Jump to ratings and reviews
Rate this book

How to Be a Comedy Writer: Secrets from the Inside

Rate this book
Think you're funny? Writing successful comedy isn't just about having a gift for gags; you need to hone your talent and polish your humour toearn a living from making people laugh. If you want to write stand-up comedy, sketches, sitcoms or even a comic novel or film, How to be a Comedy Writer tells you all you need to know and more about the business, the structure of jokes and the nuts and bolts of a craft that can be learnt.

160 pages, Paperback

First published January 1, 2005

7 people are currently reading
13 people want to read

About the author

Marc Blake

26 books2 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
2 (11%)
4 stars
5 (27%)
3 stars
6 (33%)
2 stars
5 (27%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 2 of 2 reviews
Profile Image for Ben Love.
125 reviews25 followers
December 29, 2012
Inspired a little bit by absorbing so much stand-up comedy (on flights around the country recently), I picked up this UK-humor focused guide to writing comedy.
It’s a wonderful little reference and breaks down the elements of many mediums in this genre.
I hope that letting you know I’ve read this book doesn’t mean you’re going to ask me to tell you a joke next time I see you – in the same way as ‘working in computers a bit’ turns me into an unpaid, on call IT support person for all my extended family.
Profile Image for ukuklele.
461 reviews18 followers
December 15, 2020
Menurut buku ini, secara garis besar humor terdiri dari dua kategori: visual dan verbal. Melihat dari judulnya, buku ini hendak menguraikan tentang humor verbal atau lebih khususnya lagi yang tertulis. Humor tertulis ini mewujud dalam bentuk:

1. Live comedy, contohnya stand-up dan sketsa
2. Recorded comedy, contohnya sitcom, drama, dan film
3. Published comedy, contohnya buku kumpulan lelucon dan novel

Namun penjelasan dalam buku ini tidak begitu berguna bagi saya, karena beberapa hal berikut.

Tidak mengajarkan caranya menjadi lucu
Saya tertarik membaca buku ini karena ingin tahu caranya menulis lucu. Karya-karya yang saya sukai biasanya yang bikin geli-geli miris. Misalnya saja,

live comedy: acara-acara sketsa,

recorded comedy: (sitcom) 30 Rock, Arrested Development, Flight of the Conchord, The Simpsons, (film) Airplane, Hot Fuzz, Kwalitet 2, Setan Kredit, Shaun of the Dead, trilogi Naked Gun, beberapa sekuel Scary Movie, dan semacamnya,

published comedy: The White Tiger Aravind Adiga, Welcome to the N. H. K. Tatsuhiko Takimoto, semua novel Arry Risaf Arisandi dan sebagian novel Paul Murray yang sudah saya baca, dan sebagainya.

Namun buku ini hanya menunjukkan caranya mengail ide, yang sangat umum sekali yaitu menggunakan "what if". Kalaupun ada cara-cara lainnya, tampaknya tidak cukup diuraikan sehingga tidak menempel di ingatan saya. Penjelasannya tentang bentuk-bentuk humor pun masih samar dan kurang contoh. Untuk bagian novel komedi saja, saya kira petunjuk yang diberikannya adalah petunjuk menulis novel secara umum--tidak mesti yang mengkhususkan diri sebagai komedi.

Isi buku ini kebanyakan berupa petunjuk teknis untuk masuk ke industri komedi. Mungkin dianggapnya pembaca buku ini sudah dasarnya pandai melucu.

British banget
Kebanyakan referensinya asing buat saya. Petunjuk-petunjuk yang diberikan pun menurut standar yang berlaku di negara-negara berbahasa Inggris, seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Australia; entah kalau Indonesia sudah mengadaptasinya. Terus terang, saya tidak mengikuti perkembangan dunia komedi secara serius--baik di dalam maupun di luar negeri. Karena itulah, saya kurang nyantol dengan isi buku ini.

Kebetulan saja, saya sambil membaca novel A Stranger in the Mirror Sidney Sheldon yang salah seorang tokoh utamanya seorang komedian berjuang menembus Hollywood. Ada satu adegan di mana dua orang penulis sedang mendiskusikan cara mengolah bakat si tokoh utama dengan menciptakan karakter yang dapat dia bawakan, dan saya pikir ini relevan dengan bagian tentang "Character comedy" (halaman 73) dalam bab "Live comedy".

Ketinggalan zaman
Buku ini diterbitkan pada 2005, sedangkan saya baru membacanya secara tuntas pada 2020. Dalam lima belas tahun itu, ada perubahan tren yang signifikan. Dengan kemudahan mengakses media sosial, setiap orang punya kesempatan untuk menampilkan bakat melucu entahkah lewat tulisan ataupun video. Orang tidak mesti repot-repot melalui cara-cara yang dipaparkan dalam buku ini. Saya sendiri sebagai konsumen sudah beralih dari TV ke YouTube dalam mencari tontonan hiburan yang lucu-lucu. Media sosial sama sekali tidak disebut-sebut dalam buku ini; ya, memang belum masanya.
Displaying 1 - 2 of 2 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.