Puisi-puisi yang dimuat dalam buku ini telah terseleksi oleh koran-koran terkemuka di Indonesia. Setelah sekali lagi disaring oleh tim juri Pena Kencana (Sapardi Joko Damono, Sitok Srengenge dan Joko Pinurbo) terpilihlah 60 puisi yang temanya bervariasi. Tahun lalu, "Kidung Pohon" karya Jimmy Maruli Alfian terpilih sebagai puisi terbaik pilihan pembaca via sms.
Para penyair dalam buku ini: Acep Zamzam Noor, Alois A. Nugroho, A. Muttaqien, Ari Pahala Hutabarat, Deddy Arsya, Esha Tegar Putra, Fitri Yani, Frans Nadjira, Gunawan Maryanto, Hasan Aspahani, Inggit Putria Marga, I Nyoman Wirata, Isbedy Stiawan ZS, Jamal D. Rahman, Joko Pinurbo, Komang Ira Puspitaningsih, Kurnia Effendi, Lupita Lukman, Mardi Luhung, Marhalim Zaini, Nana Rishki Susanti, Nersalya Renata, Ni Made Purnama Sari, Nirwan Dewanto, Oka Rusmini, Ook Nugroho, Ramon Damora, Romi Zarman, Sindu Putra, Sunlie Thomas Alexander, Timur Sinar Suprabana, Triyanto Triwikromo, TS Pinang, Warih Wisatsana
Joko Pinurbo (jokpin) lahir 11 Mei 1962. Lulus dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Sanata Dharma Yogyakarta (1987). Kemudian mengajar di alma maternya. Sejak 1992 bekerja di Kelompok Gramedia. Gemar mengarang puisi sejak di Sekolah Menengah Atas. Buku kumpulan puisi pertamanya, Celana (1999), memperoleh Hadiah Sastra Lontar 2001; buku puisi ini kemudian terbit dalam bahasa Inggris dengan judul Trouser Doll (2002). Ia juga menerima Sih Award 2001 untuk puisi Celana 1-Celana 2-Celana 3. Buku puisinya Di Bawah Kibaran Sarung (2001) mendapat Penghargaan Sastra Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional 2002. Sebelumnya ia dinyatakan sebagai Tokoh Sastra Pilihan Tempo 2001. Tahun 2005 ia menerima Khatulistiwa Literary Award untuk antologi puisi Kekasihku (2004). Buku puisinya yang lain: Pacarkecilku (2002), Telepon Genggam (2003), Pacar Senja (2005), Kepada Cium (2007), dan Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007). Selain ke bahasa Inggris, sejumlah sajaknya diterjemahkan ke bahasa Jerman. Sering diundang baca puisi di berbagai forum sastra, antara lain Festival Sastra Winternachten di Belanda (2002). Oleh pianis dan komponis Ananda Sukarlan sejumlah sajaknya digubah menjadi komposisi musik.
karena saya suka membaca dan menulis puisi, otomatis saya juga jadi pembela puisi. semakin tak penting puisi, semakin ia dibutuhkan. pun cinta dibutuhkan karena ia tidak penting. jangan-jangan seperti itu.
puisi itu selalu berlebihan. menyimpan getir yang amat sangat. padahal itu hanya sebuah peristiwa jatuh hati. tapi kenapa puisi selalu hadir di kala orang sedang gelisah ya. tak penting profesi anda apa. puisi itu milik semua. tidak hanya penyair yang ada di kumpulan puisi terbaik ini.
puisi kalau dilombakan semacam ini, bagi saya, kok kehilangan gregetnya sebagai puisi. meski sebagai teks, puisi-puisi dalam kumpulan ini memang bagus. hampir semua puisi di buku ini, saya suka. meski puisi ya itu-itu saja. tapi karena saya suka puisi maka saya jadi pembela puisi. bukan pembela penyairnya ya.
jadi, nikmatilah puisi ini:
mayat seorang perempuan dengan selembar pesan di tangan: aku tak butuh puisi-puisi dan cintamu yang fiksi
tapi saya adalah seorang pembela puisi. semua puisi bagus. semua orang berhak menulis puisi. sekali lagi, puisi tidak hanya milik rendra yang encok-an, sapardi yang tua, atau sutardji yang gila.
bersama puisi kita menjadi tak penting dari sebuah kisah yang tak penting dan tuhan yang tak penting juga. tapi karena tidak penting itulah, puisi dibutuhkan.