Saat Nabil dan Sarah masih 'sayang' dan 'cinta', semuanya berjalan begitu indah.
Ternyata, hidup menikah tidak semudah kelihatannya. Pernikahan membawa Sarah melihat sisi lain dari diri mereka berdua. Entah ke mana hilangnya Nabil Si Pelindung yang penuh kasih sayang itu. Lelaki yang sanggup membuat Sarah berpindah keyakinan demi bisa bersama hingga akhir usia. Entah lenyap ke mana kepribadian Nabil yang membuat Sarah yakin dia lah lelaki yang layak menjadi pemimpin bagi dirinya dan ayah dari anak-anaknya.
Sarah merasa diri mereka yang baru ini tak terlihat seperti dua orang yang saling mencintai. Mereka saling menyalahkan, saling menyakiti. Mereka seumpama dua orang asing yang berada di bawah satu atap. Dan perlahan, mereka bergerak ke arah yang berlawanan.
'Sayang' dan 'cinta' tak pernah cukup untuk mempertahankan pernikahan. Lalu, bagaimana caranya mempertahankan pernikahan yang seperti ini?
Sefryana Khairil is a writer who published more than 10 books as a team or under her own name in several notable publishing house in Indonesia, like GagasMedia and Gramedia Pustaka Utama.
In her teenage years, she began to write fictions. Her first novel, You, when she was 15 years old. Following her debut, she continued to write as a freelance writer for number of magazines, such as Aneka Yess!, Gadis, and Kawanku.
Her sixth novel, Dongeng Semusim, was Chic Magazine's The Most Wanted Book and was Cleo Indonesia Magazine’s the Book of The Month for February 2010.
In August 2011, Dongeng Semusim, Rindu, Tanah Air Beta, and Coming Home exhibited at the Book Fair in Bern, Switzerland.
Baca di awal-awal masih serius, ngikutin kata per kata dan alhasil nemuin banyak typo (halo, editor? proofreader?). Ngikutin konflik batin Nabil yang geje abis dan Sarah yang sok kuat, lama-lama jadi ngga tahan dan skip-skip-skip. Eh nyatanya setelah di skip-skip beberapa halaman pun, saya ngga kagok mengikuti perjalanan Nabil-Sarah. Itu artinya nggak banyak hal ditawarkan di paragraf-paragraf yang saya skip itu.. Kebanyakan kalau saya perhatikan sih banyak pengulangan di sana sini yang tadinya diharapkan muncul sebagai flashback, tapi menurut saya jadi gagal.
Kenapa tokoh Nabil menurut saya geje? Iya, dia kan laki-laki. Suami. Bersedia menikah. Saya tahu sih kalau lelaki itu emang kadang-kadang benci sama sesuatu tanpa bisa menjelaskan. Tapi menurut saya perubahan emosi Nabil terlalu mendadak, meloncat-loncat, dan penggambarannya kurang smooth. Saya sampai ngga bisa ngebedain kapan Nabil waras dan kapan Nabil lagi ngga waras. Nabil menurut saya tokoh yang ganggu banget, tadinya dipasang supaya menguatkan konflik tapi justru merusak. Adegan di rumah sakit pun eksekusinya jadi biasa aja deh...
Sedangkan Sarah, aku cuma mikir gini, "ih hebat banget deh lagi hamil mual-mual gitu tapi masih ngga males masak di jam 12 malem". Kalo aku udah males gila... hahahhaa... cuma rada aneh aja untuk seorang (calon) ibu yang katanya udah pengen banget punya anak tapi justru ketika hamil keliatan ngga peduli sama kehamilannya dengan cara ngga mau makan, ngga jaga kesehatan, ngga mikirin bayinya gitu. (oke kalo ini udah kebawa perasaan, hehee).
Begitulah. It was okay for me. Setelah baca Camar Birunya Nilam, baca ini jadi agak kaget sih.
baca buku ini karena dikado teman. selesai baca dalam dua jam, tapi aku gak sreg dengan pembangunan karakter tokohnya. apalagi tokoh sarah, tampak too good to be true. untuk tokoh nabil, justru i can relate. tokoh nabil meskipun tampak menyebalkan tapi menggambarkan real human.
menurutku peristiwa-peristiwa yang terjadi gak terlalu nyambung atau bahkan terlalu menyederhanakan konflik. masak sih orang pindah agama, pakai jilbab, dll tanpa pergulatan batin atau tantangan dari eksternal yang berarti ?? satu-satunya masalah justru datang dari suaminya, itupun sebenarnya tidak terlalu berarti masalahnya.
Baru selesai membacanya semalam. Beberapa adegan sangat bittersweet :) covernya juga sangat manis.
Hanya saja, ada beberapa hal yang menurutku kurang melebur dengan baik, misalnya perasaan, emosi dan sifat para karakternya seringkali berlawanan pada adegan yang sama. Jadi kadang aku agak bingung saat membaca perubahan emosi yang sangat cepat dan mendadak.
Overall, a sweet book about marriage, love and commitment.
