Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kamu Tidak Salah

Rate this book
Kita akrab dengan resusitasi jantung paru (CPR) dan kotak P3K untuk menolong korban engan luka fisik. Namun, bagaimana dengan luka batin atau masalah mental?

Itulah pertanyaan yang membuat Jung Hyeshin menuliskan buku ini. Bagi Jung Hyeshin yang memiliki tiga puluh tahun pengalaman di bidang kesehatan mental, panduan untuk menolong diri sendiri maupun orang lain dalam keadaan gawat darurat kesehatan mental jelas sekali urgensinya.

Buku ini berisi penjelasan profesional tentang prinsip psikologi tepat guna, contoh-contoh kasus, dan teknik-teknik sederhana yang dapat membantumu menolong diri sendiri maupun orang lain dalam keadaan gawat darurat mental. Semoga, buku ini dapat menolong dan menyelamatkan, serta membuat hubungan antarmanusia menjadi lebih baik.

368 pages, Paperback

First published October 10, 2018

24 people are currently reading
467 people want to read

About the author

Jung Hyesin

2 books1 follower

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
49 (44%)
4 stars
42 (38%)
3 stars
14 (12%)
2 stars
4 (3%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 23 of 23 reviews
Profile Image for Tia Ayu Sulistyana (tiareadsbooks).
265 reviews71 followers
December 3, 2022
•recently read•
4/5⭐

•••

Kamu Tidak Salah karya Jung Hyeshin, psikolog ternama di Korea Selatan, menulis penjelasan professional untuk menolong diri sendiri dan orang lain. Buku ini terdiri dari 6 bab yang secara rinci membahas: Mengapa Kita Sakit, Pertolongan Pertama Kesehatan Mental (CPR Psikologis), Empati, Menetapkan Batasan, Melewati Rintangan Empati, dan Latihan Berempati.

Selama ini, aku menyakini bahwa luka batin atau masalah mental lebih baik ditangani oleh tenaga profesional. Namun melalui buku ini, dalam keadaan gawat darurat, luka batin atau masalah mental pun dapat diatasi dengan empati. Untuk berempati, kita harus fokus pada 'keberadaan diri' dan mencoba menyentuh 'aku' dalam diri orang itu. Terdengar mudah bukan? Nyatanya, empati sulit untuk dilakukan. Kita perlu mengasah kemampuan berempati kita untuk dapat menyelamatkan orang lain.

Jujur, selama baca buku ini, aku mencoba mengingat-ingat lagi apa yang aku lakukan ketika orang-orang terdekatku 'membuka dirinya' pada diriku.
Apa aku telah berempati dengan benar?
Apa aku telah memberikan tanggapan yang tepat untuk mereka?
Atau aku telah memberikan saran, nasihat, penilaian, dan penghakiman yang tidak perlu?

Buku ini begitu padat dengan prinsip psikologi tepat guna, teknik-teknik sederhana, dan contoh kasus-kasus untuk mengobati luka batin dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Buku ini pun dipaparkan secara praktis dan konseptual dan dibawakan dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti.

Dari buku ini, aku banyak belajar untuk lebih memahami perasaan orang lain; bahwa setiap orang butuh diperhatikan dan didengarkan; dalam berempati pun kita harus membuat batasan-batasan tertentu, dan yang paling utama, kita harus mendahulukan diri kita. Aku pun berharap, aku bisa mengaplikasikan ilmu di buku ini untuk diriku sendiri dan mungkin untuk orang-orang di sekitarku. Recommended banget sih buat dibaca semua orang! Suka!❤️

Buku ini cukup populer di Korea Selatan lho! Bahkan mantan Presiden Korea Selatan Moon Jae In juga baca buku ini. Gak ketinggalan para idol dan aktris favorite temen-temen, kayak BTS Kim Namjoon, EXID Jeonghwa, ENHYPEN Jungwon, TXT Soobin, & Han Sohee!😍🙌🏻

•••

#tiareadsbooks #tiawritesreviews
66 reviews19 followers
November 24, 2022
Buku tentang mental health yang teduh bagi kalian yang juga memiliki love language words of affirmation 😉

