Bianca Hanafiah yang berjiwa bebas pernah membuat kesepakatan dengan Reno sang kakak demi membersihkan nama sepupunya dari skandal: Bi menghadiri meeting di MataCakra Internasional selama sebulan.
Tak disangka-sangka, yang Bi dapatkan justru lebih dari sekadar itu; ia dijodohkan dengan dengan pewaris konglomerasi MataCakra Internasional yang dingin dan tegas, Sultan Syahrizki, bersamaan dengan supaya akuisisi Hanafiah Group terhadap perusahaan tersebut. Demi keluarga besarnya, Bianca menerima gagasan itu dan langsung menjadi tunangan Sultan.
Tetapi, kejadian pada suatu malam mengubah hidupnya. Bi yang hatinya remuk akibat upaya perjodohan sepihak, terlibat perkelahian di klub malam dan bertemu Sora si tampan bermata sipit yang tanpa sungkan membantunya—membuatnya terpukau pada perjumpaan pertama mereka.
Sitta Karina Rachmidiharja merupakan penulis kelahiran Jakarta, 30 Desember 1980 yang karya-karyanya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Mizan, dan Lentera Hati Group.
Sebagian besar karyanya akan dirilis ulang oleh penerbit Buah Hati (Lentera Hati Group) mulai 2013, termasuk serial keluarga besar Hanafiah dan Magical Seira.
Ia pernah menjadi juri pada ajang apresiasi sastra Khatulistiwa Literary Award 2008, pengajar pada Coaching Cerpen Kawanku 2009 dan 2010, serta menjadi kontributor cerita dan feature article pada majalah remaja kenamaan seperti CosmoGIRL! , Gogirl!, Spice!, Kawanku, dan lainnya.
Selain menulis, Sitta sangat menyukai fashion, kopi, dan olahraga.
-----------------------------
Serial Magical Seira (akan rilis ulang bertahap 2012-2013):
Magical Seira 1: Seira and The Legend of Madriva Magical Seira 2: Seira and Abel's Secret Magical Seira 2.5: The Sand Castle Magical Seira 3: Seira and The Destined Farewell
Selama ini, saya gak pernah menyukai novel - novel saga Sitta Karina yang bercerita tentang keluarga Hanafiah karena rasanya keluarga seperti terlalu gak "real".
Bayangkan saja, melalui novel-novelnya Sitta bercerita tentang sebuah keluarga besar yang kaya dan berkuasa bernama Hanafiah. Saking kayanya, keluarga Hanafiah sampai dinobatkan menjadi pengusaha paling sukses se-Asia (Asia lho ya! bukan cuma Asia tenggara) versi majalah Forbes. Kekuasaan keluarga Hanafiah juga menjangkau dunia Barat sana, dimana anggota keluarga Hanafiah punya hubungan dengan taipan - taipan internasional atau pun anggota keluarga kerajaan Eropa.
Para anggota keluarga Hanafiah juga bergaul di kalangan socialite dengan gaya yang "gaul abies". Minuman alkohol, busana - busana rancangan designer terkenal, dan selalu masuk dalam majalan elegan macam Attirer (semacam Harper's Bazaar kalo di dunia nyata).
Tapi HEBATNYA....
Keluarga besar hanafiah tetap rukun dan saling menyayangi. Gak ada tuh istilah rebutan warisan apalagi persaingan antar saudara seperti yang di sinetron (kalo yang ini sih masih mungkin aja. Toh saya mengenal beberapa orang yang berasal dari keluarga "tajir" tapi rukun).
Yang LEBIH HEBATNYA lagi..
Sebagian besar keluarga Hanafiah ALIM (saya bilang sebagian karena Sitta belum selesai menceritakan anggota keluarga Hanafiah. Dan karenanya saya belum berani bilang semua anggota keluarganya sealim tokoh - tokoh yang telah diceritakan).
"Alim" karena mereka rajin sholat, gak terlibat drugs ato pun extra marital sexual relationship.
Dan SEMUANYA good looking karena ada turunan latin di keluarga mereka. Saking good looking-nya, penampilan fisik (dan juga popularitas) para Hanafiah bahkan mengalahkan para artis Indonesia.
Dan yang PALING HEBAT...
semua kekayaan keluarga Hanafiah itu didapat lewat jalan yang halal. 100% HALAL. Gak ada KKN dan bahkan gak ada usaha Hanafiah yang merusak lingkungan dan gak terlibat keributan dengan rakyat kecil macam gusur menggusur. Pokoknya bersih sebersih - bersihnya.
Wow...Keluarga yang hebat bukan?
Selain point - point di atas, novel saga Hanafiah-nya Sitta Karina juga selalu bercerita tentang :
1. Keluarga - keluarga elite lainnya yang merupakan partner atau pun saingan bisnis Hanafiah yang bergaul di kalangan yang sama tapi mereka gak se-"suci" Hanafiah.
2. Selalu ada tokoh yang sebenarnya tajir tapi memilih untuk hidup dengan gaya anti kemapanan.
3. Kisahnya pasti kisah cinta yang tragis, ironis, kadang berakhir bahagia, kadang tidak.
4. Ada selipan bahasa-bahasa asing. Minimal Inggris, diikuti Spanyol, lalu Jepang ---> Saya masih salut dengan fakta ini karena artinya Sitta 'niat' banget memberi warna lain di novelnya. Bahkan dia rela membayar jasa penerjemah lho (baca infonya di website Sitta).
5. Semua tokohnya (di luar Hanafiah maksudnya) pasti good looking. Bahkan si girl next door macam Sissy pun tetap punya penampilan yang bisa mengalahkan model. Wow (^o^)
6. Sesederhana apapun keluarga tokoh - tokohnya, tetap aja si tokoh mampu kuliah di luar negeri atau pun membeli barang - barang bermerk (Jimmy Choo paling murahnya)
7. Meski sudah disinggung di point 6, tapi saya tetap sebut disini : Selalu ada sisipan berbagai barang - barang branded yang ditulis namanya secara lengkap (bisa terdiri 4-6 kata lho). Geez...seakan pembaca belum paham gimana tajirnya keluarga Hanafiah dan orang - orang di sekitarnya.
8.Tokohnya kalo nggak stress, ya mempunyai cerita hidup yang tragis. Pokoknya latar belakangnya pahit deh.
9. Secara konsisten menggunakan nama-nama tempat bergaul dan sekolah yang sama untuk semua tokoh di dalam novelnya. Contohnya : Portrait (sebuah cafe cozy di Jakarta), Karlu (tempat clubbing kaum socialiter Jakarta) dan (yang gak boleh lupa) Universitas Richmond Indonesia aka URI. Sebuah universitas yang lebih "berkelas" daripada UPH dan lebih "intelek" daripada UI. Wow (lagi)
10. Selalu ada sketsa - sketsa yang digambar Sitta atau potongan gambar yang entah diambil dari mana untuk mendukung ceritanya. Diliat dari review - review lain, sepertinya gambar ini justru jadi salah satu kekuatan novel Sitta. Saya pribadi sih bersikap netral aja dengan gambar- gambar ini.
Sejauh ini sih, saya baru ingat 10 ini. Nanti kalo ada ditambahin lagi (Padahal 10 aja udah kebanyakan ya )
Saya telah mengikuti kisah keluarga Hanafiah sejak novel perdana Sitta yang berjudul Lukisan Hujan yang menceritakan kisah Diaz Hanafiah dan Sissy Iswandaryo. Saat itu, kesan pertama saya adalah : "Ini teenlit yang beda." Bukan hanya dari tema cerita dan pilihan kata-katanya yang bagus tapi juga endingnya yang berani beda.
