In The Pulse of the Earth Adam Bobbette tells the story of how modern theories of the earth emerged from the slopes of Indonesia’s volcanoes. Beginning in the late nineteenth century, scientists became concerned with protecting the colonial plantation economy from the unpredictable bursts and shudders of volcanoes. Bobbette follows Javanese knowledge traditions, colonial geologists, volcanologists, mystics, Theosophists, orientalists, and revolutionaries to show how the earth sciences originate from a fusion of Western and non-Western cosmology, theology, anthropology, and geology. Drawing on archival research, interviews, and fieldwork at Javanese volcanoes and in scientific observatories, he explores how Indonesian Islam shaped the theory of plate tectonics, how Dutch colonial volcanologists learned to see the earth in new ways from Javanese spiritual traditions, and how new scientific technologies radically recast notions of the human body, distance, and the earth. In this way, Bobbette decenters the significance of Western scientists to expand our understanding of the evolution of planetary thought and rethinks the politics of geological knowledge.
Friend was recommending this based on a similar approach and research I've done in Merapi for a feature film. This is a great read. Almost 100-year history of Merapi observation was unfolded, seeing the connection to link the political and the geo. It keeps reminding me that the Indonesian archipelago is a complex and complicated landscape where worldviews collapse, the rationalist and the mystic are constantly collaborating while at the same time fighting each other. However, conclusion could've been more grounded - I feel it was a little too vague. Shout out to Pak Surono which is mentioned in this book!
🌋Perpaduan geologi, teologi islam di Jawa, kosmologi, mistisme, dan juga politik digabungkan oleh penulis dalam buku ini memberiku banyak perspektif dan juga belajar lagi dan lagi tentang sejarah yg bukan hanya Merapi saja tapi lebih kompleks. Agak cukup pusing karena byk hal yg aku tidak familiar, tp disitulah letak keasyikan tersendiri nya😵💫🤓
Ada banyak sekali hal yg membuatku tercengang, beberapa diantara nya: - Jawa telah menjadi pusat intelektual narasi bumi selama lebih dari seabad. Masyarakat di Jawa secara tradisional ditata dengan prinsip bahwa geologi adalah perkara sosial, bahwa sejarah sosial adalah sejarah geologi, dan bahwa gunung berapi adalah suatu tata masyarakat. - Pada Jawa kolonial di peralihan abad ke-20, Hindia Belanda menanam dan mengekspor produk botani (rempah2, beras, teh, tembakau, obat2an, karet, jati, dan kina) ke pasar Eropa dan menjadikan Belanda sebagai salah satu negara terkaya di Eropa. - Kesenjangan global antar negara2 kaya dan miskin adalah akibat distribusi sumberdaya. - Revivalisme sejarah menghubungkan masa kini dg masa lalu, tetapi itu juga merupakan perpanjangan dari dimensi edukatif “utang kehormatan” kolonial Belanda kepada kaum pribumi; itu akan mengajarkan kaum pribumi tentang budaya mereka yang terlupakan. Dengan tujuan untuk menggerogoti Islam Jawa. - Jatuhnya Jawa kuno karenanya bukan peristiwa tunggal melainkan lebih berupa kemunduran multidimensi dari sistem sosial dan alam yang berlangsung secara bertahap. - Negara sering dikaitkan dengan korupsi dan inkompetensi. Infrastruktur negara seperti jaringan radio dan telepon di kaitkan dengan kapitalisme kroni yang menyalurkan modal kepada mereka yang berkuasa di pusat2 perkotaan dataran rendah. Oleh karenanya, para ilmuwan merupakan representrasi negara dan terlibat dalam korupsinya. - Pos-pos pengamatan tidak hanya memperluas negara sampai ke wilayah pedalamannya; pada saat yang sama pos-pos pengamatan itu menciptakan situs tempat ketegangan geopolitik global modern terjadi, dan menyatukan lingkup-lingkup ini—politik, planet, dan tubuh. ⛰️
Terjemahannya asyik: seru kayak baca novel. Perspektif, isi atau isunya sangat menarik & layak dibaca, terutama buat pecinta alam (gunung + laut = bumi), karena memadukan geologi - politik - sejarah (kolonial) - mistikisme/teosofi (di Jawa/Indonesia) lewat samudra Hindia & gunung Merapi.