Buku ini dimulai dengan suatu topik yg menarik & comforting, yaitu mengenai kesehatan mental. Saya merasa mendapatkan banyak sekali pelajaran mengenai mental health secara general & juga mengenai perasaan saya. Buku ini memberikan validasi terhadap luka yg pernah saya rasakan. Buku ini membuat saya jadi lebih memahami diri saya sendiri melalui aspek “why i did that in the past”. And I’m not ashamed to admit that buku inilah yg ternyata agak mengubah mindset dari yg sebelumnya takut menjadi orang tua, menjadi terdorong untuk menjadi orang tua yg baik bagi anak2 saya kelak. Buku ini juga mengajarkan saya utk lebih atentif & fokus pada perasaan lawan bicara saya ketika sedang berkomunikasi. Meskipun demikian, ada beberapa statement dari buku ini yg cukup kontroversial. Pada bagian prolog pun penulis telah mewanti2 bahwa tulisan2 yg disajikan dalam buku ini bisa jadi bertentangan dgn teori2 psikologi & psikiatri modern. Selain itu, saya tidak merasa se-enjoy itu saat membaca setengah bagian akhir dari buku seperti pada saat saya membaca setengah bagian awal dari buku ini. Pada sebagian akhir buku, topik yg ditulis merupakan topik empati yg menurut saya pembahasannya terlalu repetitif dan klise. Penulis memaparkan beberapa referensi contoh kasus yg menurut saya cukup menarik utk dibahas dari sisi psikologis. Namun sayangnya penulis malah mengupas kasus2 menarik itu dari pisau yg “kurang tajam dan kurang menarik”. Hal lain yg kurang saya sukai dari buku ini adalah gaya penulisannya. Gaya penulisan dalam buku ini cukup dramatis & melankolis, sehingga terkesan agak berbelit2. Mungkin bagi sebagian orang gaya penulisannya cukup indah. Namun, saya memiliki preferensi membaca buku (khususnya buku nonfiksi) yg gaya bahasanya straight to the point dan tidak berbelit2. Hal ini membuat saya menduga bahwa sepertinya buku ini seharusnya bisa menjadi lebih tipis lagi bila dikemas tanpa gaya penulisan yg repetitif.

Di luar kelebihan & kelemahannya, saya tetap akan merekomendasikan buku ini utk teman2 terutama untuk kalian yg juga merasa “sedang tidak baik2 saja”.

📝 3.75 // 5
Profile Image for Bearone.
30 reviews
March 13, 2023
Muatan:
1. Teknologi tepat guna (dalam ranah psikologi)
2. Analogi
3. Ilmu parenting
4. Studi kasus

Rating dari aku 4.7/5

Dalam buku Kamu Tidak Salah, kita nggak bisa langsung nemuin pembelaan atas sesuatu (sesuai dengan judul buku).
Kesimpulan yang aku ambil dari seluruh isi buku ini adalah tentang pentingnya empati, baik untuk diri sendiri ataupun orang lain.

Penulis tidak menuangkan hal-hal yang bersifat sistematis seperti cara-cara berempati dan langkah apa yang harus dilakukan untuk menyembuhkan diri sendiri/pun orang lain.
Dari sudut pandangku, beliau menuliskan isi buku dengan cara "mengajar" dan "bercerita" seperti ketika di bangku perkuliahan. Terkadang, aku juga merasa bahwa beliau sedang melakukan konseling terhadap pembaca.
Tapi, ketika baca buku Kamu Tidak Salah, seringnya aku ngerasa lagi baca jurnal sih.
Hal itu karena di dalamnya disajikan banyak contoh kasus untuk kemudian dikaji.
Beliau juga membuat banyak analogi, dengan tujuan agar pembaca tidak jenuh dan mudah memahami apa yang ingin beliau sampaikan.

Untuk pembaca yang kurang berkenan dengan narasi dan cerita panjang, mungkin buku ini akan memiliki kesan yang bertele-tele dan membosankan.
Mungkin, juga akan sulit menemukan pokok atau inti dari pesan yang disampaikan.

