Ini adalah Hari Bebas Bicara di Negara Kesatuan Adat Lawaknesia (NAKAL). Siapa saja boleh berbicara secara gamblang, terang-terangan, tanpa takut akan konsekuensi hukum. Setiap warga negara berhak berbicara: membongkar kejahatan, membeberkan penipuan, mengungkapkan keburukan. Tujuannya, agar tercapai keadilan untuk seluruh rakyat.
Namun, kawan, tujuan mulia ini berubah menjadi awan hitam. Jutaan aib terbongkar. Jutaan fitnah tersebar. Jutaan kebencian dan perundungan mengakar.
Rakyat berkelahi dengan rakyat. Tetangga dengan tetangga. Murid dengan guru. Karyawan dengan atasan. Anak dengan orangtua. Sahabat dengan sahabat. Kekasih dengan kekasih. Ucapan orang terdekat merobek dinding tiap rumah.
Ini adalah Hari Bebas Bicara. Setiap dendam, setiap benci, setiap amarah, lepas berkeliaran. Namun percayalah, kawan, orang jujur selalu ada, bak jarum dalam tumpukan jerami sekalipun.
Usahakan baca minimal 1 fiksi, dan 1 non-fiksi setiap bulan. Fiksi untuk hati, non-fiksi untuk kepala. – Ini juga pesan untuk kawan-kawan yang mencoba merintis jadi penulis. Jika ada yang menganggap karyamu baik, maka syukuri dan jangan terlalu terbang. Rekam itu di ingatan, jadikan dorongan untuk memberi dampak dan membawa pesan-pesan yang seru dan penting.
Jika rupanya ada yang tak suka, memberi kritik, saran, itu tak masalah. Beberapaa kritik malah bisa jadi pelontar yang ampuh untuk karyamu berikutnya. Lagi pula, orang sudah keluar uang untuk beli karyamu, masa mengkritik saja tidak boleh. Selama sesuatu itu karya manusia, pasti ada saja retak-retaknya.
Lain cerita jika menghina. Memang benar tak harus jadi koki untuk bisa menilai satu menu masakan itu enak atau tidak. Namun cukup jadi manusia untuk tidak menghina makanan yang barang kali tak cocok di lidahmu, kawan. – “Karya yang terbaik adalah karya yang selanjutnya.” Bisik seorang sahabat. “Tulislah sesuatu yang bahkan engkau sendiri akan tergetar apabila membacanya.” Sambung sahabat yang lain.
Duh, nggak tau deh mau bilang pembukaan reviewnya gimana. Yang pasti, BUKU INI NGABISIN STICKY NOTES SAYA! AGAK DIKONDISIKAN BANG! KOK ISINYA PENTING SEMUA! KAN BUKU FIKSI YA? Fiksi gak ya? Eh? 🫣 Maap, capslock jebol. Karena ini era Bungkam Suara, kata bang Jombang yang protes gak akan didengar😂
Jadi, novel ini berlatar di sebuah negara bernama NKAL (Negara Kesatuan Adat Lemunesia) yang dipimpin seorang Raja dan seorang Pemangku Adat. Negara ini udah canggih banget. Dimana-mana ada CCTV, gadget dan kendaraannya semua sudah jauh di level atas. Kawasan tempat tinggal penduduknya dipanggil distrik.
Jujur Timur alias Timmy adalah seorang mantan asisten dosen Prof. Terang Setiawan di Universitas Lemuria. Kehidupan keluarganya jungkir balik setelah ayahnya dinyatakan sebagai penjahat spear-pishing atau penipuan uang seluruh masyarakat NKAL. Petualangan antara hidup matinya pun bermula sejak ia dan adiknya iseng membuka komputer lama sang ayah.
Timmy direkrut oleh Prof. Terang yang ternyata teman baik ayahnya. Ia pun melihat sisi lain dari dunia yang tidak pernah ia tahu. Selama ini ia hanya menyaksikan 'pertengkaran' di medsos sebagai hiburan. Ternyata, jauh lebih kompleks dari itu. Ada tim yang mengendalikan hal-hal yang viral. Apa, siapa dan untuk apa drama-drama itu dihadirkan, semua sudah tersusun rapi. Timmy ditugaskan mencari durian busuk, pengkhianat diantara mereka. Sebelum Hari Bebas Bicara, satu hari dimana semua orang boleh mengatakan apapun pada siapapun. Tapi, di hari penuh kebebasan itu semua berubah menjadi malapetaka.
Seru banget. Kayak nonton film action. Kejar-kejaran. Kabur-kaburan. Page turner deh. Aku suka nama-nama tim yang dipimpin Prof. Terang. Paling ngakak ada tim Troll Management. Apa dah jobdesknya mereka itu. Nama Pemangku Adatnya juga sangat merakyat sekali. Nama-nama kementeriannya juga aneh-aneh: ketekgatal, kenasial, pempekmahal. Aku cuma gak bisa ngebayangin bentuk istana kerajaan. Imajinasiku agak payah. Kayaknya perlu dibikin jadi film. 😇
Ceritanya penuh dengan satire dan twist dimana-mana. Kadang lucu. Kadang miris. Nyerempetnya juga 'serem'. Takut juga ada kang bakso lewat depan rumah.
Kehebohan dunia medsos NKAL agak-agak mirip di wakanda. Banyak komen yang suka offside, lari dari esensi topik yang dibicarakan. Setelah baca buku ini dan baca komen beneran, aku jadi ketawa sendiri. Vibesnya sama.
Banyak hikmahnya untuk bercermin ke diri sendiri. Kita nggak harus 'nimbrung' dan memikirkan yang viral-viral karena bisa jadi itu hanyalah pengalihan isu. Karena setiap kelompok memainkan narasinya demi kepentingan masing-masing. Akhirnya yang diuntungkan siapa? Tentu bukan kubu yang bersebrangan, melainkan yang senang melihat kita saling adu jotos. Penonton dibalik layar.