Novel kedua, Imaji Terindah, yang bercerita tentang Chris Hanafiah dan Aki saya kasi komentar : "Yah...lumayanlah." Gak istimewa banget sih, tapi saya suka endingnya.
Di urutan ketiga ada Pesan Dari Bintang yang menceritakan tentang Inez Hanafiah, bidadari-nya keluarga Hanafiah (karena dia yang paling cantik dan glamour) dengan Nikratama Zakrie, sahabatnya yang beda "dunia". Buku ketiga ini sempat membuat harapan saya naik lagi setelah sempat turun di buku ke 2.
Sayangnya, buku ke-4 yang berjudul Putri Hujan & Ksatria Malam sukses mengkandaskan harapan itu. Buku ke -4 ini merupakan kelanjutan kisah Diaz Hanafiah dan Sissy juga lanjutan cerita Chris Hanafiah. Di buku ini, satu hal yang saya sukai dari Lukisan Hujan dan Imaji Terindah (yaitu endingnya) ditutup dan dimentahkan disini. Saya tahu, sebagian besar pembaca lebih menyukai ending di Putri Hujan & Ksatria Malam, tapi saya pribadi sudah jenuh dengan cerita yang berkesan happily ever after.
Seluas Langit Biru yang merupakan novel ke-5 Keluarga Hanafiah bercerita tentang Bianca Hanafiah. Berbeda dengan Inez yang charming dan glamour, Bianca adalah tipe gadis tomboi, menguasai karate yang terobsesi dengan ninja dan lolipop. Untuk menggambarkan : Inez elegant while Bi adorable.
Bianca dijodohkan dengan Sultan Syahrizki, pengusaha muda pewaris MataCakra. Hal ini dilakukan untuk mempermudah merger antara MataCakra dan Hanafiah Group. Sayangnya, Sultan adalah laki-laki yang terlalu serius dan kaku untuk bisa membuat Bianca jatuh cinta.
Kesal dengan perjodohan yang dipaksakan, Bianca pun nekat mabuk - mabukan di Karlu sendirian yang mengakibatkan dia diganggu oleh pengunjung disana. Di saat itu, hadirlah seorang penolong yang membantunya melepaskan diri dari para pemabuk itu bahkan menemaninya ketika dia dalam keadaan setengah sadar. Sayangnya, Bianca gak sempat menanyakan identitas si penolong.
Aozora atau Sora adalah cowok pemberontak yang jenuh menjalani hari - harinya. Dia jenuh harus mengikuti perintah si kakak sementara sang kakak gak pernah menganggapnya exist, jenuh menjadi kambing hitam keluarga, dan terutama dia jenuh dengan rasa penasarannya akan asal usul dirinya.
Sampai suatu hari dia menolong seorang gadis mabuk di Karlu yang membuatnya penasaran.
Karena itu, alangkah terkejutnya Sora ketika bertemu kembali dengan gadis itu di pesta pertunangan kakak tirinya. Dan lebih terkejut lagi saat menyadari bahwa gadis itu ternyata tunangan kakak tirinya.
Seumur hidup, Sora selalu tunduk pada kakaknya. Namun kali ini, dia menolak untuk mengalah. Karenanya, di tengah pesta pertunangan, dia mengangkat toast dalam diam seraya berkata : "May the best man win."
Merger antara Mata Cakra dan Hanafiah Group menimbulkan keresahan pada beberapa pihak yang berakibat ancaman terhadap keselamatan Bianca. Sehingga Bianca merasa memerlukan bodyguard. Dan dia gak bisa menolak ketika Sultan (sang tunangan) menawarkan adiknya untuk menjadi pelindung Bianca.
Sementara itu, nun jauh di Osaka sana, Kaminari Kei (yang lumayan exist di saga Hanafiah ini) tergerak untuk pergi ke Jakarta. untuk menemui kembali para sahabat Hanafiah-nya, sweetheart-nya Bianca dan terutama bertemu dengan sepupunya yang saat ini masih belum tahu asal usulnya.
Dan cerita pun terutama berkisar pada ke-4 tokoh di atas.
Kelebihan dari saga ke-5 ini adalah pada chemistry antara Bianca dan Sora dibangun dengan sangat baik. Cara yang ditempuh Sitta juga sama, menggambarkan bagaimana Bianca dan Sora melewati hari-hari mereka dengan bertengkar, walo di balik itu ada rasa lain yang juga tumbuh.
Sayangnya, ke-10 point yang saya sebutkan di atas pun kembali ada di buku ini. Terutama point tentang barang - barang bermerk itu. Kalo dulu - dulu, Sitta hanya menyebutkan selintas lalu. Sekarang barang - barang bermerk itu hampir selalu disebutkan (lengkap pula!).
Emangnya penting banget ya pembaca tahu Bianca ke cafe doang pake baju rancangan siapa, sepatu merk apa dan tas keluaran mana? Okelah klo busana Bianca dianggap penting (karena dia tokoh utama), tapi haruskah busana yang dikenakan tokoh - tokoh lain juga disebutkan lengkap? Bayangkan waktu Bianca ke pesta, bertemu banyak kalangan "the haves" dan Sitta masih keukeuh nyebutin merk busana mereka satu per satu.
Fiuh....cape deh....
Selain itu, novel ini juga terbentur pada masalah ending yang rasanya terlalu cepat diselesaikan. Setelah berlama-lama membangun chemistry Bianca dan Sora, penyelesaiannya kok terasa cepat sehingga membuat saya berkomentar: Hah? Udah? Kok gitu aja?
Gak biasanya Sitta begini.
Ada apakah?
Deadline-kah?
Ato sekedar ide cerita yang memang sudah mentok?
Hanya Sitta yang bisa menjawab rasanya
Setelah harapan saya sempat dinaik turunkan, novel ke-5 ini juga membuat saya (untuk saat ini) berhenti berharap lebih jauh akan kemampuan Sitta dalam mengembangkan tema cerita.
Yah...saya mengatakan "untuk saat ini", karena saya berharap (dan yakin) Sitta akan mampu berkembang menjadi sekreatif Marga T dan membuat cerita seemosionil Mira W.
Bagi saya (setidaknya untuk saat ini), inilah batas kemampuan Sitta. Dia memang jempolan dalam hal menulis cerita yang cukup complicated (untuk ukuran teenlit lho) tanpa kehilangan ide utama dan cukup konsisten memasukkan tokoh - tokoh dari novel sebelumnya tanpa membuat cerita berkesan dipaksakan. Sitta juga piawai merangkai kata sehingga dialog - dialog yang tercipta menjadi segar dan "berbobot".
Sayangnya, untuk tema dan jalan cerita, nggak bisa diharapkan ada perubahan signifikan yang membuat adanya unsur "kejutan" di novelnya. Semuanya sudah monoton, sorry to say.
Walau begitu, novel ini masih masuk dalam jajaran saga Hanafiah kesukaan saya. Menempati urutan ke-3 di bawah Pesan Dari Bintang dan Lukisan Hujan.
Kalo ditanya alasannya, saya gak tahu juga. Mungkin karena saya juga sangat menyukai langit.
Pertanyaan yang tertinggal : Apakah saya masih akan membaca kisah Hanafiah berikutnya?
Tentu saja!