Kamu Tidak Salah memiliki banyak cerita mengenai kehidupan, mulai dari orang biasa sampai tokoh publik.

Kalau kamu adalah pembaca yang suka studi kasus dari contoh cerita, aku rasa ini akan jadi bacaan yang cocok.
Profile Image for Joo Shim.
112 reviews6 followers
May 4, 2021
"공감"의 의미가 새롭게 다가왔다. 많은 관계를 되돌아 보게 된 시간이었다.
48 reviews
January 24, 2024
Salah satu hal paling menyebalkan di hidup ini adalah saat mengeluarkan uneg-uneg ke orang terdekat, kemudian dihujani kalimat “Nggak boleh begitu”, “Sabar, sabar, jangan marah-marah”, atau “Kamu seharusnya bersyukur”. Walhasil marah-marahnya tidak hilang. Justru menyesal sudah cerita ke orang tersebut.

“Ketika mendengarkan lubuk hati seseorang, kita seharusnya tidak mengemukakan kata-kata yang mengandung saran, nasihat, penilaian, atau bahkan penghakiman karena secara mengejutkan, itu hanyalah mengandung kekerasan psikologis.” - halaman 350


Inilah inti dari buku Kamu Tidak Salah. Soal menggunakan empati. Soal mencoba memahami orang lain tanpa sibuk memikirkan mau memberikan respon seperti apa. Dengarkan saja dulu. Tidak perlu juga membandingkan.

Manusia itu berbeda-beda. Pengalaman yang sama bisa saja menimbulkan perasaan yang berbeda. Sayangnya, masih banyak orang yang malah sibuk ingin membandingkan kemalangannya saat merespon cerita kesulitan orang lain.

Saya bisa membayangkan betapa menyenangkannya jika memiliki psikiater atau psikolog dengan karakter seperti si penulis. Memvalidasi perasaan pasien nomor satu, bukannya menghakimi tindakan yang dilakukan oleh pasien. Bahkan pada kasus pelaku kekerasan, penulis menegaskan bahwa kemarahan yang dirasakan pelaku itu benar, tanpa harus menyetujui tindakannya.

Buku ini mirip-mirip dengan What Happened To You?: Conversations on Trauma, Resilience, and Healing-nya Bruce D. Perry dan Oprah Winfrey. Daripada fokus pada tindakan akhirnya, sebaiknya fokus dengan perasaan dan ceritanya. Saat memahami penyebabnya, orang akan lebih mudah diobati. Kalau kata penulis Kamu Tidak Salah ini, seringkali penderitanya dengan mandiri mengobati lukanya sendiri saat dirinya merasa dimengerti.

Dari buku ini saya juga belajar mengenai batasan diri. Seringkali karena merasa tidak enak, kita menerima begitu saja curhatan orang lain. Padahal di saat yang bersamaan mental kita sedang runtuh oleh masalah yang dihadapi sendiri. Toh, manusia pada dasarnya dapat dengan mudah beradaptasi. Kebahagiaan masing-masing orang adalah tanggung jawabnya sendiri.

Empati tanpa batasan diri hanya akan membuat penolong dan yang ditolong tenggelam. Pantas ya kalau dalam kondisi darurat di pesawat, sebelum menolong orang lain, seseorang wajib memakaikan oksigen ke dirinya sendiri.

Untungnya kita sekarang hidup di era kesehatan mental menjadi isu yang penting. Mungkin masih saja yang menyepelekan. Saya cukup lelah dengan orang yang sibuk menghakimi korban percobaan bunuh diri dengan dasar agama. Saya pikir kutipan ini cukup mewakili:

“Terlalu terobsesi terhadap keadilan atau moralitas dapat menjadi penghalang empati dan secara fatal akan melukai perasaan seseorang.” - halaman 366


Yang tidak kalah bikin terenyuh saat bahasan mengarah ke hubungan antara orang tua dan anak. Seringnya tanpa sadar pola asuh dan cara mendidik orang tua meninggalkan luka buat si anak. Menyenangkan membaca beberapa kasus yang diangkat menunjukkan orang tua yang ingin memperbaiki “kerusakan” itu. Sesuatu yang jarang terjadi pada orang tua di Asia.

