfaat aja.
Buku ini aku niatin jadi penghuni tetap rak bukuku buat semangatin pas hari buruk & pengingat kalo lagi ngerasain kesepian.
"Amal baikmu adalah satu-satunya teman paling setia yang menemanimu di alam kubur". - Hal. 287
Makin dewasa kok makin ngerasa kesepian, ya? Aku pun ngerasa gitu. Circle pertemanan makin menyempit, teman yang dulu dekat banget sekarang agak merenggang, dan masih banyak lagi perasaan lainnya. But, it's okay.
Aku baca ini jujur lagi ngerasa kesepian sih ahahaha.
Menurutku buku ini lebih mengajak kita untuk berdamai dengan kesepian dan belajar untuk berteman dengan diri sendiri. Salah satu cara berdamai dengan kesepian adalah dengan menerima keberadaan rasa kesepian itu sendiri.
Perasaan kesepian adalah perasaan yang normal. Dan bukan hanya kamu yang merasakan kesepian, bisa jadi teman-temanmu juga merasa kesepian. "Everyone feels lonely, you're not alone." - Hal. 95, dan sumber pemicu rasa kesepian itu adalah ekspetasi.
Kesepian gak peduli dengan kepribadianmu, gak peduli dengan sikapmu, gak peduli dengan usiamu, gak peduli dengan statusmu, gak peduli dengan hartamu, jika kamu kesepian ya kesepian, semua orang bisa merasakan kesepian, dan itu normal. . Bahasanya enak, ringan, santai. Oh iya, ini buku lebih ke self help islamic, banyak kutipan-kutipan ayat Al-Qur'an di bagian menuju akhir buku. . Quotes favorite lagi : "Kebahagiaanmu bukan tanggung jawab orang lain. Kebahagiaanmu, tanggung jawabmu. Jodohmu juga nggak punya tanggung jawab untuk menghilangkan rasa sepimu. Rasa sepimu nggan bisa hilang dengan kedatangan satu orang. Rasa cukupmu, tanggung jawabmu." - Hal. 206
Isinya lumayan pendek-pendek tapi menurutku sebagian besar kalimatnya bisa dijadikan kutipan yang hangat dan menarik. Buku ini mungkin akan related dengan banyak orang yang baru saja memasuki usia dewasa atau peralihan dari masa remaja ke dewasa.
Meski kesepian terdengar sepele dan kesannya bisa diobati hanya dengan bertemu teman atau nongkrong bareng, tapi Alvi Syahrin menuliskan banyak hal lain yang belum pernah kubaca sebelumnya tapi menurutku ada benarnya.
Buku ini seperti sebuah surat dari penulisnya, yang berkenalan dengan kita (pembaca) sebagai teman baru, lalu dia mulai bercerita tentang pengalamannya mengatasi kesepian dan menemukan dirinya sendiri. Di antara tulisan-tulisan refleksi itu, diselipkan juga kalimat penyemangat dan sedikit tentang spiritual. Mungkin sebagian pembaca akan merasa ini lebih condong ke salah satu kepercayaan, tapi aku pikir ini cukup umum untuk dibaca oleh siapapun karena isinya memang hangat dan manis sekali.
Melalui buku ini, penulisnya seolah ingin menarik pembaca yang sedang merasa kesepian, agar tidak larut sendirian dalam kesedihannya. Cocok jadi buku yang dibaca sekali duduk, tapi menurutku juga cocok untuk dibaca ulang nanti di lain hari. ☺️
Reading Loneliness Is My Best Friend by Alvi Syahrin doesn't feel like reading at all, it feels more like the book is talking to me. It feels like I'm in a ship, treading calm waters for the whole journey.
- I admit that I bought this book out of curiosity, but it ends up exceeding my expectations. I reached 100 pages in one sitting, and for a non fiction book making me commit like that, is really something.
- I'm an extrovert and my life is surrounded by people most of the time, but on some days I do feel lonely so when the book says that the loneliness can come to us in whatever situation we are in, I really can relate with that. The book further explains on how we can make peace with the loneliness and how we can utilize it for our benefits so it won't drag us down, but keep us moving forward with our lives.
- The book also tackles the feeling in friendship and even within family relations. This topic here makes me re-visit those times from primary school to the working life which I realized that at some point, there are some incidents that will make me feel so sad and broken without any understanding of why is everything like this happening to me.
- All in all, I do feel like I somehow found myself within the pages and it's very wonderful to know that my feelings over these years are valid.