Bukan karena mengharapkan adanya kejutan baru, tapi hanya karena saya penasaran dengan kisah para Hanafiah lain.
Tiga bintang untuk Seluas Langit Biru dan quote langit-nya yang keren banget :)
Rada galau aku mau kasih buku ini rating berapa jadi aku mau rview dulu nyambi pertimbangin mau kasih berapa review-nya, wkwkwk.
Pros:
Pertama-tama hal yang aku suka dari cerita ini tuh sub plot-nya. Bikin aku pingin baca dari awal. Aku langsung baca ini soalnya buku-buku sebelumnya cuman ada versi lama dan yang versi baru ada di rumah bapak, wkwk. Tapi yang aku tangkep dari sini, plot soal sword's tears di versi baru kayaknya makin dibahas banyak. Mangkanya tiap ada scene-scene tentang SW jadinya ya scene stealer, mana si aku suka Nara, kan, wkwkwk.
Yang kedua, aku suka Sora, wkwk. Suka aja sama Sora karena apa ya. Kalau seingetku, dia ini emang yang paling beda dari cowok-cowok di buku sebelumnya. Lebih transfaran gitu keknya soal perasaanya. Lebih frontal. Terlepas ini dari cerita perselingkuhan, yak, kwkwk.
Tiga, aku suka dinamika hubungan Sora-Bianca di awal-awal. Chemistry-nya dapat banget. Apalagi pas bagian meet cute-nya. Terus sebenernya tiap mereka debat juga aku suka. Manis aja sih menurutku, wkwk.
Empat, aku suka sama tokoh-tokoh di sini itu morally gray semua. Semuanya ada sisi nyebelin dan manusiawinya. Sultan juga mencuri perhatian dengan semua ke-heartless-san dia. Ini asli dia cowo ter Hearless yang aku baca deh keknya. Soalnya biasanya ada terenyuh apa kek dikit, inimah enggak ada jiib, Ujung-ujungnya make everything up sama Bianca aja karena itu bisa mengunntungkan buat dia dan perusahaan. Tapu tetep backgroud-nya juga jelas sih kenapa dia gitu. Sebenernya ada Salina juga sih dia ini yang bikin dia rada manusiawi. Tapi seuprit. wkwkwk.
Cons:
Transisinya. Huhu. Chemistry Bi-Sora tuh ilang pas mereka mulai debat di kamar hotel itu. It should be hot and tense tapi malah flop sih jujur. Ini karena perdebatan mereka itu transisinya nggak jelas. Terus tiap ada ke hectic-kan di pesta juga enggak tersampaikan dengan baik sih menurutku karena paciweuh. Apa ya paciweh itu bahasa Indonesianya? Pokoknya kek sibuk nggak jelas, nggak jelas mau bahas apa. Sekali lagi ini karena transisinya itu yang nggak jelas dan nggak runut. Makanya berasa menclok-menclok nggak jelas. Makanya sangat disayangkan karena Bi-Sora juga chemistry-nya ilang karena itu.
Tokoh di sini brengsek semua jiib. Bikin kesel. Sultan yang anggep Bi ini cuman aset, Bi-Sora yang selingkuh, Bi yang leor sana sini. Menyangkut Sultan. Sangat disayangkan hubungan dia sama Salina ini nggak beigut di-eksplor padahal kalau dieksplor lebih lagi, bakalan lebih bikin Sultan manusiawi, kan. Jadi pas ada satu scene yang Sultan ke Yogya itu ya rada maksa jujur. Walaupun hint-nya emang disebar juga, sih.
Oh iyaaaa, sama kenapa Bi trus bamding2in dirinya sama Inez d setiap langkahnya. Rada2 muter bola mata sih, wkkwkw. Kek exaggerating aja krena keseringan mah. . .
Terlepas dari yang aku suka dan nggak aku suka, big issues nya ya ini cerita perselingkuhan. Tahulah aku nggak suka sama perselingkuhan. Tapi ya karena tokoh-tokoh di sini emang di build-up kagak ada yang bener dari awal jadi yaudahlah ya, wkwk.
Aku putuskan but kasih rating 3 bintang aja deh, ya. Soon bakalan baca ulang juga sih Insya Allah. Tapi mungkin nanti kalau Titanium udah terbit, wkwkw
Yang bikin buku ini berbintang dua adalah ide ceritanya yang sebenarnya bagus banget.
Tapi jelas serial seputar Hanafiah ini butuh editor untuk ngecek ejaan, kesinambungan cerita, karakterisasi, pembedaan bahasa yang dipakai cowok dan cewek, dll.
Dan buku ini sayangnya memuat iklan berjalan buat Clinique, semua detail baju dan tas juga rasanya nggak perlu. Penjelasan bertele-tele, apalagi buat hal-hal tertentu rasanya juga ga perlu, jadi ga memacu pembaca untuk berpikir atau mencari tahu.
Kubeli di Terrant Books begitu keluar dan dibaca pas nunggu tamu dari Korea pas lembur ngantor minggu lalu.. Hmmm.
Not bad at all. Daripada Lukisan Hujan dan sequelnya, aku lebih suka yang ini. Karakter Bianca memang menarik, seperti Inez.. At the same time the character Sisy doesn't really interest me, I dunno why.
Novelnya Sitta penuh dengan action, drama, a bit of love stories here and there, and it's very random. Somehow it's one of the biggest strengths, but also a weakness. Karena sangat random dan banyak detail yang diselipkan yang kadang kurang relevan, kadang menjadi sebuah distraction saat membacanya. Tapi, detail-detail itu juga yang membantu membangun atmosfir cerita sebenarnya, misalnya gaya hidup Hanafiah yang bling bling.
It still amazes me sometimes. Tapi aku setuju sama komentar reviewer sebelumnya, bahwa kadang action-packed scenes yang diselipkan kurang realistis, walau nyerempet mafia sebenernya wajar aja untuk keluarga sekaya Hanafiah.
Buku ini masih jadi buku paling favorit di antara buku Hanafiah lain.
Waktu saya cek di arsipnya Google Books, perbedaannya tidak jauh banyak. Edisi rilis ulang dibuat lebih elegan tanpa menghilangkan latar tahun 2000-annya. Tokoh-tokohnya masih berbusana prim and proper, sesuai dengan kebiasaan pada tahun-tahun itu. Padahal saya pengen membaca sambil membayangkan Sora berbusana athleisure, atau Sultan dengan potongan rambut low fade, lol.
Membaca buku ini kembali belasan tahun kemudian membuat saya bisa mengapresiasi hal-hal remeh namun terlewat saat saya remaja. Tentu ini diraih dengan (1) tidak memusingkan genrenya yang YA, jadi harus mau memaklumi hal-hal yang agak tidak probable, dan (2) tidak keberatan dengan penulisan kalimat yang agak kurang efektif demi penggambaran adegan dan suasana.
Menurut saya, plot SLB lebih simpel daripada buku-buku Hanafiah yang lain: tarik-ulur antara Bianca dan Sora yang saling menyukai namun terhalang oleh 'kewajiban' masing-masing. Dinamikanya begini: Bianca dan Sora being civil - salah satu dari mereka melampaui batas (kebanyakan dilakukan oleh Sora) - "kita nggak seharusnya kayak gini" - pisah - ada keharusan untuk bertemu lagi. Ibarat siklus, dinamikanya berulang dengan peningkatan urgensi di poin 'ada keharusan untuk bertemu lagi'. Gitu terus, setiap siklus menghasilkan eskalasi konflik sampai ke adegan klimaks yang berlangsungnya cepet banget. Masuk akal, sih, tapi jadi kurang puas. Ada antiklimaks, tapi jadi menyisakan cerita-cerita yang minta dijelaskan lebih lanjut.