Saya lumayan sulit menamatkan buku ini. Sedikit membosankan, walaupun isinya sangat dekat. Serasa dipahami. Sepertinya yang membuat saya jenuh adalah pesan yang disampaikan diulang-ulang melalui banyaknya contoh kasus yang mirip-mirip.
Profile Image for Hai B!.
38 reviews5 followers
January 14, 2023
#breview : Kamu Tidak Salah

"Aku bersyukur karena kesedihanku tidak dipandang sebagai sesuatu yang buruk."

Buku ini adalah buku self improvement terjemahan. Penulisnya bernama Jung Hyeshin adalah seorang psikiater dari Korea Selatan yang berpengalaman 30 tahun di bidangnya.

Ada 374 halaman di buku ini. Aku sendiri menyelesaikan bukunya sekitar 4 hari. Menurutku bahasa terjemahannya tidak rumit dan mudah dicerna.
First of all, aku mau apresiasi desain cover buku ini. Aku suka kesederhanaanya tapi tetap indah. Dominan putih, judul sebagai point of interest, dan sedikit ilustrasi yang mempermanis.

Lanjut bahas isi bukunya. Buku ini tentang apa sih?
Selama ini mungkin kita bingung kan harus gimana saat tau ada orang terdekat kita yang kesehatan mentalnya sedang tidak baik-baik aja? Nah buku ini membahas mengenai "pertolongan pertama" pada kesehatan jiwa. Setelah dipahami lebih lanjut, buku ini adalah tentang menumbuhkan rasa empati sebagai "CPR" kesehatan jiwa tadi. Uniknya, walaupun penulis merupakan seorang profesional dalam bidang psikiatri, di buku ini justru dia mengungkapkan bahwa pertolongan pertama dalam kesehatan jiwa bukanlah menemui seorang ahli melainkan memberikan empati.

Empati adalah menerima dan memahami "aku" dalam diri orang lain. Empati ini sangat penting di dalam suatu hubungan antar manusia. Empati inilah yang menjadi pertolongan pertama dalam keadaan darurat kesehatan mental, baik diri sendiri maupun orang lain.

Terdapat penjelasan profesional hingga contoh kasus yang dijabarkan disini. Walaupun buku ini diperuntukkan untuk umum, namun cerita-cerita contoh kasusnya banyak berkaitan dengan hubungan antara orangtua (khususnya ibu, mungkin karena latar penulis yang juga seorang ibu) dengan anaknya. Atau mungkin ini dikarenakan kalau kesehatan mental seorang anak banyak dipengaruhi oleh orang tua.

Menurutku buku ini bagus banget dan banyak kasih insight baru buat aku. Menurutku juga buku ini sangat penting sebagai panduan saat ada keadaan darurat kesehatan mental, buat menolong diri sendiri, dan yang lebih ditekankan dalam buku ini adalah untuk menolong orang lain yang butuh pertolongan kita. Kalian harus baca!

⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️/5
Profile Image for ND Ratna .
100 reviews
May 22, 2023
Membaca buku ini membuatku sedikit tenang ketika berada di tengah kebingungan mencari pekerjaan.

Aku jadi belajar empati dari berbagai kondisi masalah yang dihadapi banyak orang. Dalam buku ini Jung hyesin memberikan contoh bagaimana kita harus berempati dari setiap masalah.

Walaupun beberapa kalimatnya masih terasa kaku namun aku suka contoh yang diberikan. Ternyata bisa memberiku banyak sudut pandang.

Empati ternyata tidak selalu harus berada pada posisi atau kondisi yang serupa dgn lawan bicara tapi bagaimana kita memandang masalah itu sendiri sudah termasuk empati.

