Jump to ratings and reviews
Rate this book

Sejarah Kecil #2

Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia, Jilid 2

Rate this book

348 pages, Paperback

First published January 1, 2009

7 people are currently reading
98 people want to read

About the author

Rosihan Anwar

43 books37 followers
Rosihan Anwar lahir tanggal 10 Mei 1922, di Kelurahan Kubang Nan Duo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Kesastrawanannya dimulai dengan memublikasikan puisi-puisinya di berbagai media massa pada waktu itu, antara lain, di surat kabar Asia Raya, Merdeka, dan majalah mingguan politik dan budaya Siasat.

Karirnya sebagai wartawan dimulai pada awal 1943 di surat kabar Asia Raja, Jakarta, kemudian redaktur pelaksana Merdeka (1945-1946), pemimpin redaksi majalah Siasat (1947), seterusnya pemimpin redaksi harian Pedoman (1948-1961 dan 1968-1974). Setelah Peristiwa Malari 1974 Pedoman dilarang terbit, jadi wartawan freelance di dalam dan luar negeri, di antaranya kolumnis Asiaweek (Hong Kong), koresponden The Straits Times (Singapura), The New Straits TImes (Kuala Lumpur).

Selain di bidang kewartawanan juga aktif di bidang perfilman, tidak saja ikut bersama Usmar Ismail mendirikan PT Perfini awal 1950, tetapi juga jadi anggota Dewan Film Nasional, anggota juri Festival Film Indonesia (FFI), wakil ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N), seterusnya jadi aktor pembantu dalam beberapa film seperti Lagi-lagi Krisis, Karmila, Tjoet Nja' Dien.

Aktif juga menulis sekitar 30-an buku mengenai jurnalistik, agama, sejarah, novel, dan politik. Penyandang tanda kehormatan: Bintang Mahaputera Utama (III) tahun 1973; Pena Mas PWI Pusat (1979); Bintang Rizal Filipina (1977), dan Penghargaan Pemerintah Daerah Sumatera Barat (1984).

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
14 (15%)
4 stars
30 (33%)
3 stars
42 (47%)
2 stars
2 (2%)
1 star
1 (1%)
Displaying 1 - 12 of 12 reviews
Profile Image for Alvin Qobulsyah.
75 reviews1 follower
July 15, 2020
Truly valuable legacy from Mr. Anwar. It was quite true that every journalists should made a journal about his/her journalistic journey.
.
Mr. Anwar's journals during 1950's Asian African Conference and Nikita Khruschev's visit maybe could acted as highlights from this volume.
.
But his reflection on Indonesian journalists' past and futures is unarguably wonderful. That maybe current journalist situation is still not going that far from his ages.
.
That most of the "third world" journalist is still underpaid, underfed and underloved. Though the tasks is quite pretty "hard" cum ambivalence: That the duty of the press is to afflict the comfortable, and to comfort the afflicted.
Profile Image for Saad Fajrul.
120 reviews2 followers
May 1, 2018
Mengalir. Pengalaman reportase yang mengagumkan. Nikita, KAA, sampai Afrika Selatan.
Profile Image for uruqulnadhif.
15 reviews19 followers
January 1, 2020
This book gives me another perspective about how leaders of this country behave. As his background is journalist, Rosihan's style in writing is easy to understand.
Profile Image for Michiyo 'jia' Fujiwara.
428 reviews
January 27, 2013
Sedikit berbeda dari Jilid yang pertama..kali ini Bung Rosihan Anwar memberikan fokus pada masalah pers dan kebudayaan serta kisah kiprah para delegasi Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan 1945..semua kisah dalam Jilid 2 ini masih bernuansa sama..sejarah..dan seperti kata Shakespeare.. Without Much Ado.. dan yang Bung Rosihan bilang dalam buku ini..mari kita ceritakan satu persatu kisahnya..

Kisah pertama mengenai pers..ternyata surat kabar (koran) pertama yang benar-benar dimiliki oleh pribumi Indonesia (sebelumnya pemilik koran adalah orang Belanda, Indo, dan Tionghoa. Tidak ada orang pribumi) adalah surat kabar yang bernama; Medan Prijaji. Terbit di Bandung pertama kali pada tahun 1910. Pemiliknya Raden Mas Djokomono / Tirtohadisoerja (1880-1918). Sosok Tirto telah mengilhami Pramoedya Ananta Toer, akan sosok Minke..sama seperti Tirto, tokoh fiksi Minke berdarah bangsawan ..priyayi..anak seorang Regent (Bupati) dan bekas murid Stovia (Sekolah Pendidikan Dokter Hindia), yang kemudian menjadi wartawan dan mendirikan Sarekat Dagang Islam. Kiprah Minke dalam berorganisasi dan memulai karier barunya sebagai wartawan bisa dilihat di Jejak Langkah (Tetralogi Buru #3). Dibawah ini adalah sosok Tirto dengan surat kabar Medan Prijaji yang diterbitkannya.
description
Pada tahun 1973, pemerintah Orde Baru menetapkannya sebagai Bapak Pers Nasional dan baru 88 tahun sejak kematiannya (17 Agustus 1918)..beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres RI no 85/TK/2006.