Tapi, ada dua hal penting yang saya apresiasi dari buku ini, yaitu karakterisasi dan penyampaian poin-poin alasan dari perbuatan mereka. Sebagian pembaca mungkin tidak suka Bianca yang dalam sisi tertentu tidak setangguh yang dia jenamakan. Menurut saya wajar aja, karena dia masih berusia 20 tahun yang masih naif dalam hubungan percintaan dan masih dalam fase membutuhkan pengakuan. Karakter Sora juga cukup masuk akal di saya, seorang yang sebetulnya ekstrover dan periang, namun sayang dia mengalami penelantaran emosional dari keluarga. He's hot in every way, physical and temperament-wise. Penokohan Sultan juga cukup fleshed out, walau pembawaannya mula-mula agak sulit saya bayangkan. Akhirnya saya bayangin kayak Miranda Priestly di film Devil Wears Prada, tapi versi cowok. Pemilihan diksi untuk karakternya agak monoton saya rasa, "datar", "tanpa ekspresi", dst. Padahal dibalik topeng robotiknya, Sultan ini diam-diam prideful. Menurut saya ada cara lain untuk menggambarkan tokoh straight-faced macam Sultan ini tanpa membuat deskripsinya ikutan datar, tapi saya tidak akan menjelaskan lebih lanjut di sini.
Dengan tebal sekitar 500 halaman, selain dibawa melalui siklus yang tadi saya sebut, pembaca dibawa memahami ketiga tokoh utama tahap demi tahap. Mengapa Sora begini dan Sultan begitu. Penjelasannya sebagian berupa satu paragraf oleh si pencerita, tapi ada juga yang berupa sisipan narasi di antara dialog dan adegan. Saya tandain tuh bagian-bagian yang menunjukkan nuance penokohan. Kan lega ya, membaca tokoh fiksi yang latar belakangnya solid, nggak muncul atau berbuat tiba-tiba.
Sebagai penggemar, saya bisa ngomong panjang lebar tentang buku ini. Mulai dari yang menurut saya lawak (Sultan ngajak Sora tinggal bareng biar dianggap rukun) sampai yang berupa goofs (gimana bisa Bianca yang habis muntah dan minum teh hangat bibirnya masih bau lipstik stroberi?). Akhir kata, saya pengen baca ceritanya Sultan dan Salina. Saya melihat ada potensi cerita yang bisa dikembangkan, dengan arc yang lebih emosional-spiritual buat Sultan, mungkin?
Cerita Hanafiah kali ini tuh Bianca yang anaknya lebih humble dan jago latihan fisik. Konfliknya dimulai ketika dia dijodohkan oleh Sultan Syahrizki demi melancarkan kerjasama antara MataCakra (perusahaan yg dimana Sultan jadi CEO) sama Grup Hanafiah. Memang konflik percintaan khas anak orkay banget ya Bund wkkwkw.
Namun, tidak hanya itu. Konflik makin tajam ketika Bianca kaget bahwa orang yg nolongin dia dan bikin hati Bi berdebar adalah Sora Syahrizki yang tak lain adalah adik tirinya Sultan.
Senangnya aku di sini adalah konflik demi konflik yang disajikan di cerita ini tuh lebih kompleks tapi menimbulkan karakterisasi para konglomerat ini lebih manusiawi. Soale permasalahan bikin cerita berlatar konglo terutama old money adalah rawan too good to be true. Apalagi dengan pemakaian POV 3 serbatahu di mana ini rawan pelebaran konflik. Terus nilai plusnya lagi nggak banyak merk-merk mewah yg disebutin, benar-benar menyesuaikan karakter Bi dkk. Konflik perusahaan yg dialami CEO juga nggak tempelan.
Sayangnya nih, kekurangan justru terletak di transisi cerita. Di beberapa scene tuh aku ngrasa kok tiba-tiba sudah begini? Kapan nih penjelasannya? Terus sikap Bi dan Sora yg makin gregetan pol, hadehhhh.
Endingnya nggak disangka-sangka plus nyambung ke cerita selanjutnya hehe. Nggak sabar sama versi revisinya Dunia Mara hihi.
Overall cerita ini masih aku rekomendasikan bagi kalian yg demen cerita konglomerat yg lebih manusiawi dan humble hehe.
akhirnya re-read judul ini lagi setelah diterbitkan ulang oleh publisher yang baru. dulu kalau baca karya sitta karina tuh berasa bagus semua, apa karena waktu itu masih SMA kali yaaa. tp sekarang pas baca ini tuh gemes sendiri, ceritanya muter muter ga jelas, karakternyata ga ada yg kuat, daaaan endingnya super mengecewakan. gimana yah, bener” ga ada adegan atau momen yang pas baca tuh bikin saya jadi ngerasa “here it is! ini dia momennya”. NOPE! jujur mengecewakan, setebal itu tp bener” hanya baca tulisan ga ada feeling apapun yg keluar saat baca bukunya :(
Butuh waktu lama buat nyelesaiin buku ini. terutama suka sakit mata kalau buku yang di baca isinya huruf semua. Jadi suka berenti lama di gambar-gambar di sela chapter. tapi suka banget sama cerita di buku ini. walaupun udah agak lupa gimana alurnya. haha
Binca hanafiah another woman from hanafiah yang 180 derajat beda sama inez tp tetep aja semua novel sitta karina nginetin what family live for suka banget
Sora memiliki semua, kecuali hubungan bermakna... (Hal.70) . Seri ini membuka kisah tentang Bianca Hanafiah,seorang gadis berjiwa bebas yang dijodohkan dengan konglomerat MataCakra Internasional yang dingin dan tegas bernama Sultan Syahrizki. Demi keluarga besar,gadis ini menerima perjodohan tersebut. Namun,kejadian di suatu malam sekaligus pertemuannya dengan Sora mengubah banyak hal Yang kemudian diikuti oleh kenyataan bahwa Sora merupakan satu satunya adik Sultan Syahrizki...
Rasanya senang sekali karena berkesempatan untuk berjumpa dengan karya kak Sitta Karina tentang seri keluarga Hanafiah. Dan sedikit cerita,ketika pertama kali membaca karya kak Sitta yang berjudul Putri Hujan & Kesatria Malam,langsung berdoa semoga bisa membaca seri Hanafiah yang lain. Dan alhamdulillah menemukan jalannya bisa baca seri yang ini.
💙 Bianca menjadi salah satu anggota keluarga Hanafiah yang saya suka karena keengganannya untuk terkungkung seolah mencerminkan semangat dan keinginan banyak orang tuk dapat hidup sesuai dengan jalur yang diinginkan. Interaksinya dengan Sora menambah rasa suka saya terhadap tokoh ini dan merasa keduanya cukup berhasil mencairkan suasana dalam seri Hanafiah
💙 Kemunculan Sisy dan Diaz buat saya senang bukan main. Bahkan berharap kak Sitta akan membuatkan satu lagi kisah terpisah tuk pasangan favorit saya ini 😆
💙 Swords tears mulai banyak dibahas dalam novel ini,tetapi yang mencuri perhatian saya adalah perkembangan kisah Sora-Bianca-Sultan. Dan meski dalam cerita ini,Sultan terkesan begitu dingin namun dia punya pesona juga peran dalam perkembangan interaksi Sora-Bianca
💙 Mulai cukup banyak tokoh yang bermunculan terkadang membuat saya harus kembali mengingat serta ada transisi dalam cerita yang kurang halus. Meskipun demikian,keseluruhan ceritanya bagus dan buat saya ingin membaca seri keluarga Hanafiah yang lainnya.