Uniknya lagi buku ini juga menyediakan postcard dgn kutipan yang bikin hatiku trenyuh dan tag line kamu tidak salah. Secara garis besar aku suka buku ini
Profile Image for Shofiya Hakim.
27 reviews
December 17, 2022
Buku rekomendasi dari Namjoon selalu punya kekuatan tersendiri menemukan pembacanya, lewat teman-teman Army dan penerbit Haru, akhirnya buku ini sampai pada pembaca Indonesia.
Buku ini mungkin tampak klise, tapi pembahasan dan penyampaian penulis dalam buku ini memberikan perspective baru pada sebuah buku yang ditulis oleh seorang ahli (psikolog/psikiatri) tentang masalah kesehatan jiwa.
Profile Image for Ridwan Tri.
2 reviews1 follower
January 25, 2023
Jika kamu mencari sebuah perhatian dari orang terdekat kamu, Buku ini mungkin sangat cocok!

Banyak yang disampaikan oleh penulis tentang EMPATI. Dari buku ini juga kamu akan mulai merasakan dan mempelajari untuk mencintai diri sendiri, bagaimana kamu harus berempati terlebih dahulu kepada diri sendiri sebelum berempati kepada orang lain. I'll recommended for you!
Profile Image for Nindy.
18 reviews
June 2, 2024
Buku improvement self ini ditulis oleh psikiater profesional yang dikemas dengan bahasa sederhana, sehingga pembaca gak perlu 'mikir terlalu dalam' selama memahami setiap cerita yang dituangkan penulis.

Dari segi fisiknya, buku setebal 374 hal ini menurut gue isinya daging semua, sih. Serius. Fokusnya pun langsung pada sebuah titik tentang konsep keberadaan 'aku' yang ada di dalam diri kita sebenarnya sebagai manusia tak sempurna.

Manusia punya permasalahan konflik yang cukup kompleks setiap harinya. Mereka yang menyimpan luka kelam di dalam batinnya cenderung enggan untuk berbagi, karena tak mau dianggap menjadi sosok yang lemah.

Padahal, tak ada yang salah dengan menyuarakan 'aku' di hadapan orang lain dengan maksud agar perasaan luka di dalam dirinya bisa terurai secara perlahan & menjadi selayaknya manusia.

Mungkin seringkali kita pernah ya nemu atau baca buku self improvement yang dituangkan serta dialami sendiri oleh penulis. Tapi, 'Kamu Tidak Salah' disusun dengan rapi oleh seorang psikiater yang telah berkarir selama 30 tahun, lho.

Berbagai pengalaman & pembelajaran yang telah beliau terapkan pada pasien-pasiennya yang berasal dari berbagai latarbelakang. Mengenai depresi, empati, trauma & penyembuhan diri terkait kesehatan mental.

Di dalamnya sendiri ada banyak kasus-kasus atau permasalahan keberadaan diri terkait 'aku' atau batin manusia, dan hal itu cukup relate bila dikaitkan dengan situasi jaman sekarang.

Pantas jika buku ini disebut sebagai 'pertolongan pertama pada kesehatan jiwa' dan 'psikologi tepat guna', untuk membantu pembaca atau orang lain yang sedang kesulitan menghadapi keberadaan diri 'aku' di dalam seseorang.