Buku ini rekomen banget untuk dibaca tahun ini. Tahun 'panas' sebelum pemilu wakanda. Biar nggak gampang kemakan narasi pecah belah dan juga lebih beradab dalam bersosial media.
Buku yang ini sangat hot sekaleee dari karya Bang Khairen yang lain✌️ sepertinya Bungkam Suara bukan sembarang buku fiksi, lebih ke non fiksi yang di fiksikan siihh, hehe. Buku ini juga sangat completed menurutku. Banyaaak sekali yang betulan terjadi di bangsa ini, ada di cerita ini.. sssttt penulisnya sepertinya cenayang😁✌️ bahkan baru kemarin ada scene di Bungkam Suara terjadi nyata di akun penulisnya sendiri😂 ___ Bungkam Suara berkisah tentang Jujur Timur--Timmy, mantan asisten dosen di Universitas Lemunesia. Kehidupannya berubah semenjak Ayahnya terdakwa kriminalitas digital tingkat tinggi.
Genrenya politik satire, kalo temen² ngiranya berat... emm gak juga siih, tapi emang ada 'sesuatu' yang disampaikan dan itu bener² bikin kita mikir. Penyampaiannya juga dibumbui komedi, gaya bahasanya mudah dipahami... meski banyak istilah yang baru aku tau. Di sini juga bercerita tentang propaganda terkomputasi, di mana pikiran orang didesain untuk bermusuhan, saling mengujar kebencian, saling serang di dunia nyata maupun maya. Lalu terbongkar dan ada konsultan untuk itu. Jujurr aku batu tau tentang hal ini. Waahh kereeenn buku ini!
Di NKAL (negara fiktif di buku ini) warga bisa di cancel² dan akan dihilangkan secara paksa bagi mereka yang memberontak atau gak setuju sama kerajaan.
"Hari bebas bicara?" "Hari Kemerdekaan!"
Lanjutan review nya nnti ada di akun Instagram ku @nindu.ei
Bang Khairen terima kasih banyak sudah menciptakan cerita se-keren dan kacau ini! Karyamu selalu luar biasa baaang🔥 sukses untuk masterpiece selanjutnyaaaa!
Di beberapa halaman emotional yang di sampai dapat dgn adanya keadaan yang ditimpa pada beberapa tokoh yang jauh dari keluarganya bahkan selang bertahun tahun lamanya dan baru ketemu (part heartwarming yg aku sukaa)🥺💖. Terus juga beberapa singkatan yang agak Nganu🙈🤣
Ada satu part yang bikin aku kek greget sendiri apalagi pas Timmy dkk mau merencakan sesuatu terus ada adegan kesandungnya kek hmmmmm sempat-sempet nya itu loh ada kesandung segala🙃, aku sebagai pembaca sambil berimajinasi pen banget teriak "Cepetaaan larii woi arrgghh🤸🏻♀️😭🤌🏻"
Endingnya? agak sedikit membangongkan menurut aku, kek ini ntar yg jadi anu nya sapa? Lah ini oknum yg mana? Lah perasaan tokoh yg ini yg dicari tapi pas endingnya kemanaaa? Lah ini lanjutaaanyaaa gimana🙃 (Kak @js_khairen keknya hobi bgt bikin pembacanya penasaran ✌🏻👀😶🌫️)... But, overall dgn alurnya maju mundur tapi tidak menutupi detail setiap alurnya sih✨
Ada beberapa insight yg aku dapetin dari novel ini yg mana : - Harta & popularitas gada nilainya dibandingkan keluarga kita sendiri - Apapun berita or kabar yg kita dapetin disosmed yaa baiknya dicerna dulu (Jgn gampang kemakan hoax) - Setianya seseorang akan diliat dari akhir nya seseorang (Apa dia mau merelakan dirinya untuk org" sekitarnya or merelakan org" sekitarnya untuk dirinya)
Bungkam Suara J.S. Khairen Grasindo 365 pages U15+ Review result: First time, I read this novel so excited. I spent a lot of sticky notes with different colours. So that, I can easily remember every event. The reason why there are so many sticky notes because this novel contains detail like a meat. This is the era of Silencing Voices, said the writer, Mr. Jombang @js_khairen who was pouring out everything that was not being responded to. So, this novel is set in a country called NKAL (Negara Kesatuan Adat Lemunesia) which is led by a King and an Indigenous Stakeholder. This country is so sophisticated. Wherever there are CCTVs, gadgets and vehicles, they are all at the upper middle level. The area where the residents live is called a district. Jujur Timur alias Timmy was a former teaching assistant to Prof. Terang Setiawan at Lemuria University. His family life was turned upside down after his father is revealed to be a spear-pishing criminal for the entire NKAL society. The adventure between life and death began when he and his sister casually opened their father's old computer. Timmy, a young man who was fired as a teaching assistant because of his father's criminal case. As a result, he became a durian farmer. His father was arrested and do not know where he was. Timmy along with his mother and younger brother named Ulung, had to live barely from wages as durian farmers. One day, the lecturer who used to work with him suddenly picked him up and promised to clear his father's name and reunite the four of them. Strategy laid out to be unveiled on FREE SPEECH DAY. Then how will it go? is it seamless? Is there a traitor? What's the end story? Please read it yourself! Timmy was recruited by Prof. Terang who turned out to be a good friend of his father. He also saw another side of the world that he had never known. So far, he had only watched 'disputes' on social media as entertainment. In the reality, it was much more complex than it. There was a team that controls the things that were being discussed. What, who and for what purpose were the dramas brought to life, everything was arranged neatly. Timmy was tasked with finding rotten durians, a traitor among them. Before Free Speech Day, a day when anyone can say anything to anyone. But, on a day full of freedom it all turned into disaster. Many interesting terms and universes are followed. Universe which partially describes Indonesian culture. Rich in computerized propaganda, proxy wars, buzzers, use of the media, and so on. So, when you read, you smile when you see what actually happened in our country, Indonesia. Each episode begins with an interesting quote. My favourite character is Chicha. She is a girl who works as the manager of the Propaganda Scenario Team under Prof. Light. She has very interesting job. If it was in the real world, I think I wanted to do an internship there. From each episode, it makes me furious like I'm watching an action thriller genre movie. I like the names of the team led by Prof. Light. What makes me laugh, there's the Troll Management team. The name of the Traditional Stakeholder is also so democratic. The names of the ministries are also so unique such as KESELEKSETAN, KETEKGATAL, KENASIAL, PENDEKKEKAR, PEMPEKMAHAL, NABRAKBIS EKSTASI, KENTANG REBUS, until KUMPULKEBO, which made me laugh to myself. It can be found here, at Bungkam Suara, as much as it makes me laugh because of the acronym. This novel has a side of humour, irony and suspense. In my opinion, the story of this novel is suitable to be made into the movie and directed by Joko Anwar. The story is full of satire and plot twists everywhere. And, for the story ideas themselves, including ones that are out of the box because of the aura is like Hunger Games but with local wisdom. The rebellion and injustice was felt. The adventure keeps us immersed in the story.