Quote "Sebaik-baiknya teman duduk adalah buku" sangat cocok untuk gaya penulisan buku ini. Penulis membuat konsep ngobrol bareng dengan pembaca sebagai teman dan sifat kesepian. Penulis juga membuka diskusi, tanya jawab membuat pembaca juga berpikir dan mengemukakan pendapatnya.
Dalam buku ini penulis mengatakan bahwa kesepian itu perasaan yang normal dan setiap manusia pasti merasakannya. Penulis mengajak pembaca untuk mengolah rasa sepi untuk jadi hal indah dan mengajak pembaca untuk berdamai dengan diri sendiri.
Buku ini sangat ringan, tulisannya juga sedikit-sedikit, di setiap babnya penulis memaparkan keluh kesah yang sangat relate sama kehidupan lalu memberi saran dengan cara halus tanpa menggurui. Buku ini selalu bersandar untuk kembali ke Allah SWT dan Rasulullah Saw, jadinya buku ini lebih spesifik untuk muslim/ah saja bukan universal.
Banyak kutipan ayat dan hadis. Aku berharapnya penulis bisa menjelaskan maksudnya bukan hanya secara gamblang menulis arti terjemahnya, karena takut salah persepsi. Arti terjemah dalam Al-Qur'an dan hadis itu masih umum jadi engga bisa disimpulkan hanya dengan baca terjemah saja.
Buku ini engga cuma tentang persahabatan tapi membahas juga soal pasangan dan hubungan dengan orang tua.
Insight baru setelah aku baca buku ini: Aku jadi paham kenapa kita merasa kesepian padahal banyak teman itu karena terlalu melabeling dalam hubungan misalnya siapa saja orang yang berlabel sahabat, teman dekat dan teman biasa. Membuat kita engga adil dalam berperilaku dengan orang-orang yang telah kita labeli itu, kita juga terjebak dalam lingkaran halusinasi kriteria sahabat, teman dekat, dan teman biasa. Akhirnya, jika yang kita tidak mendapat balasan yang sama, orang yang kita anggap sahabat malah biasa saja akan timbul kekecewaan. Sahabat itu kriterianya ngalir, engga harus dibuat, engga juga ada janji.
Buku ini engga mengajari kita untuk engga punya teman atau anti sosial, tapi untuk lebih sadar bahwa sahabat kita adalah diri kita sendiri. Kebahagiaan bersumber dari internal (diri kita) boleh juga karena eksternal (sahabat, pasangan, orang tua) tapi porsi internalnya harus lebih banyak, karena manusia pasti punya sifat berubah, manusia pasti akan pergi dan hilang. "I want you to be the best friend for yourself. You are truly a complete package for yourself. You are enough for yourself"
Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. People come and go. I know it's hurt. Sekarang biar bisa menghibur diri coba deh jadiin setiap episode dengan orang yang sekarang lagi nemenin kamu ini lebih berkesan, agar ketika asing lagi masih ada jejak kebaikan yang selalu di ingat orang yang pernah dekat dengan kamu.
Kalau aku selalu dengan temanku, aku nggak akan pernah bisa belajar nyaman dengan kesendirian. " (P. 166)
. Banyak menemukan hal yang menarik dalam "Loneliness is my best friend". Apa aja sih?! 😄
🌞 Quote. Banyak sekali quote yang memberikan nutrisi agar hidup bisa semangat tiada henti. Sepertinya tiap lembar ada quote penyemangat.
🌞 Penulis menepatkan diri sebagai teman curhat atau berbagi cerita yang baik. Bahkan setia mendengar, memahami cerita pembaca. Pembaca pun merasa tidak sendiri, ditemani hingga lembar terakhir.
🌞 Ada 45 bab dengan bahasan beragam soal "kesepian". 45 bab terdengar sangat banyak dan mungkin akan membosankan, prediksi ini salah besar. Pembahasannya singkat, mengena, juga memberikan sesuatu yang membuat jiwa bangkit.
🌞 Buku ini juga menguatkan kalau kesepian tak selamanya buruk. Ada banyak kebaikan yang bisa diambil dari "kesepian".
🌞 Disisipkan nilai - nilai agama. So, keren banget! 🥰
Pembawaan dialog yang ditulis oleh Alvi Syahrin membuat seolah bahwa buku ini menjadi teman dalam perjalanan singkat untuk berdamai dengan rasa kesendirian.
Kadang sulit untuk merasa utuh dalam ketersendirian tersebut, bahkan kita cenderung untuk membenci perasaan tersebut. Padahal itu adalah hal lumrah yang akan dirasakan oleh semua orang terlepas siapapun dia, karena pada dasarnya manusia tidak dapat lari dari kesendirian.