Me-review buku ini sejenak mengingatkan kembali pada saat gue diwawancara seputar luka batin dan kesehatan mental beberapa waktu lalu (tysm penerbitharu ❤).
Bahwa, menurut gue selama kita gak mendiagnosis sendiri atas gejala dan langsung mengetahui sisi luka batin mana yang perlu disembuhkan, rasanya tak perlu malu atau khawatir untuk ungkapkan 'aku' di hadapan orang lain tentang kondisi kita yang sebenarnya.
Profile Image for Ardina Alth Mora.
484 reviews16 followers
December 3, 2022
🪴Luka batin atau masalah mental sekarang ini menjadi hal yg cukup diperhatikan dan banyak dibicarakan juga, banyak buku-buku dengan genre psikolog mulai dati bahasa yang ringan sampai dengan bahasan yg mungkin lebih medis. Dan ketika berkaitan dengan luka batin atau masalah mental tak jarang kita dengar saran untuk ke psikolog profesional.
.
🪴Apa bisa masalah mental tidak langsung dengan psikolog profesional? Seperti luka fisik bisa dengan kotak PK3. Cuma apa kita pernah berpikir kalau luka batin atau masalah mental itu juga punya kotak PK3? Pertolongan pertama tanpa obat-obat medis.
.
🪴Buku “Kamu Tidak Salah” yang di tulis Jung Hyeshin seorang psikolog ternama di Korea Selatan tentang luka batin atau masalah mental. Bagaimana panduan atau praktik untuk menolong diri sendiri maupun orang lain dalam keadaan gawat darurat kesehatan mental. Disini dijelaskan tentang prinsip psikolog tepat guna, dilengkapi dengan contoh-contoh kasus mulai dari kalangan selebrity sampai keluarga, lingkungan sosial dan tips-tips sederhana yg bisa membantu orang lain dan diri kita tentang masalah mental atau luka batin lewat “Empati”. Lewat metode Empati yang bisa menyentuh “Aku” pada diri seseorang dapat menyelamatkan diri kita dan diri orang lain yg sedang dalam keadaan lula batin.
.
🪴Empati sederhana yg mungkin kadang kita anggap biasa saja ternyata besar pengaruhnya seperti hanya bertanya “Bagaiamana perasaan hati ini?”. Simplenya sih setiap orang yang menceritakan lukanya pada kita bukan melulu butuh saran, nasihat atau pun penilaian layak tidaknya dari kita, karena ada kalanya hanya butuh perhatian dan didengarkan saja. Dan empati juga ada batasnya, tidak membuat pemberi merasa terbebani atau membuat luka batin. Karena empati yang dijelaskan Jung Hyeshin yg bisa membantu, menyelamatkan “Aku” pemberi dan penemerima empati.
.
🪴Berharap semua orang baca buku ini🥰Oya jangan lupa tgl 25 Agustus 2022 nanti ada spesial offer di @penerbitharu 😉. Dan ini dibaca Presiden Moon Jae In, Namjoon-BTS juga Soobin TXT🥰.
3 reviews
November 17, 2022
Karena judulnya berbunyi, "Kamu Tidak Salah" dengan embel-embel "Pertolongan Pertama Pada Kesehatan Jiwa", diriku awalnya berpikir bahwa buku ini hanya berkutat seputar ruang lingkup judulnya saja. Kurang lebih dengan cara membesarkan hati dan mengafirmasi emosi—namun tentu saja diriku salah.

Buku ini bercerita mengenai banyak hal, mulai dari cara bagi seorang orang awam (di luar bidang psikologi atau psikiatri) untuk memberikan pertolongan pertama pada mereka yang membutuhkannya secara psikologis, sampai cara berempati dan memperlakukan sesama dengan layak.

Dengan contoh-contoh kasus dan pembahasan yang mendalam, penulis memberikan langkah-langkah bagi pembaca untuk melakukan pertolongan pertama bagi orang lain. Hal yang paling ditekankan adalah cara berfokus pada pribadi atau 'aku' dalam diri orang lain dan cara untuk berempati pada mereka yang membutuhkan.

Yang istimewa dari buku ini adalah sang penulis membahas secara terperinci bagaimana cara melatih empati kita— mulai dari ajakan untuk berfokus pada emosi yang dirasakan, membedakan emosi dengan tindakan, juga cara menetapkan batasan dalam berempati.

Salah satu kalimat yang paling mengena untukku adalah, "Seseorang yang ingin berempati pada orang lain pada saat bersamaan harus berempati juga pada lukanya sendiri". Buku ini membuat pembaca sadar (well, setidaknya diriku) bahwa jika kita tidak memberikan empati untuk diri kita sendiri, kita akan kesulitan memberikan atau mempertahankan empati pada orang lain. Bahkan buku ini menyadarkanku bahwa kita bisa saja berempati dengan seseorang, namun tidak merasakan emosi yang sama dengannya; atau berempati dengan seseorang namun pada saat yang bersamaan tidak membenarkan tindakannya.