I wish this story would be in the cinema, maybe someday 📚👩💻😇
Baru kali ini baca buku rasanya gatal. Ceritanya jauh beda dengan genre yang saya suka, tapi ini tetap masuk. Seperti dongeng yang mudah diaminkan, lucu sekali dan jelas seru. Seperti rollercoster dengan yang sedikit mengocok perut. Kalau tidak merasa pusing, coba baca ulang. Ada satu kutipan yang paling menarik menurut saya "Saat mereka ingin mengontrol, apa yang boleh dan yang tak boleh kita bahas, saat itulah apa saja agenda mereka jadi mudah masuk ke kepala kita". (Bungkam Suara - J. S. Khairen)
Ceritanya seru bang, menegangkannya dapat. Ada dua typo yang ku temukan bang, entah itu sengaja atau memang khilaf gatau juga. Typo yang pertama lupa nandainya bang. Kalau yang kedua di h. 163, "Bukan urusan agama atau kepercayaan, melainkan itu adalah kewan keluarga".
Menceritakan tentang sebuah negara bernama NKAL. Negara Kesatuan Adat Lemunesia. NKAL mempunyai tag line Markonah, Makmur, Tanpa Onar dan Amanah. Warganya dilarang mengkritik raja selain di hari bebas bicara.
Tentu bagian yang paling seru dalam buku ini adalah hari bebas bicaranya. Satu tahun warganya menyiapkan narasi-narasi yang akan disampaikan dalam satu hari itu. Bisa dibayangkan bagaimana bom meledak, udah di tahan lama-lama dan meledak dalam satu hari. Itulah yang akan terjadi di NKAL. Sesame warganya saling meluapkan berbagai emosi dan kesalahan.
Saking mendalami bacaannya aku tiup-tiup tuh pluit, tapi bedanya yang punya Timmy suaranya gak jelas karena ada rahasia yang Timmy belum sadari. Dan biar tambah tervisualkan, beberapa kali lihat peta Of NKAL. Menghayati setiap perpindahan Timmy dalam langkahnya dari Neang ke kebun durian di Cokku yang melewati dua provinsi.
Jangan lupa, cari juga kendaraan monowhils yang dipakai Chicha dan kendaraan berbentuk tutup pulpen punyanya Prof. Terang. Biar tambah sadar kalau ini novel fantasi aku lihat pohon talas dan reruntuhannya tempat rahasia Prof. Terang yang baru diketahui oleh Timmmy.
Oh iya, NKAL punya mata uang sendiri, yaitu DW dan juga punya tas ajaib, yang kalau Timmy masukin hp ke dalamnya gak aka nada sinyal masuk. Kenapa bisa gitu ya? Hmmm
Belum lagi macam-macam nama kementriannya. Wih… super duper gak nyangka. Kementrian PEMPEKMAHAL apa coba? Itu adalah Kementrian Pembangunan, Pekerjaan Umum, rumah, dan Jalan.
Novel ini tuh antara kesel tapi ngakak berbarengan.
Novel fantasi pertama yang aku baca dan langsung aku kasih bintang 5. Banyak banget hal keren yang kalau ditulis lagi berarti bukan review, tapi poto chopy. Kamu harus banget sih baca. Terimakasih udah baca review aku.
kalau disuruh menggambarkan buku ini dengan satu kata : KEREN PARAH! (dua kata itu mah 🤣)
Di bagian awal dibuat ngakak dengan istilah atau singkatan-singkatan badan negara yang nyeleneh banget. Istilahnya kocak-kocak, seolah bersifat sarkas gitu ya, padahal, ya gitu.. (beberapa singkatan aku lampirkan di slide ke-9)
Baca buku ini berasa lagi nonton film, adegan action-nya keren banget, teknologi super canggih, berasa nonton film sci-fi.
Page turner banget, sampe ngga tidur aku baca buku ini saking gatal otak penasaran. Dan setiap chapter-nya tuh pendek-pendek, makanya ngga bosan dan pengen lanjut baca terus. Sayangnya, otak aku masih gatal begitu selesai baca buku ini, masih greget, harus banget baca sekuelnya ini mah. 😅
Wahai kalian generasi Milenial dan Gen Z, wajib banget baca buku ini, supaya bisa ngaca, dan bisa memperbaiki diri sebelum terlambat!!
J.S. Khairen BUNGKAM SUARA Grasindo 365 halaman 2.5
Dibangun di atas fondasi worldbuilding yang malas dan mudah digoyahkan, BUNGKAM SUARA karya J.S. Khairen adalah satire politik yang belum bisa menyampaikan pesan yang utuh kepada para pembacanya.