"Milikilah hati yang luas, seluas langit biru. Di dalam hati yang luas, kamu akan menampung rasa memaafkan yang besar, kekuatan untuk berpikir dan bertindak positif, serta semangat untuk menjelang hari esok yang tidak pernah pudar. Jadilah langit itu" (pg.252)
Empat bintang!!!Nggak nyangka tiga novel dari seri hanafiah aku kasih empat bintang. Walaupun banyak typo dan tidak konsistennya penggunaan kata sapa, juga banyaknya tokoh2 dalam novel ini yg berkaitan dengan ikatan yang agak ribet, hal itu nggak mengurangi kesukaanku pada seri hanafiah yang kubaca. Sangat subjektif sih memang. Pendapat yg subejktif ini juga termasuk pendapatku pada novel Seluas Langit Biru. Seri yang menceritakan mengenai tokoh cewek favoritku yaitu Bianca. Cewek yang pengen banget jadi ninja ;).
Pertama kali kenal baik Bianca dari novel Putri Hujan dan Ksatria Malam. Aku langsung suka sama sosok Bianca yang sangat care dengan saudaranya Diaz dan sebisa mungkin membantu kesulitan yang dialami saudara2nya. Nah, dalam rangka membantu Diaz, Bi pernah menjanjikan suatu hal pada Reno, kakak Bi yang teramat protektif pada adiknya, untuk mendapatkan suatu hal. Siapa sangka janji yang ia buat, malah menggiringnya pada pertunangan dengan Sultan Syahrizki dalam rangka merger bisnis antara Hanafiah Grup dan MataCakra, dimana Sultan merupakan pemilik dari MataCakra. Bi tak kuasa menolak, apalagi neneknya ikut turun tangan demi tercapainya merger bisnis itu. Pertunangan itu membuat Bi melepas mimpinya, mimpinya untuk menjadi seorang wartawan dan mimpinya untuk menikah dengan lelaki yang ia cintai. Bukannya dengan lelaki yang belum ia kenal sama sekali seperti Sultan.
Disaat Bianca mulai putus asa dan mulai menerima pertunangan bisnis itu, dia dipertemukan dengan Sora. Sosok lelaki yang melindungi, dan mencintai Bi, dan bisa membuat Bi tetap memiliki mimpi2nya andaikan gadis itu menolak pertunangannya dengan Sultan. Bianca semakin kalut, apalagi Sora adalah adik Sultan serta ditugaskan Sultan untuk setia membantu Bianca mengingat Sultan sangat sibuk. Dan cowok tengil dan terkenal playboy itu dengan terang2an menunjukkan cinta dan perhatian yang tidak bisa diberikan sang kakak pada Bianca. Tapi apa yang akan terjadi jika Bianca mmutuskan pertunangan itu dan memilih Sora? Apakah Bi akan rela menyakiti keluarganya dan memilih Sora? ATaukah ia harus mengorbankan hatinya demi martabat keluarga?Dan apa hubungan Kei Kaminari dengan kemelut yang dialami Bianca? Bukankah ia menyukai Bi, tapi mengapa ia malah membatu Sora untuk mendapatkan gadis itu?. Apa ini ada hubungannya dengan masa lalu Sultan dan Sora? Silahkan baca kisah Bianca-Sultan-Sora yang menggemaskan ini.
Aozora dalam bahasa Jepang berari langit biru. Dan aku suka nama itu. Hihi..Well, aku suka jalan cerita yang dirangkai mbk Arie. Gemas dengan sikap Bi yang malu2 mau pada Sora. Kepincut dengan perjuangan, cinta, perhatian yang diberikan Sora untuk Bianca. Kesal akan sikap Sultan yang tidak bisa bersikap tegas dan berpikir jernih, serta egois. Dan penasaran dengan sikap Kei yang misterius itu. Aku suka dengan kerikil2 kecil yang dialami Sora dalam memperjuangkan cintanya pada Bianca. Aku juga suka penggambaran perasaan yang dialami Bi. Bi adalah tipe gadis yang sangat menyayangi keluarga, jadi dia tidak mungkin memutuskan sesuatu sesuka hatinya sendiri dan mengorbankan perasaan keluarganya. Konflik yang dialami tokoh2 di novel ini juga oke. Nggak membosankan karena nggak hanya terpaku pada Bianca-Sultan-Sora. Ada juga mengenai sahabat2 Sora dan Kama, sahabat Bianca. Pokoknya asyik deh ceritanya. Cerita di novel ini juga masih dibalut beberapa adegan action, tapi romance nya masih dapet kok. Masih dengan kehidupan mewah dan brand2 yang aku nggak paham istilah2 dalam menyebutkan serinya. Ya walau aku nggak ngerti itu, aku masih bisa menikmati main story nya. Kece!!:D
Sayang Nara hanya muncul sedikit banget di novel ini. Padahal aku suka banget ma dia. Semoga cerita Nara segera dibuat. Aku penasaran wanita seperti apa yang bisa menaklukkan Nara ;)
Jujur, tulisan Sitta Karina slelau menjadi guilty pleasure bagi saya. Jadi ketika melihat buku ini di jual online secara murah meriah, saya langsung membelinya nggak pake mikir panjang!
Secara garis besar, saya suka. Malahan mungkini serial Hanafiah favorit saya selain LH, dibandingkan yang lainnya (kecuali PDB - saya belom baca yang ini). Tapi kenapa Cuma bintang tiga?
Oke, dimulai kenapa saya suka buku ini dulu ya,
1.Saya suka pengolahan karakternya, chemistry antara Bi-Sora menurut saya dapet. Karakter Bi dan Sora juga diolah dengan baik, Bi yang tengil tapi nurut juga, dan Sora yang ganas dan keras kepala. Tarik ulurnya juga asyik. Mereka pasangan yang lucu!
2.Ceritanya. Oke, tema perjodohan mungkin memang alur yang udah umum banget. Tapi disini saya suka twist-nya karena pada kalau novel-novel lain pasti berujung dengan bersatunya dua pasangan yang dijodohkan itu, SLB ini malah kebalikannya (woi, spoiler, woi). Dan rival dari si tunangan itu sendiri adalah... adik tirinya.
3.Saya suka Sora! Sora berbeda dengan tokoh-tokoh di buku Sitta Karina yang lain. Yang mana menurut saya sedikit stereotipikal; dingin, kalem, dan ganteng. Sora yang meledak-ledak dan seenak udel menjadi angin segar tersendiri diantara para cowok keluarga Hanafiah yang selalu serius. Pokoknya, saya pro Sora banget deh...
Tapi ada beberapa hal yang bikin rating buku ini turun
1.Pace ceritanya sebetulnya asyik, tapi di skitar ¼ bagian akhir, tiba-tiba pace-nya kayak berlari. Cepet banget, dan akhirnya klimaksnya jadi nggak nendang. Saya butuh klimaks yang dijelaskan dengan pace tepat, bukannya yang ngajak lari begini... Penyelesaiannya terlalu terburu-buru. Aftertaste-nya kelewat hambar. Dan bikin bertanya-tanya pula... udah? Gini doang? Gitu.