Singkatnya, buku ini memberikan pandangan baru bagiku mengenai cara menolong sesama (secara psikologis dan emosional), cara berempati—dengan sangat detail, bahkan juga cara memperlakukan sesama dengan layak.
Profile Image for Astala.
99 reviews
September 18, 2024
Kamu Tidak Salah
by Jung Hyesin
penerjemah Yuniar Budiarti; Dewi Ayu Ambar Rani

⭐5
Buku self improvement yang mengangkat tema mengenai 'pertolongan pertama pada luka batin' ini begitu hangat saat dibaca. Pembahasan mengenai empati disepanjang bukunya, menghadirkan pemahaman-pemahaman baru akan makna empati yang sebenarnya.

Buku yang menjelaskan dengan baik arti empati yang bukan hanya sekedar mendengar dan meng-iya-kan segala ucapan seseorang. Di dalam buku ini juga mengajarkan mengenai empati terhadap diri sendiri, yang paling utama dan yang paling penting.

Selama membacanya, segala perasaan yang sedang aku rasakan seolah divalidasi atas kalimat-kalimat yang terlalu relate dengan kehidupan dan hubungan sosial. Membaca bukunya membuatku seolah dipeluk dalam setiap pembahasan mengenai pengobatan luka batin yang di jelaskan.

Sangat mengalir dan dapat dibaca kembali disaat dirasa perlu mengasah dan menghadirkan empati dalam diri. Namun dibagian akhir (h. 354-selesai), pernyataannya cukup kurang aku terima karena beda prinsip dan kepercayaan dengan pernyataan penulisnya mengenai white lies. Cuma overall, bukunya sangat-sangat hangat untuk dibaca dan aku rekomendasika.

🌼🌼
Profile Image for lia.
32 reviews1 follower
April 9, 2024
Membaca buku ini karena rekomendasi Psikolog di X (Twitter). Ini buku tentang kesehatan mental yang pengin saya highlight pake stabilo karena banyak hal yang penting dan yang gak saya sadar, saya alami.

Kalau kamu pernah mempertanyakan apa sebenarnya arti empati? Bagaimana merespon cerita sahabat/keluarga kita? Apakah empati harus merasakan hal yang sama dengan orang yang cerita sama kita? Apakah empati harus selalu sepakat dengan tindakan dari orang yang cerita sama kita? Buku ini menuliskannya dengan baik dengan banyak studi kasus untuk memperkuat pernyataan penulis.

Meskipun pada bab terakhir terkesan mengulangi bab-bab sebelumnya, buku ini tetap membantu saya untuk bisa melihat cara yang tepat dalam menavigasi emosi saya, sehingga memudahkan saya memahami dan hidup dengan orang lain.
52 reviews
January 10, 2024
Buku yang mengajarkan banyak hal tentang empati 💚
ketika seseorang menceritakan isi hatinya, jangan berikan nasihat, didikan dan sebagainya tapi berempatilah, bantu dia menemukan 'aku' dalam dirinya, 'aku' yang tidak terpengaruh oleh faktor eksternal, yaitu keberadaan diri yang sebenarnya.

emosi negatif tidak selalu buruk begitupun emosi positif tidak selamanya baik, semuanya tergantung keadaan kita. tetapi tidak ada perasaan yang salah, manusia adalah manusia, emosi adalah tanda eksistensi diri.

masih banyak lagi pembahasan yang menarik dan membuka mata kita tentang perasaan dan empati di dalam buku ini.