Premis BUNGKAM SUARA awalnya terkesan seperti versi lebih lembut dan kurang berdarah-darah dari film The Purge. Jika dalam The Purge, masyarakat Amerika Serikat diberi kebebasan satu hari untuk melakukan tindakan kriminal apa pun tanpa mendapatkan konsekuensi hukum, dalam BUNGKAM SUARA penduduk Lemunesia mendapatkan Hari Bebas Bicara yang mengizinkan mereka untuk berbicara apa pun secara terang-terangan tanpa takut akan konsekuensi hukum.
Di atas kertas premis tersebut, BUNGKAM SUARA nampak seperti satire politik terhadap pemerintahan yang membatasi hak bersuara rakyatnya lewat undang-undang atau pengawasan panopticon. Dan buku ini bisa dibilang memang seperti itu. Paling tidak, pada awalnya. Khairen menggambarkan Lemunesia sebagai suatu negara misterius di Bumi yang memiliki pengawasan rakyat yang superketat, tetapi modern dan canggih. Tertutup dari Dunia Luar (bahkan, penduduknya tidak mengenal bahwa ada negara lain di luar Lemunesia), tetapi memiliki internet, mengadopsi agama, dan mampu membangun infrastruktur yang rumit. Kontradiksi-kontradiksi inilah yang membuat fondasi Lemunesia begitu lemah. Jika memang hanya sedikit orang Lemunesia yang mengetahui rahasia Dunia Luar, bagaimana mereka bisa mendapatkan ilmu pengetahuan untuk membangun infrastruktur yang canggih, dari mana agama mereka berasal, bagaimana mereka mendapat ilmu pengetahuan dan bahan baku untuk membangun infrastruktur mereka? Jika jawabannya adalah semua itu berasal dari benua Lemunesia (atau Lemuria, seperti yang Khairen jabarkan), bisa dibilang itu jawaban yang agak malas. Jika jawabannya adalah karena pemerintah Lemunesia, dengan dua pemimpin bergelar Raja dan Pemangku Adat, menyembunyikan rahasia ini dari Dunia Luar, bagaimana tidak ada orang dari Dunia Luar yang berusaha berkontak dengan penduduk Lemunesia? Ambil contoh, masyarakat Sentinel di Kepulauan Andaman. Walau tidak berakhir baik, kontak masyarakat Sentinel dengan orang di luar Pulau Sentinel tetap terjadi. Seketat-ketatnya pengawasan dan pembatasan informasi penduduk Korea Utara, mereka semua tahu, paling tidak ada saudara mereka di Korea Selatan. Alih-alih mendirikan Lemunesia, dunia di dalam BUNGKAM SUARA akan lebih solid jika, misalnya, menggambarkan Lemunesia sebagai Indonesia di masa depan. Atau mungkin negara terisolasi seperti Korea Utara, tanpa perlu menggambarkan adanya Dunia Luar yang tidak pernah diketahui penduduknya. Atau mungkin sekalian pindahkan saja latar tempatnya di dunia yang benar-benar baru dengan nuansa lokal, seperti yang Triskaidekaman lakukan dalam CADL: Sebuah Novel Tanpa Huruf E, yang kebetulan juga salah satu contoh satire yang menarik (terlepas dari gimmick lipogramnya).
Alasan kenapa saya mengomentari worldbuilding dalam buku ini dengan paragraf yang terlalu panjang adalah karena dengan gambaran dunia yang lemah ini, satire politik yang ingin disampaikan menjadi kurang tajam. Siapa atau apa yang sesungguhnya ingin disindir dalam buku ini? Jika memang ingin menyindir pemerintah Indonesia, kenapa buku ini menyiratkan Indonesia tempat yang lebih baik? Apakah hanya cukup menyindir pemerintah dengan memelesetkan institusi pemerintahan dengan singkatan ngab-ngab, seperti KESELEKSETAN, KETEKGATAL, atau KENASIAL? Dalam buku ini, Khairen mengkritik industri buzzer atau penggaung politik dan menunjukkan bahwa mereka ini merupakan propaganda yang berasal dari kelas elite, tetapi di saat yang bersamaan juga mengolok-ngolok kebodohan masyarakat biasa Lemunesia. Berpihak ke manakah sang penulis? Dalam satu bagian yang membuat saya meringis, salah seorang karakternya, seorang perempuan, mengusulkan untuk menyebarkan hoaks pelecehan seksual dengan ringan untuk menjatuhkan lawan dari "kliennya", suatu opini yang benar-benar hina dan tidak cerdas, berbanding terbalik dari citra karakter yang Khairen gambarkan.
Alasan lain kenapa saya sulit menganggap buku ini satire yang serius, meskipun saya mendapat kesan buku ini berusaha terlalu keras untuk terlihat serius, adalah bagaimana di bagian klimaks cerita, BUNGKAM SUARA tiba-tiba menjelma menjadi buku sains fiksi picisan dengan fokus yang tidak jelas. Siapa yang menyangka saya akan menemukan rip-off dari Face Off (atau Ayat-Ayat Cinta 2) dalam buku ini? Ada bagian ketika para karakter harus menunggangi mumi elang robot raksasa, yang sampai sekarang tidak bisa saya pahami?
Penduduk sekitar ketika melihat mumi elang robot raksasa terbang:
Sekalipun kita menyampingkan tujuan dari buku ini sebagai satire dan sindiran yang entah terhadap siapa, BUNGKAM SUARA sendiri masih terasa kurang matang. Karakter utamanya bodoh, walaupun orang-orang di sekitarnya memujinya sebagai salah satu orang paling cerdas. Dialognya terasa kaku dan memuat banyak petuah. Konflik dan alurnya terlalu ruwet dan ini bukan ruwet yang mengasyikkan. Jika pesan moral yang ingin disampaikan adalah jangan mudah memercayai orang lain, bisa dibilang pesan tersebut tersampaikan karena saya tidak akan memercayai satu orang pun dalam buku ini yang bersikap bodoh dan gegabah di tengah-tengah revolusi.