2.Saya juga menyayangkan hubungan Sora-Madri dan Sultan-Salina yang kayak selewat aja. Bagian sewaktu Sora berada di Jepang juga begini, kurang digali. Jatuhnya so-so, dan nggak membuat orang berpikir bahwa saat itulah turning point Sora. Begitu juga dengan nasih Rushi, Bu Chita dan Mauro. Saya butuh penjelasan.
3.Sultan kayak robot, padahal rasanya si robot ganteng satu ini bisa digali lebih dalam, supaya bisa bikin pembaca lebih simpatis. Begitu juga dengan Mauro yang digambarkan antagonis banget.
4.Inkonsistensi. Ada beberapa inkonsistensi pada buku ini, memang nggak mengganggu sih. Cuma menurut saya mengurangi kenyamanan membaca aja. Kebanyakan sih, soal bajunya Bi. Misalnya di halaman tadi ia digambarkan memakai baju hitam, eh di halaman selanjutnya ia pake baju warna maroon.
5.Iklan clinique yang bikin bosen. Memang sih, clinique memasang iklan di buku SLB ini, tapi sewaktu lagi baca seru-seru dan tiba-tiba dijelaskan cara membersihkan wajah yang baik dan benar pakai produk clinique.... rasanya doeng banget.
Overall sih, suka. Tapi rasanya Sitta Karina menulis buku ini dengan terburu-buru, yang mana sangat saya sayangkan. Karena kalau saja buku ini dipoles sedikit lagi, pasti saya suka banget. Jadi, tiga bintang saya berikan. Satu untuk chemistry Bi-Sora, satu untuk ceritanya, dan satu lagi untuk Sora (iya, saya fans-nya Sora)
PS. "Padahal kamu mengidap diabetes tipe 1" "baru ada indikasi," Bi meralat
ini maksudnya DM tipe 2 kali ya? Soalnya DM tipe 1 kan mmuncul gejalanya dari masa anak-anak, dan bukan karena pola makan pula. Sementara Bi udah duapuluhan? IMHO aja sik
Dejar la lluvia lavar lejos mi dolor... - Biarkan hujan menyapu rasa sakit ini...
Bianca Safinah Hanafiah - Bi, memang bukan Putri Hanafiah yang seperti Inez, sepupunya. Ia menyenangi segala kebudayaan Jepang, terutama Ninja yang bahkan ia suka berlaku seperti ninja. Walaupun begitu, ia tetap menginginkan pernikahan yang berdasarkan cinta, bukan berdasarkan relasi bisnis antara Hanafiah Group dan MataCakra. Ia harus menikah dengan Sultan Syahrizki, Presiden Direktur dari MataCakra dan Bi pasrah dengan keputusan keluarganya - Nenek Helena Hanafiah dan kakaknya, Reno Hanafiah sampai Bi menemukan langit birunya...
Aozora Malik Syahrizki - Sora, menjadi adik dari Sultan Syahrizki karena belas kasihan Sultan terhadap anak dari Ayahnya dengan seorang Geisha di Osaka. Ia tidak pernah dianggap oleh Sultan walaupun ia merupakan Wakil Presiden Direktur MataCakra - Wakil dari Sultan sendiri. Cap playboy berandal dan cap anak haram tersemat pada dirinya namun Sora tidak peduli. Ia memang selalu kalah dari kakaknya, namun kali ini ia bertekad akan merebut putri ninja-nya...
Baik Bi dan Sora mempunyai "penyakit"nya masing-masing : Bi merasa dirinya hanyalah sebuah media demi tercapainya merger antara Hanafiah Group dan MataCakra bahkan Bi tidak habis pikir keluarganya sendiri tidak ada yang memikirkan perasaannya, sedangkan Sora selalu dipandang sebagai titik hitam dan sumber masalah dari keluarga Syahrizki - hanya karena ia merupakan anak dari seorang Geisha (padahal Geisha itu tidak berkonotasi buruk). Pertemuan Bi dan Sora yang cukup unik ternyata membekas di hati masing-masing. Bi selalu kekurangan perhatian dari calon suaminya sendiri - dan bahkan Sultan sendiri meminta tolong kepada Sora untuk menjadi bodyguard dari Bi. Bi dan Sora memang tidak pernah bisa akur, namun masing-masing menemukan kecocokan lewat argumen-argumen kecil diantara mereka.
Okay, bintang 3 karena kesel sendiri kenapa Sora sama Bi susah banget bersatunya. Liked it, not really *padahal ada Kei :3* *Kei-kuuunn~ sama aku aja yuk kalo gak dapet Bi!* Nah, benang merah dari buku 4 dan buku 5 ini sebenarnya ada di sosok Kei dan Sword's Tears. Coba nanti liat deh di Titanium ngebahas ini lagi apa gak. Ada satu quote dari Kakeknya Kei-kun yang bagus deh :
"Milikilah hati yang luas, seluas langit biru. Di dalam hati yang luas, kamu akan menampung rasa memaafkan yang besar, kekuatan untuk berpikir dan bertindak positif, serta semangat untuk menjelang hari esok yang tidak pernah pudar. Jadilah langit itu, Sora..."
Novel karya penulis muda Sitta Karina ini merupakan salah satu buku dari novel seri keluarga Hanafiah. Di buku ini, mengisahkan tentang salah satu anggota keluarga Hanafiah yaitu Bianca, yang nyaris tidak percaya ketika keluarganya mengatur perjodohan antara dirinya dengan Sultan Syahrizki, anak sulung sekaligus pemimpin perusahaan MataCakra.
Bianca adalah seorang gadis tomboy, cuek, tegas dan bercita-cita menjadi seorang jurnalis. Selama ini ia tidak tertarik untuk menjadi salah satu penerus kejayaan keluarga Hanafiah, keluarga besarnya yang memiliki grup perusahaan besar di negara ini. Namun tiba-tiba saja, ia dijodohkan oleh keluarganya dengan Sultan demi meyatukan dua perusahaan besar.
Di tengah kekalutan Bianca, ia tak sengaja bertemu dengan Sora, seorang pria cuek dan sedikit bengal yang menolongnya di sebuah klub malam. Sora yang jatuh cinta pada Bianca ini ternyata tak lain adalah adik dari Sultan, pria yang dijodohkan dengan Bianca!
Kekacauan perasaan Bianca dan Sora semakin berlanjut ketika Sora menawarkan diri menjadi pengawal pribadinya. bagaimana Bianca bisa bertahan berada di dekat Sora, bila hatinya selalu tak keruan setiap kali berdekatan dengan calon adik iparnya itu? Dan bagaimana juga Bianca bisa mewujudkan cita-citanya sebagai jurnalis, bila keluarga Hanafiah menuntutnya menjadi penerus perusahaan seperti saudara-saudara sepupunya yang hebat?