Kisah berlanjut mengenai wajah perfilman Indonesia..Darah dan Doa (1950).. judul Inggris-nya; The Long March [of Siliwangi] atau Blood and Prayer adalah film indonesia pertama yang secara resmi diproduksi oleh Indonesia sebagai sebuah negara. Dan tanggal shooting pengambilan gambar yang pertama (30 Maret 1950) dalam film ini, kini ditetapkan sebagai Hari Film Nasional berdasarkan Keppres Nomor 25/1999. Siapakah orang yang berperan besar didalamnya..? tiada lain, Beliau adalah Bapak Perfilman Indonesia, wartawan dan juga pendiri Perfini (Pusat Film Nasional Indonesia)...Usmar Ismail (1921-1971). Filmografi Usmar Ismail: Harta Karun (1949), Tjitra (1949), Darah dan Doa (1950), Enam Djam di Djogja (1951), Dosa Tak Berampun (1951), Kafedo (1953), Krisis (1953), Lewat Djam Malam (1954), Lagi-Lagi Krisis (1955), Tamu Agung (1955), Tiga Dara (1956), Delapan Pendjuru Angin (1957), Asrama Dara (1958), Pedjuang (1960), Toha, Pahlawan Bandung Selatan (1961), Anak Perawan di Sarang Penjamun (1962), Bajangan di Waktu Fadjar (1962), Holiday in Bali (1963), Anak-Anak Revolusi (1964), Liburan Seniman (1965), Ja, Mualim (1968), Big Village (1969), Ananda (1970)
[image error]descriptiondescription

Kisah yang tidak kalah seru adalah sewaktu Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika..Sudan yang ketika itu baru merdeka dan belum memiliki bendera negara..oleh Ruslan Abdulgani (Menteri Luar Negeri/Panitia Acara) dibuatkan ‘bendera sementara’..bendera dengan dasar warna putih dan bertulisan kata ‘Sudan’ dan resmilah Sudan sebagai salah satu peserta konferensi. Satu kisah penutup, Ada kisah Mandela dan Nikita Krushchev. Ketika kedua pemimpin ini mengunjungi Indonesia (dalam waktu yang berbeda)..dan ‘romansa’ yang tercipta sesudahnya.. ketika tercipta hubungan baik..Indonesia dan Afrika Selatan..Indonesia dan Russia.. terlalu banyak kisah terlalu sayang untuk diceritakan semua.. langsung lanjut ke Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia Jilid 3..
Profile Image for Muhammad Fadel.
97 reviews12 followers
December 31, 2013
Di buku ke-2 ini, cerita Rosihan berfokus kepada pengalamannya sebagai Wartawan dalam meliput beberapa kejadian besar, utamanya politik, di Indonesia. Beberapa cerita-nya meliputi peliputan di konfrensi Asia-Afrika, dan cerita-nya selama mengikuti perjalanan presiden Soekarno ke luar negeri. Seperti di buku pertama, serunya buku ini adalah, Rosihan tidak hanya menceritakan kejadian secara plain, namin dibumbui dengan cerita-cerita tentang watak dari aktor yang dibahas, juga side-story-nya. Bagaimana ia menceritakan perbedaan watak wartawan Barat-Soviet-Indonesia. Atau bagaimana ia mengisahkan "konflik"nya dengan Lee Kuan Yeuw.

Namun, diawal buku, mungkin pembaca akan segera bosan, karena Rosihan menuliskan tentang aspek jurnalistik, dan sejarah jurnalistik yang cukup plain. Baru setelah masuk Bab-II, pengalamannya sebagai wartawan cerita-nya kembali menarik.
Profile Image for Anggi Hafiz Al Hakam.
329 reviews5 followers
February 3, 2013
Pada bagian kedua dari Sejarah Kecil Indonesia ini, Rosihan Anwar banyak menulis tentang pers; soal sejarah perkembangan pers di Indonesia dan kemerdekaan pers di negeri ini pra dan pasca kemerdekaan.

Sejak awal, saya seakan mendapat pembenaran dari Rosihan Anwar. Pada slide yang ditampilkannya; riwayat sejarah penerbitan pers di Indonesia. Bahwa disitu tercantum koran Slompret Melajoe sebagai cikal bakal penerbitan pers di negeri ini. Ibu Guru Sejarah tidak mungkin salah dan itu terbukti dari tulisan Rosihan Anwar.

Selanjutnya, kisah-kisah sepanjang penerbitan pers dan hal-hal lainnya mulai memainkan lakonnya.
Profile Image for Stephanie Sinaga.
5 reviews1 follower
August 11, 2014
Membaca buku ini seperti berkunjung ke museum pribadi. Bung Rosihan Anwar, seorang wartawan senior Indonesia, mungkin tak mampu membuat museum untuk menampung memorabilia yang dimilikinya, sehingga ditulislah buku ini. Tapi mungkin ini lebih baik, karena museum sejarah kecilnya bisa dikunjungi di manapun, bahkan dibawa untuk dinikmati di mana-mana.
Sejarah yang ditulisnya adalah sejarah yang personal, yang kaya dengan emosi sehingga mengajak pembaca turut berempati. Buku ini seakan mengajak pembaca untuk 'mengalami' sejarah dan mengingatkan mereka bahwa sejarah adalah kumpulan cerita yang dipelajari sambil dinikmati dengan secangkir kopi hangat.
Profile Image for Kresna Luginawati.
14 reviews
Currently reading
March 3, 2010
Belajar sedikit tentang sejarah kemerdekaan RI dan wartawan Indonesia.
Profile Image for M_agunngh.
299 reviews4 followers
May 6, 2014
Pak ROsihan, Semoga tetep terslurkan ilmunya
Displaying 1 - 12 of 12 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.