Berita buruknya, buku ini akan memiliki sekuel yang mungkin akan menjawab beberapa pertanyaan di atas, tapi mungkin juga tidak. Akhir BUNGKAM SUARA mengizinkan kita mengintip lebih banyak soal Dunia Luar, termasuk kaum elite bertopeng yang sepertinya kelompok yang sama dengan elite di Squid Game. Hmm, mungkin di buku berikutnya, sayalah yang akan bungkam suara dan tidak akan mengoceh sepanjang ini lagi.
Saya pertama kali berkenalan dengan J.S. Khairen melalui novelnya yang terbit pada 2019, Kami (bukan) Sarjana Kertas. Saya tak terlalu menyukai novel tersebut dan setelah membaca novel ini saya akhirnya bisa menyimpulkan bahwa saya dan J.S. Khairen memang tidak berjodoh.
Bungkam Suara mengambil latar sebuah kerajaan yang benar-benar tertutup dari dunia luar sampai-sampai keberadaan Dunia Luar dianggap sebagai mitos belaka. Di negara ini, kebebasan berbicara amatlah terbatas. Tak ada siapa pun yang boleh berbicara tanpa bukti. Namun, satu hari dalam setahun, semua orang akan dibebaskan berbicara semaunya dalam Hari Bebas Bicara.
Novel ini secara gamblang membeberkan ketidakadilan yang selama ini menjadi opini populer di internet. Dalam bab-bab awal Anda akan disuguhkan dengan narasi ketidakadilan yang menjadi quote sehari-hari netizen. Kebetulan “netizen” memang memiliki peran yang amat besar dalam novel ini.
Salah satu kelebihan novel ini adalah ceritanya ringan untuk diikuti. Anda tak perlu berpikir terlalu keras menerima situasi karena situasinya amatlah mirip dengan negara tempat Anda membaca artikel ini. Setiap bab dibuat pendek agar pembaca dipancing untuk terus membuka bab berikutnya dan ceritanya juga emosional karena para netizen memang ahlinya membuat kesal.
Premisnya menarik, cerita dibangun ke arah yang menegangkan, tapi sayang dieksekusi buruk.
Saya tak suka Kami (bukan) Sarjana Kertas karena novel itu terasa seperti berbagai macam ide yang ditempelkan begitu saja menjadi satu novel, novel ini pun tak jauh berbeda. Anda akan membaca narasi ketidakadilan, teori konspirasi, hingga berbagai macam potensi Sci-fi yang sayangnya tak dirajut dalam satu kesatuan plot yang baik.
Ada banyak inkonsistensi, plot hole, dan adegan yang terasa tidak masuk akal. Parahnya lagi, novel ini tak memiliki ending yang memuaskan karena sejak awal memang sudah direncanakan sequelnya. Hmm … gimana caranya pembaca mau membaca sequel jika novel pertama saja membuat pembaca merasa digantungin. Kamu tahu sakitnya digantungin? Tahu kan?
Well, berhubung JS Khairen masih tergolong penulis baru maka saya mungkin akan mencoba membaca novel-novel barunya di masa depan, tapi untuk sequel novel ini ... Maaf, saya tidak tertarik.
Novel ini seru, sejauh ini saya menyelesaikannya dalam 4 hari sebetulnya bisa dalam 3 hari tapi ada kegiatan lain yang harus saya selesaikan. Saya tidak akan menceritakan apa yang terjadi dalam buku ini karna sudah banyak pengguna lain yang menceritakan garis besarnya dan banyak juga yang spoiler saya menantikan sequel dari buku ini selanjutnya.
Tujuan dibuatnya Hari Bebas Berbicara awalnya sebagai wadah untuk kritikan-kritikan yang membangun dan keterbukaan pandangan dan pendapat masing-masing di NKAL, namun yang terjadi malah melenceng! Yang kamu lihat kebanyakan hanya huru-hara, fitnah, kebencian, KERUSUHAN.
Sebelum baca sempat merenungi kata-kata penulis; "Menurut lo kita udah bebas bicara belum? Perlu ada batas atau enggak?"
Awalnya jawaban saya "Iya mungkin kita udah bebas, walau belum sebebas itu." Setelah membaca Bungkam Suara ini, bungkam pula suara saya karena perasaan ngeri dari kata 'kebebasan berbicara' itu sendiri punya makna dalam.
Sepanjang membaca, jujur rasa-rasanya saya ikut tertampar. Ada banyak yang tak terlihat di kehidupan kita sehari-hari, ada yang berusaha ditutupi. Kenyataan kalau kita hidup pun banyak hal yang tidak kita ketahui.
Suka dengan penulisan si penulis. Mudah dimengerti, diajak untuk ikut masuk ke ceritanya. Suasana tegang, ngeri, dan DUARR-nya juga bikin berulang kali berbisik "gila, gila, kacau nih semua kubu."
Bakal nungguin lagi sih ke lanjutan kisah Timmy ini. Terima kasih atas cerita yang menakjubkan bang!
Wah gila sih, novel ini rekomen banget untuk dibaca. Gue sadar bahwa yang namanya novel pasti ada bumbu fiktifnya gitu, tapi kali ini gue ngerasa gue lagi di dunia nyata. Konflik yang diangkat dalam novel ini 11 12 hampir mirip dengan yang terjadi di kehidupan nyata. Bedanya di NKAL (negara fiktif dalam novel) kemajuan teknologinya lebih masif, masyarakatnya juga pada melek digital. Selain itu, ada pula part dimana kita secara tidak langsung diajarkan cara menerjemahkan beberapa konflik menjadi sebuah ide brilian untuk propaganda media (pas orientasinya cicha kalau gak salah, hehe) Thank you bang Jombang udah nulis novel keren ini, biar gue gak ngira novel itu bahas romance mulu.