Selain itu, perasaan tidak ada orang lain selain diri kita yang dapat kita andalkan. Atau lebih tepatnya berusaha menjadikan diri sendiri sebagai sahabat terbaik yang dimiliki oleh kita. Itu adalah poin utama dari buku ini. Karena ketika kita sudah berdamai dengan diri kita, lantas ketersendirian tersebut hanyalah angin yang menyapa dalam kebisingan dunia.
Serta jangan pernah lupa, meskipun manusia meninggalkan diri kita. Tapi kita tak pernah sepenuhnya sendiir. Karena Allah selalu menyertai kita baik dalam kehidupan yang bising ataupun ketika sendiri.
Awal beli buku ini rasanya tuh excited banget nunggu dateng gak sabar buat baca, because i mean waktu itu aku ngerasa "kayaknya hidupku hampa banget" di umur yang semakin bertambah semakin bertambah pula overthinking di kepala. Takut kesepian, takut tidak memiliki pasangan, takut tidak memiliki banyak teman, takut sendiri, takut tidak sukses dalam berkarir. Yaaa pokoknya di umur² segini tuh rasanya banyak takutnya. Tapi setelah baca buku ini setidaknya aku tuh tercerahkan. Apa yang selama ini menjadi pertanyaan besar mulai terjawab, apa yg menjadi ketakutan mulai mereda. Dan pada akhirnya hari ini setelah sampai pada lembar akhir aku sadar bahwa kesepian itu wajar. Daripada memilih untuk melawan setelah hari ini mungkin kupustkan untuk berdamai, memeluk rasa sepi itu dan berjalan beriringan.
Bukunya kayak ngajak ngobrol kita, dan dia adalah teman kita. Banyak hal di dalamnya itu valid dan relate bgt sama kehidupan pertemanan aku jadi mungkin bisa relate sama kalian juga😬 Baca bukunya nyaman bgt, ya kayak ngerasa punya temen yang memiliki permasalahan yg sama dengan kita. Aku paling suka dimana part yg berisi kalimat untuk diri kita sendiri karena diri kita sendiri aja itu udah cukup. Dan di buku ini juga buat sadar bahwa kita itu lebih baik gak bergantung sama orang lain, gak memaksa teman untuk menjadi seperti kita, dan tidak melabeli teman kita.
Tapi sepertinya akan lebih baik kalo penyampaiannya universal ya, jadi semua bisa baca dan relate sama semua orang. Kenapa aku bilang gini karena di beberapa part itu ada ayat yang mungkin baik dibaca buat temen temen yg muslim tapi mungkin akan gak relate sama temen temen yang non muslim. Overall bukunya bagus, abis baca kayak ngerasa gak sendirian soalnya punya temen yg sering ngerasa sama kayak yg kita alami🤍
Relatable book menurut aku. Loneliness bukan cuma dirasakan saat kamu sendiri, tetapi dibanyak keadaan. Mungkin saat kamu banyak circle tapi gaada yg bisa ngertiin kamu, mungkin saat kamu bersama banyak teman dan di tempat keramaian tapi kamu rasa asing, bahkan mungkin saat kamu sudah berkeluarga tapi ga bisa meluapkan kegundahan karena beban kamu tumpuk sendiri dan gaada tempat yang mau diajak berbagi, dll...
Baca buku ini seperti berkomunikasi sama sahabat sendiri. Sahabat yg paling ngerti kita tanpa mau judge apapun yg kita rasa.
Di akhir buku ini kita diajari gimana berdamai dengan kesendirian. Ya kesendirian yang kadang datangnya ga pake permisi.
Kamu yg sering merasa sendiri perlu baca buku ini.
Menurutku, gaya penyampaian buku ini mirip sekali dengan buku Insecurity is My Middle Name dan jujur aku lebih relate dan lebih suka buku sebelumnya ketimbang buku ini. Banyak bait kalimat dalam buku ini yang bertuliskan "iya, gak apa-apa. aku juga paham kok." (etc yang serupa) serta banyak bait kalimat yang seolah menasehati kita untuk menurunkan ekspektasi justru membuatku merasa... tidak bisa relate.
Di sisi lain, sebagai pembaca non-muslim, menurutku buku ini lebih fokus menargetkan orang-orang beragama islam sehingga beberapa pesan dan bait kalimat disampaikan menggunakan bait Al-Quran.
Sebagai opini pribadi, aku lebih suka dengan pembahasan Insecurity is My Middle Name.