Sitta Karina menuliskan kisah-kisah yang menarik tentang para anggota keluarga Hanafiah di tiap-tiap novelnya. Di novel Seluas Langit Biru ini, Sitta juga memasukkan berbagai konflik dan intrik tentang kekuasaan, kehidupan sosialita Jakarta, dan hubungan keluarga yang tak semulus yang diinginkan. Gaya penulisannya yang luwes dan tidak membosankan membuat novel ini banyak disukai terutama oleh para remaja. Sifat-sifat dari tiap tokoh Hanafiah membuat kita dapat mengambil makna dari tiap kisahnya, bahwa uang tidak selalu membawa kebahagiaan. Tapi cinta dan kepercayaan akan selalu menjadi harta yang tak ternilai dalam hidup kita.
fiksi sitta karina tentang "hanafiah" selalu bisa menghibur setiap pembacanya, termasuk saya! hehehe. Paling suka dari sitta karina itu bahasanya bagus, fiksi yang keliatannya gak mungkin- *seperti hanafiah, kadang aku bingung siapa tokoh real di Indonesia yang bisa menginspirasi sitta karina menciptakan hanafiah, mungkin keluarga bakrie(?)* jadi bisa terlihat "normal" dan "realistis".
saking seringnya baca buku ini, bukunya sampai robek, hehehe. disini yang diceritakan adalah bianca hanafiah- yang kaget tiba-tiba di jodohkan dengan sultan syahrizki demi "merger" antara hanafiah group dan matacakra. ternyata sultan mempunyai seorang adik-beda ibu- aozora syahrizki, yang selalu dijadikan kambing hitam oleh sang kakak, karena sora-aozora terlahir dari seorang geisha ayahnya.
bianca yang tidak terima dijodohkan sempat stres dan mabuk semalaman di bar, ketika ia diganggu oleh sekumpulan laki-laki iseng, sorapun menyelamatkan bi hingga akhirnya bi dijemput reno, kakaknya dan alangkah kagetnya bi ketika sultan mengenalkan sora sebagai adiknya ketika dipesta pertunangannya.
Sora selama ini selalu terima apapun ejekan dari kakaknya, bagaimana kakaknya menyepelekannya, tetapi ketika dia mulai mencintai bianca, kali ini sora akan melakukan apapun untuk mendapatkan bianca. Apalagi sebenarnya sora tahu kalau sultan sebenarnya tak benar-benar mencintai bianca. Begitu pula sebaliknya. Sikap sultan yang dingin dan tak peduli terkadang membuat bianca sedih sebagai tunangannya.
Yah kurang lebih seperti itu lah, kalau kalian udah pernah baca buku sitta karina yang lain, serial lukisan hujan : diaz hanafiah dan sisy, dicerita ini akan membahas tentang biancanya. Ada juga cuplikan cerpen-cerpen sitta karina dibuku skenario dunia hijau, tentang bianca hanafiah dan kei kaminari, juga hubungan sultan syahrizki dengan salina syadiran, tokoh-tokoh itu akan ditemukan dalam novel ini
ceritanya bagus, pesan yang tersirat juga bagus, recommended!
hm.. secara keseluruhan mengenai buku ini, kadang aq bngung sm ceritanya.. apalagi cerita cintanya sora ma bianca.. mereka tu muter" aja gituu.. wlopun , yaaa.. terkesan sih ma kisah mereka hehe.. tapi, cara penulisan mbak arie di novel ini, sebenernya bagus, sayangnya, saya kurang suka dengan yg muter" ituu..
buku ini menceritakan Bianca, seorang putri dari keluarga Hanafiah-keluarga konglomerat- yang dijodohkan dengan Sultan Syahrizki untuk merger perusahaan mereka. Bianca yang tidak setuju dengan keputusan itu, pergi ke Karlu. Bi mabok, kemudian ia dirayu oleh sekelompok pemuda. tetapi , tiba" datanglah Sora, yang kebetulan berada disana, menunggu temannya mungkin. melihat Bianca yang dirayu, otomatis Sora ingin membantunya.. lalu Bianca dibawa Sora ke RM ayam bakar, disana Sora merawat Bianca dan menanyai Bianca. Sora pun jatuh cinta dengan Bianca at first sight.
yaa, selanjutnya, mereka bertemu lagi di kantor MataCakra -perusahaan milik Sultan- dan ternyata Sora adalah adik tiri Sultan. Sora selalu berusaha menarik perhatian Bianca, berusaha agar Bianca menyukainya. Tetapi, mau bagaimana lagi, Bianca sudah dijodohkan dengan kakaknya. walaupun begitu, Sora tak pernah menyerah..
satu hari, Sora bertemu Kaminari Kei yang mengajaknya pergi ke Jepang, untuk mengetahui kebenaran hubungan antara ibu Sora dan ayahnya.
Bianca mulai merasakan bahwa ia menyukai Sora, tetapi ia terus menyangkalnya. sampai suatu hari, Sora pergi ke jepang, dan Sultan yang mengumumkan hari pernikahan mereka dimajukan.
yah~ akhirnya bisa kalian baca sendiri.. Bianca memilih Sora happily ever after~ :D
"my heart says yes, my head says no" "why no?" "because i don't know you yet"
aku suka sama buku ini! aku suka ama ceritanya! lagi-lagi: judulnya : klise. PERJODOHAN. tapii perjodohan yang ini beda. biasanya orang dijodohkan terus akhirnya sama-sama suka, kalo ngga ketika ada 2 kakak beradik yang naksir, akhirnya sang cewe end up with her fiancee. Nah kalo ini, Bianca malah endingnya sama Sora. Emang cerita Bianca kaya dongeng banget, walo aku ga bisa bilang fairy tale, karena dia ga nikah sama pangeran. :P tapi tetep aja, cara sora perlakuin dia sweet banget. dan ada banyak quote yang aku suka dari buku ini. tapi lagi-lagi, yang aku ga suka dari buku ini seperti buku karangan Sitta lainnya adalah: 1. love at first sight. selalu begitu. mereka kayanya dengan mudahnya jatuh cinta, dan denagn mudahnya juga melupakan. Kaya sora yang katanya sangat kehilangan mantannya, tapi dengan super mudah jatuh cinta bahkan tergila-gila ama Bianca. its a bot non sense for me. Tapi okelah, namanya juga fiktif. 2. terlalu banyak kata cih! emang lagi ngetrend ya? koq semua orang ngomong begitu? 3. terlalu memuji peran utama, selalu. kayanya peran utama itu adalah cewek paling perfect yang pernah ada. even bi ga secantik inez, dan dia juga katanya berotot, tapi Sora slalu anggep dia mungil. ckck. 4. dan oh ya lagi-lagi, ceritanya udah ketebak dari awal. apalagi di belakang buku, summary nya udah keliatan jelas. Nah, walo aku enjoy semua tentang sora, seharusnya Sitta bisa bikin kita penasaran dengan buat sultan juga ada feeling ama bi, dan bi harus milih di antara keduanya.
Enggak nyangka kalau hidup Bianca Safinah Hanafiah akan menjadi sangat, sangat menarik untuk dibaca. Saya pikir bahwa "Seluas Langit Biru" ini jauh lebih menarik dari pada kisah Inez yaitu "Pesan Dari Bintang". Hal ini mungkin disebabkan oleh kak Sitta yang sudah makin berkembang sebagai penulis dan kemampuanya untuk merealisasikan ide-idenya sebagai novel yang baik. Namun, tetap saja favorit saya yang nomer satu ialah kisah Diaz Syailendra, baik "Lukisan Hujan" dan "Putri Hujan & Ksatria Malam" karena jujur di kedua buku ini multi-kulturnya memang terasa dan membuat kedua novel ini berbeda dari yang lain. Sedangkan di novel-novel selanjutnya sepertinya agak kurang. Namannya aja udah keren banget, Diaz Syailendra Hanafiah gitu loh. He he he.