Buku ini adalah buku yang kubeli tanpa melihat review dan hanya melihat covernya sungguh menarik perhatian orang sepertiku yang concern isu sosial politik.
untuk mengetahui sudut pandang bahwa negara memiliki mastermind dan orang yang dengan penuh kuasa dapat mengendalikan media, nyata bahwa hal tersebut akan memperkaya pemahaman kita. namun dari cara mengemas penulisan bagiku sangat kurang cocok (subjektif).
Di bagian bagaimana penulis melakukan simplifikasi seperti contoh MARKONAH yang mungkin niatnya menyisipkan hal jenaka dan mudah dihafal pembaca, namun bagiku terkesan cukup cringe. maaff. lalu dari segi pengembangan plot dari tengah ke akhir terkesan terlalu cepat kurang memberikan klimaks.
overall, aku cukup menikmati ketika membaca dan apresiasi kepada penulis telah mengangkat tema sosial politik yg menarik.
Novel ini salah satu novel yang cerita di dalamnya bikin kepala geleng2 seolah tak percaya, gua mikir ini cerita kalo beneran terjadi gimana tapi kadang ngerasa kyk ceritanya bukan fiksi melainkan non fiksi yang dikemas sangat bagus menjadi sebuah cerita yg seolah fiksi. Salut daj terimakasih kepada penulis buku ini
[KALAU ADA SATU HARI BEBAS BERBICARA, APA YANG INGIN KAMU KATAKAN?]
Pernah enggak, sih, kamu terpikir, dibuat satu tanggal merah di kalender untuk memperingati hari bebas berbicara. Kira-kira berapa banyak aib yang akan terbongkar? Fitnah apa saja yang akan tersebar? Atau, bagaimana jika seluruh warga negara berhak berbicara: membongkar kejahatan, membeberkan penipuan, mengungkap keburukan, apakah akan tercapai keadilan? Bayangkan akan betapa kacaunya hari itu. Akan ada anak yang men-spill kelakuan orang tuanya yang strict parenting di sosmed, karyawan akan menjelek-jelekkan bosnya, persaingan politik akan sikut-menyikut saling melempar fitnah dan hoax. Begitulah keadaan yang akan diceritakan di buku ini. Bungkam Suara berkisah tentang Jujur Timur—Timmy mantan asisten dosen di Universitas Lemunesia. Kehidupannya berubah semenjak Ayahnya terdakwa kriminalitas digital tingkat tinggi. Di buku ini, diceritakan di Negara Kesatuan Lawaknesia (NAKAL) terdapat satu hari—selama 24 jam—untuk bebas berbicara. Setiap orang berhak menyampaikan apapun, kepada siapa pun tanpa harus takut terjerat hukum. NAKAL adalah negara yang misterius, yang memiliki pengawasan super ketat, modern, dan canggih. Istilah-istilah dalam buku ini sangat mengocok perut. Kalau menurutmu NAKAL sudah konyol, kamu keliru. Karena di buku ini kamu akan menjumpai KESELEKSETAN, KETEKGATAL, KENASIAL, PENDEKKEKAR, PEMPEKMAHAL, NABRAKBIS EKSTASI, KENTANG REBUS, dan KUMPULKEBO. Melalui bab-babnya, Bang Khairen menyampaikan satire politik yang wadidaw, ihh takuuuut. Kamu jangan salah paham, meskipun buku ini membahas politik dan propaganda, tapi buku ini enggak berat, kok, untuk baca. Penyampaiannya dibumbui komedi dan gaya bahasa yang mudah dipahami, walau kadang harus mikir. Kondisi menjelang Hari Bebas Bicara, orang-orang akan menyiapkan narasi untuk disuarakan. Rencana-rencana untuk mencegah orang lain membongkar aibnya pun disiapkan. Untuk mencegah itu, diperlukan hoax yang lebih besar supaya bisa menutupi aibnya. Suasana di hari H, hoax dibalas hoax, fitnah bertukar fitnah. CHAOS! Menciptakan lingkaran setan yang terus membuat tersesat. Jadi, Hari Bebas Bicara itu baik atau malah bikin kacau? Silakan kamu baca sindiri dan temukan jawabannya.
Gokil parah sih novel satu ini. Mulai dari penyebutan latar aja udah bikin geleng-geleng kepala, apalagi ada beberapa nama tokoh yang nyentrik dan kalo di otak-atik bakal asik juga, hehe. Pun tema yang mendasari buku satu ini bikin menggelitik dan cukup mengusik juga ya. Hussss orang-orang menyebut buku ini adalah luapan politik (yang sengaja dipasangin satire).
*spoiler alert* karena udah tamat buku ini bakal punya adik looo, jadi gasabar (padahal baru aja namatin wkwk).
Di buku ini banyak banget anotasi yang emang diperlukan dan menurutku cukup penting—semua omg😭. Mungkin memang di buku ini difokuskan dengan pengenalan tokoh yang cukup banyak hingga ketertarikanku melonjak ketika 1/3 akhir. But, waktu baca buku ini bener-bener ngalir banget, diksinya oke dan gak bertele-tele, pemindahan antar tokoh; antar latar yang jelas dan Yap! suka banget dengan gaya penulisan beliau apalagi dibumbui komedi. Kocak!
Ah nglantur kemana-mana kan jadinya. Buku ini mengisahkan Timmy yang berusaha mempertahankan keluraga dari ancaman 'digital' dan pandangan mata menyudutkan dari warga sekitar akibat Ayahnya yang terdakwa sebagai kriminalitas digital tingkat tinggi.