Banyak pembahasan yang menggunakan contoh pada kehidupan sehari-hari dan bahkan relate dengan saya! semoga kita semua dapat melatih rasa empati dalam diri sendiri! 😇
Profile Image for desi.
14 reviews
March 7, 2024
⭐️50000/5
Warm book I ever had. Ini beneran seperti taglinenya pertolongan pertana untuk kesehatan mental, aku sering banget nangis waktu baca buku ini, kaya kok ada orang yang tulus banget mau ngasih tau ini semua dalam sebuah buku.
Whenever I have a bad feeling, I will open this book to get motivation. I love this book, will be my all time favorite book, I can feel it. Thank you so much Jung Hye Sin for writing this warm and lovely book ♥️♥️🥹🥹🥹
Profile Image for Unknown.
52 reviews
November 19, 2024
Semua org punya cerita dan semua cerita itu perlu diceritakan. Pada dasarnya everyone need their own listener. Cerita2 tent. kerabat dari korban kapal sewol di buku ini sangat memilukan, membayangkan kejadian itu saja sdh ngeri, pasti menjadi luka permanen. berhubung dengan buku Andreas kurniawan sebelumnya, semua org butuh tempat bersandar dan tentunya dengan org yg tepat dan mengerti. Contoh2 kasus dalam buku ini bagus, tapi penjelasannya kadang menurut saya terputar2 dan repetitif.
Profile Image for Nrmalaas.
1 review
February 14, 2025
“Those who are full of internal and external wounds cannot tolerate even the slightest fault of others because they are in a state of despair.“ This made me cry so hard because when you are in despair and just want to be heard but the person can't validate that and instead says things (they think it's harmless) that make you suffer even more. they must be kidding, they're almost pushing people off a cliff.
Profile Image for Nadya Eva.
6 reviews
December 24, 2023
Exposing small details regarding empathy that people (myself) could've missed.
Profile Image for Ayacchi.
741 reviews13 followers
February 26, 2024
Dulu beli buku ini karena tergerak, mungkin aku bisa membantu orang lain dengan membacanya. Apalagi, yang dititikberatkan pada saat itu adalah betapa emosi itu nggak salah. Bahwa kita harus memvalidasi emosi seseorang.

Biasanya, ketika membaca buku serupa, aku merasa nggak relate dengan studi kasusnya karena background budaya yang berbeda. Bahwa ada beberapa (atau banyak) hal yang nggak bisa diterapkan di kehidupan kita sendiri. Tapi, membaca buku ini menyadarkanku kalau psikologi itu semacam bahasa universal, bisa diaplikasikan kapan pun dan di mana pun. Jadi, walaupun ada kasus-kasus yang nggak relevan dengan kita, tapi core-nya sama. Inti permasalahannya sama. Bahkan lucunya (nggak lucu juga sih), ada saat di mana aku sedang baca bagian tertentu, lalu aku menemukan kasus yang berhubungan di dunia nyata/maya. Intinya di sekitarku. Jadi berasa belajar langsung.

Aku yang tadinya berpikir buku ini akan berguna buat orang lain, malah jadi banyak belajar dan merefleksikan diri. Meski ada beberapa poin yang aku kurang setuju dengan pandangan si penulis, tapi aku sadar kalau ternyata selama ini pendekatanku tidak selalu tepat.

Kesimpulan dari buku ini mungkin memang hanya terdiri dari satu kata, tapi ternyata proses untuk mencapai titik itu nggak mudah. Banyak hal yang harus dipelajari, dipahami, dirasakan, dan yang terpenting, tanpa mengorbankan siapa pun terlebih diri sendiri.
Profile Image for Maknunah.
95 reviews
February 5, 2024
Yang aku inget dari buku ini, "Kalimat bagaimana kabarmu hari ini?" adalah pertolongan pertama masalah mental. Jadi jangan nunggu orang lain bertanya apakah kamu baik-baik saja, mulailah tanya pada dirimu sendiri, bagaimana kabarmu hari ini?

Buku ini juga mengajarkan bagaimana berempati. Katanya musim semi akan tiba dalam hati kita jika mendapatkan empati. Kita tidak bisa berempati pada hal yang tidak dimengerti.

Ketika kita harus berempati tetapi kita juga ingin menerima empati, berempatilah pada diri sendiri terlebih dahulu. Setelah itu, barulah kita berempati kepada orang lain.

Ada 1 kalimat yang menenangkan, "Kembalilah kapanpun kau tidak suka kehidupanmu. Selama ini kau sangat dicintai dan tumbuh dengan bijaksana. Jika kau menilai kehidupan disana tidak layak, artinya itu benar. Datanglah kapan saja, Ibu dan Ayah akan selalu dibelakangmu".
Profile Image for Pearl is Reading.
124 reviews
August 16, 2025
Pemahaman terlalu dalam mengenai kesehatan mental. so far, it's good explanation, got new information, and many learning
Displaying 1 - 23 of 23 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.