Saya sendiri mengakui bahwa saya enggak bisa membuat buku sebagus Kak Sitta ini. Namun sedikit saran, jujur pada buku kali ini agak sedikit lebay. Hehe, masa sih pakai acara tembak-tembakan serta kayaknya sering banget tuh adegan dimana ada tulisan menghunus pisau? Udah kayak film spy aja. Kalau di Amerika, pas di Frisco itu kayaknya masih lumayan masuk secara memang anak muda di sana memang asal main tembak saja. Namun, kalau di Indonesia? Rasanya sulit di bayangkan. (Atau memang gaya pergaulan saya saja yang kurang luas) Haha. Yah... mungkin untuk membuat ceritannya lebih menarik kali ya. Apa pun itu ... sukses selalu kak Sitta. Saya tunggu buku-buku anda yang selanjutnya.
gimana sih, kok kak sitta bisa bikin buku yang keren semua?
di seluas langit biru, bianca hanafiah yang dianggap anak bawang, un-womanly, dihadapkan pada satu jalan yang nggak pernah ia sangka-sangka.
arranged marriage.
reno dan nenek Helena telah mengatur segalanya: pertemuan dengan sultan, semuanya
Bi yang berniat menolak pinangan sultan, menjadi tidak mampu menolak begitu sultan melamarnya dengan sangat romantis.
sialnya lagi, bi bertemu dengan pangeran yang diidam-idamkannya: sora, justru setelah ia bertunangan. cowok yang terkesan berandal namun telah mengisi hari-hari Bi dengan hangat. tidak sepeti sultan yang hanya menelpon Bi seperlunya, dan tidak menghabiskan hari bersama Bi seperti tunangan selayaknya.
bi harus memilih, antara egonya, keluarganya, atau cintanya
Satu lagi karya briliant dari salah satu penulis berbakat Indonesia (and my personal favourite), Sitta Karina. Seperti biasa, Sitta Karina berhasil menunjukkan bakat gemilangnya. Dengan style menulis yang khas dan 'Sitta Karina banget', buku ini memberikan banyak pelajaran hidup berharga dan membuktikan bahwa ungkapan 'money cant buy you love' bener-bener bukan klise. Masih berkisar tentang keluarga Hanafiah, buku yang tebalnya 301 halaman ini bercerita tentang Bianca, si putri bungsu Hanafiah yang tomboi yang dijodohkan dengan Sultan Syahrizki demi kepentingan perusahaan keluarga, namun malah tertarik dengan Sora, adik dari Sultan. Buku ini cocok banget buat semua hopeless romantics di luar sana, karena banyak banget bagian di buku ini yang bisa membuat kita berkata 'aaaw...so sweeet...' *termasuk gue! hehehe...*
Seri kelima dari kisah keluarga sosialita-konglomerat-berhati mulia , Hanafiah, setelah Lukisan Hujan, Imaji Terindah, Pesan dari Bintang, serta Putri Hujan dan Ksatria Malam. Masih menceritakan kisah cinta dari salah satu generasi penerus klan Hanafiah. Kali ini Sitta Karina, membawa kisah Bianca Safinah Hanafiah. Cewek yang terkenal tomboi dan susah diatur di keluarganya. Bi, begitu panggilan Bianca, merupakan adik Reno dan Dio (kalau pernah baca Lukisan Hujan dan serial lainnya pasti sering mendengar kedua nama ini). Bi dibuat kesal dengan keputusan perjodohannya dengan Sultan Syahrizki yang diputuskan secara sepihak oleh neneknya.Full Review
Udah berapa tahun ya nyari novel ini sejak ketagihan baca tulisannya Kak Sitta? 5 years? Kayaknya segitu... Dan memang nggak mengecewakan. Labilnya dan denial-tapi-mau-nya Bi ini bikin geregetan abis. It starts with a light kiss--ketiks Bi hangover dan akhirnya ketemu sama Sora. Sempet putus asa baca on-off-nya Bi-Sora. Astagaaaa! Hahaha. Pada akhirnya, sensasi yang sama setelah baca tulisannya Kak Sitta--makin semangat untuk menulis! Untung aja dapet cetakan lamanya. Gue udah kayak kolektor. Semua karya Kak Sitta di Terrant Books udah punya lengkap! Soalnya nggak tahan untuk nunggu yg versi revisinya. Kalo nggak salah akhir tahun ini/tahun depan aja baru keluar yg Lukisan Hujan--Hanafiah, #1. Sampe berapa tahun gue mesti nunggu yg nomor 5? Pffft.
So this is a re-read. Aku pertama kali baca 7 tahun lalu and it was 4.5/5 ⭐️
NEW UPDATE! Current rating: 3.75/5 ⭐️
So, versi baru ini nambahin beberapa bagian soal Nara dan Sword’s Tears yang sebelumnya belum terlalu keliatan. Ngga cuma itu, tapi ada beberapa details juga yang ditambahin dan aku rasa bahasanya jg lebih kekinian.
Overall sebenernya aku masih suka karena core ceritanya aku love bangett. Cuma mungkin disini aku jadi lebih bisa melihat karakternya lebih dalam ya and I felt like Bianca was a bit too naive sometimes. Dan dia kurang bisa ambil keputusan untuk dirinya sendiri. I was ready to give this four stars tapi berubah pikiran di 50-70 halaman karena Bianca terkalu up and down menurutku.
Kalau mau membandingkan antara Inez dan Bianca, sebenarnya kurang cocok juga. Kenapa? Karena masing-masing memiliki keunikannya sendiri. Inez yang cantik dan elegan sementara Bi yang tomboy nan manis. Tapi emang bener kalau Bianca ini girlcrush material banget. Kisahnya sama Sora juga sweet, meskipun sempat kena second male lead syndrom dengan Sultan:")
But overall, Seluas Langit Biru is sweet. Seperti biasa, Sitta Karina juga menyisipkan beragam pesan moral dalam bukunya. Saya masih terkagum dengan cara Sitta Karina mendeskripsikan warna-warna kehidupan Hanafiah yang elegan dan glamor, penyisipan ilustrasinya yang keren, dan juga tambahan percakapan bahasa Spanyol dan bahasa-bahasa asing lainnya. Itu membuat saya semakin termotivasi untuk mengasah keahlian berbahasa Spanyol saya.
Honestly, to say..ini bukan karya Sitta Karina yang paling OK... too many 'unrealistic action' yang menjurus ke arah cerita 'ala mafia'...Padahal gw pribadi sangat menunggu karya Ms. Karina ini...'Seluas Langit Biru' ini lebih emphasized ke story behind the family (The Hanafiah, The Kaminari, and Syahrizki) dibandingkan cerita 'romance' antara Bianca dan Aozora (seperti spoiler yg ditulis). Speakin' of romanticism stuff...previous 'Lukisan Hujan' dan 'Pesan dari Bintang' lebih jawara dibandingkan buku ini.
But, of course, I still adore Sitta Karina's ability to build the plot, characters, and her beautiful writing(words)...
Cerita tentang Bianca Hanafiah, si tomboy cantik dari Keluarga Hanafiah, yang berusaha menemukan hidupnya dalam kerumitan persaingan antara Hanafiah dan MataCakra.
Cerita yang cukup bagus, meskipun ada beberapa 'hole' dalam timelinenya yang membuat saya membolak-balik halaman beberapa kali hanya untuk memastikan saya tidak salah halaman.
Yang paling saya suka dalam buku ini adalah win-win solution yang ditawarkan Sitta. Semua orang pada akhirnya mendapatkan kebahagiannya masing-masing.
Oh, ya, saya tidak tahu kenapa, but everytime I picture Hanafiahs in my mind the picture of some Indonesian powerful family rises in my mind hehehe