Berlanjut dari itu apakah sebenarnya memang Ayahnya pelaku asli atau hanya dijadikan tumbal? Lantas siapa yang bertindak di balik layar? Raja kah? Pemangku adat? Atau bahkan sosok di luar negara tempat Timmy tinggal?
Pleasee ini plot twist bangt apalagi pas ngira dalang dibalik semua ini salah satu dari petinggi negara, tapi ternyata....... Wiiiih gabisa ini gabisa. Ada apa sebenarnya di balik ketertutupan NKAL dari dunia luar? Apa ini memang skenario awal negara luar? Ah sudahlah, aku tunggu di buku selanjutnya bang. Arigatōgozaimasu udah nulis buku yang gokil bin kocak ini😁😁
Selama aku baca ceritanya, rasanya bener-bener berdebar dan dibuat penasaran dengan tujuan propaganda yang sering disebut-sebut. Apa yang kita lihat, yang kita dengar, yang trending, percaya ngga si kalau itu taktik semata? Wkwk, bukunya buat overthinking kalau lihat something new di medsos😂 Eitt, tapi bersamaan kita jadi lebih dibuat untuk berpikir tenang saat menghadapi sesuatu😊
Kisah Timmy sendiri sebagai pembawa alur menarik untuk dibahas. Dimana yang awalnya dia seorang asisten profesor, kemudian berubah derajat kehidupannya sejak ayahnya dinyatakan sebagai penjahat phising. Banyak yang mencibir dan menjauh, padahal mereka tidak tahu kenyataan yang sesungguhnya. Atau Timmy yang sebenarnya tidak tahu apa-apa?
Kisah ini mengandung rahasia yang ngga kalah serunya! Dimana Timmy pun dibuat bingung akan siapa sebenarnya yang perlu dia percaya.
Buku yg sangat menarik untuk dibaca terlihat ringan dari sampulnya tapi mempunyai arti yg sangat mendalam setelah dibaca seluruhnya, tiap halaman dibaca bikin penasaran utk halaman selanjutnya. Kisahnya ada banyak yg sesuai dengan realita sekarang. Bg js khairen gokil si nulis bukunya. Selamat bg buku mu sangat menarik. Bagi yg belum baca segera beli dan baca bukunya, maka akan membuka mata kita tentang propaganda yg telah dilakukan banyak pihak secara masih. Sekian terima kasih.
Terlalu banyak yang kejadian dalam satu waktu tanpa ada plot twist yang melekat banget. Beberapa nama karakter atau lokasi terlalu dipaksakan, walau memang sebenernya ini fiksi sih jadi wajar aja harusnya. Tp menurut seleraku ada bbrp yang berlebihan. Tapi secara pesan bisa lumayan menyentil dan bs jadi reminder gimana cara kita sebagai manusia dalam ngomentarin sesuatu.
Ceritanya baguss, cuman hubungan antara Timmy ke karakter-karakter lainnya kurang disorot. Jadi, lebih banyak terkesan sama kekuatan dan kehebatan dari karakter-karakternya ketimbang emosi antara karakter. Mungkin, pengalaman membacanya bisa lebih bagus lagi kalo hubungan antar karakternya bisa lebih disorot dan diceritain lagi. Emang suka, sih, sama tipe cerita yang berfokus ke intelektualitas dan nyusun-nyusun strategi gituu. Empat, lahh yaaa
Ceritanya keren. Di satu sisi sangat relate dengan kehidupan di negara wkwkland. Dan di sisi lain serasa membaca One Piece. Sejarah yang disembunyikan. Ada bangsawan yang bebas hukum sekaligus korup. Sukses selalu da Jomb.
Oke review dimulai! Buku ini sebenarnya sudah aku tamatin dari 3 hari setelah beli. Nah yang aku tangkap dari novel ini lebih kearah pesan penulis kepada pembaca sih. Jadi di novel ini terdapat satu hari bebas bicara dalam setahun. Nah dari situ semua orang berhak beropini sesuka hati. Entah itu kebenaran, hinaan, tuduhan/fitnah, dan hoax dimana mana. Tapi kembali lagi. Jika kita smart people! Kita akan bisa membedakan semuanya yang terlihat seolah benar itu! Jadi menurutku lebih kearah hidup harus mempunyai prinsip! Agar tidak mudah terombang ambing oleh ombak opini yang belum tentu kebenarannya! Good job, Bang!
Membaca buku ini membawa saya ke tempat yg canggih tapi mencekam,, butuh waktu bagi saya untuk lanjut membaca lagi perban karena setiap lanjut membaca saya selalu dibuat deg deg'an di setiap kelanjutannya hehe.. Selain itu buku ini relate dengan keadaan saat ini dengan kritik kritik sosialnya dan semuanya kembali ke suara Rakyat.. Hidup Rakyat!!!
Pernahkah kamu tahu akronim Kementerian suatu negara seperti KESELEKSETAN, KETEKGATAL, KENASIAL, PENDEKKEKAR, PEMPEKMAHAL, NABRAKBIS EKSTASI, KENTANGREBUS atau KUMPULKEBO? Jangan tertawa! Jangan pula mengernyitkan dahi. Semua itu ada di suatu negara NKAL (Negara Kesatuan Adat Lemunesia) yang semboyannya MARKONAH: Makmur, Tanpa Onar, dan Amanah! 🤣🤣 ❌️ Jujur, aku cukup surprise dengan bukunya yang ini. Entah kenapa aku jadi lebih menikmati tulisannya yang ngambil tema satire politik ini, dibandingkan tulisannya yg tentang cinta-cintaan (walau aku akui sih juventini satu ini memang sering bikin quotes yang makjleb) 😌 ❌️ "Tak selamanya kritik terbuka itu baik, apalagi kalau niatnya ingin mendapat pengakuan, memancing orang lain untuk ikut memaki, dan menjatuhkan orang lain." Hlm. 48 ❌️ Walau negara yang ada di buku ini merupakan negara fiktif, namun konflik dan gejolak yang dirasakan oleh warga negaranya (tokohnya) memang sangat relevan dengan yang aku rasakan pada negara tercinta kita ini. Eaaa... ❌️ Pasti kamu pernah mengalami/mendengar/melihat bagaimana sekarang ini teman menjadi musuh, keluarga menjadi musuh, hanya karna beda "pilihan". Lalu bagaimana suatu informasi (entah benar atau salah) digiring menjadi opini publik. Dan bagaimana seseorang dengan gampangnya mem-bully orang lain di sosmed. Padahal masih ada "rambu-rambu hukumnya". Sumpah, aku nggak bisa bayangin kalau di negara ini ada juga HARI BEBAS BICARA seperti di NKAL. Pasti (makin) rusuh, hancur, the end! 😰 ❌️ Untuk tokohnya, udah jelas aku sebel banget sama sang tokoh utama, Timmy. Apalagi chemistry-nya dengan si Gingsul. Ah sudahlah... (bang, plis sarkasme aja jangan "lope-lopean" 🙊) ❌️ Dua kata untuk buku ini, NGGAK PUAS! Kenapa sih mesti ada buku lanjutannya? Kan rasa penasarannya jadi lebih tinggi. Jadi nebak-nebak nih apa yang akan terjadi. Mana dari Bungkam Suara menjadi Bungkam Rakyat 😩 ahh.. Pokoknya nggak boleh lama-lama yes?
Bungkam suara novel yg seru.Apa yg terjadi di NKAL itu realita yg yerjadi di Indonesia.Kamu g bakal nyesel baca buku ini n pastinya semoga ada lanjutan.kalo penasaran cuz dipinang ke Gramed apa toko bukunya langsung kita disajikan beragam istilah dunia buzzer😁😁😁😁
This entire review has been hidden because of spoilers.
Gejolak politik yang terjadi di Negara ini, Propaganda, pengalihan isu, bahkan sampai penggiringan isu oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan mengakibatkan perpecahan. Sosok Timmy, Prof. Terang Raja dan Pemangku Adat serta nenek tua di pasar Neang itu adalah korban. Siapakah orang yang bertanggung jawab atas perpecahan ini?
Novel yang di tulis oleh bung Khaeran ini sungguh luar biasa. Seperti sedang membaca keadaan negeri kita sendiri. Dari mulai pengambilan latar belakang, tokoh yang dilahirkan serta nama negara fiktif ini seakan-akan nyata adanya. Konflik yang dihadirkan, membuat pembaca tidak menyangka bahwa otak dibalik kericuhan ini adalah bukan mereka-mereka yang dihadirkan sebagai tokoh dalam novel ini. Pembentukan distrik sesuai status sosial ini membuat novel ini semakin menarik untuk dibaca. Apalagi ketika informasi yang mampu disebarkan sesuai distrik yang diinginkan. Konflik politik antara raja dan pemangku adat adalah bukti bahwa novel ini meski fiksi namun relevan dengan keadaan di negara kita.
Saran untuk bung JS. Khaeran, coba lanjutkan novel bungkam suara ini dengan mengambil latar belakang Pulau ular, tokoh utamanya nahkoda yang mengantar kan para pembangkang kerajaan.
Aku suka banget sama pembangunan latar belakangnya, karena dijelasin dengan bahasa yang sederhana, aku jadi mudah buat membayangkan seperti apa NKAL itu. Jujur aku terkesima dengan beberapa teknologi mereka dan sempat mengira ini bergenre utopia, tapi ternyata jalan waktunya sama dengan masa kini. Pembahasan tentang teknologi dan sistemnya juga dijelasin dengan 'bahasa bayi' yang bikin orang awam kaya aku lebih mudah paham.
Hanya saja aku agak kecewa dengan plot-nya, meskipun ini buku satu yang artinya memang belum mencapai resolusi, tapi karakter utamanya seperti pahlawan kesiangan. Timmy itu menurutku terlalu naif, idealis, self-efficacy nya rendah, dan dia dari awal sampai menuju akhir itu gak ada kontribusi sama sekali selain bikin situasi makin runyam dengan keputusan impulsifnya, kemudian di akhir dia tiba2 jadi pahlawan dengan beberapa kata2 mutiara. Baik, dia merencanakan siaran langsung dengan berpura2 jadi beberapa orang, yang menurutku sekali lihat saja itu sangat mencurigakan. Gaya bahasa dan struktur kalimatnya sangat mirip, saat ia berbicara sebagai Raja, kefrontalannya justru menurutku kekanak2an. Semuanya juga terkesan tergesa2. Rencana nenek tentang menghancurkan dua kekuasaan sekaligus juga sudah membuatku curiga bahwa dia ingin kekuasaan itu, membiarkan sebuah negara kosong tanpa pemimpin itu sangatlah berbahaya, kita semua tau itu. Tapi nenek ternyata hanya boneka yang mau2 saja diperintah ini itu cuma karena dendamnya, padahal dia mantan orang terpandang. Aku menantikan buku keduanya untuk melihat bagaimana character development Timmy.
Aku dapat banyak pesan moral tentang bersosial media disini, buku ini memproyeksikan dengan baik tentang bagaimana sosial media yang masa kini menjadi unsur pokok kehidupan, lama-lama adalah tempat yang toxic jika kita tidak bisa mengendalikan diri kita dengan baik. Yah, beberapa komentar di sosial media di buku ini juga menampilkan beberapa orang bodoh dan tidak tau tempat untuk bercanda saat suasana serius yang menurutku sangat menyebalkan tapi sering terjadi di dunia nyata. Tema buzzer sebagai tim yang membantu proses kampanye Pemangku Adat dan Raja juga menurutku merupakan daya tarik buku ini.
This entire review has been hidden because of spoilers.