Sebenernya gue yang emang terlalu dingin, apa emang buku yang temanya cinta-cintaan itu kebanyakan suasananya labil dan menye-menye? Emang bener, jangan nilai buku dari sampulnya, buku yang sampulnya unyu-unyu semanis rainbow cake atau cupcake biasanya isinya menye, menurut gue.
Membaca Dongeng Semusim ini membuat saya berpikir kembali mengenai 'jodoh'. Seorang teman pernah menanyakan mengenai bagaimana kita tahu kalau seseorang itu adalah jodoh yang tepat untuk kita. Waktu itu saya tidak bisa menjawab, karena memang sangat sulit menentukan apakah seseorang itu tepat atau tidak untuk kita. Dan saya menemukan jawabannya di kisah Nabil dan Sarah, bahwa ternyata jodoh itu tidak diukur dengan tepat atau tidaknya seseorang untuk kita atau sampai akhir hayat memisahkan. Justru seberapa lama kita mempertahankan api cinta dalam suatu ikatan pernikahan. Semakin lama kita bertahan dalam kebersamaan dan hidup saling melengkapi dengan pasangan yang kita cintai itulah 'jodoh'.
Sebagai pasangan muda Nabil dan Sarah baru sampai pada tahap awal pernikahan, dengan berbagai perbedaan sejak mereka berpacaran dan agama yang mendapat pertentangan dari Ayah Sarah. Memang tidak mudah dan perlu usaha yang tidak saja menguras energi tapi juga emosi.
Sefry berhasil memadukan rasa manis, asam dan gurih dalam novel yang mengajarkan kita untuk menyikapi perbedaan dalam pernikahan sebagai sesuatu yang saling melengkapi dan membuatnya menjadi satu utuh.
yuhu~ tepat saat bel pulang aku menyelesaikannya! meski yg punya udh didepan mata menunggu dgn tak sabarnya<- maklum novel pinjeman haha
ini kisah nabil & sarah sepasang kekasih yg akan menikah. sarah yg ternyata berbeda keyakinan dgn nabil yg seorang muslim rela beralih menjadi mualaf walau ditentang oleh papanya. hingga keegoisan nabil merubah kehidupan perkawinan mereka. perkawinan hampir diujung kehancuran dan sarah pun keguguran. Lalu cintalah yg merubah semuanya merubah keegoisan nabil dan mereka akhirnya bersama, memulai semuanya dari awal walau tanpa janin calon anak mereka.
cuma 2 jam buat habisin baca novel ini ini kisah tentang kehidupan setelah pernikahan kalau cinderella hanya menceritakan kisah mereka bertemu dan bahagianya pernikahan disini di ceritakan bahwa pernikahan tidak seindah bayangan kita ada kalanya bertengkar, selisih paham gk selalu manis dan bermesraan setiap hari disinilah di tuntut kedewasaan kita bagaimana hadapi semuanya
Daebak dh buat k serfy selalu bisa hipnotis aku dengan buku nya ^^
What did I just read? 🥲 Cara penulisannya oke, berhasil menarikku baca sampai selesai selama 2 jam di KRL PP rumah-kantor. Tapi gaada character development yg berarti, konfliknya kurang jelas, konflik batin Nabil tuh kontradiktif (katanya sayang, lemah liat cewe nangis tapi kok tindakannya gitu?), konflik sama Ruben & papanya Sarah kurang padahal bisa banget lebih dieksplor, gaada konflik antara Nabil & ortunya padahal nih anak wajib banget minimal digampar karena malu-maluin keluarga sendiri, malah Puspa gampang banget maafin kakaknya padahal kesalahan dia tuh fatal. Eh semua kompakan bilang itu bukan salah Nabil padahal the whole book is about his faults! Kasian banget sama Sarah, berjuang sendirian, terlalu mudah memaafkan, kerjanya nangis terus, at least kasih dong scene how she stand up for herself setelah disakitin segitu dalam secara fisik & mental. Gaada hukuman buat Nabil yg super nyebelin, malah keinginannya tercapai terus (gajadi punya anak yg pertama, kemungkinan jadi punya anak setelah dia siap, tetep dapet wanita impiannya). Gladys juga sempet nyebutin dia pernah berkonflik sama suaminya tapi ga dijelasin lebih lanjut padahal bisa banget jadi pembelajaran buat pembaca. Plus lumayan ada typo nama yang membingungkan di akhir cerita.
Baca ini tahun 2018. Ketika gua liat buku ini di kosan temen, dan seketika langsung teriak mau pinjem. Awalnya excited, karena buku kak sef kata-katanya begitu manis, seperti di Sweet Nothing. Tapi sulit rasanya kasih lebih dari dua bintang karena aku gak bisa menikmati bukunya. Baik dari segi konflik, bahasa, bahkan karakternya pun aku gak bisa ngerasa simpati ataupun wah. Mungkin karena ini buku yg sudah lama, ketika kak sef masih merintis jadi penulis, kata2nya dan konfliknya gak semanis Sweet Nothing :)
Jujur aja masih bingung mau masukin buku ini dalam kategori apa. Dibilang bagus itu enggak juga, dibilang jelek itu, nggak jelek-jelek juga. Soalnya memang ada part yang menyentuh.Tapi harus bilang aja kalau lagi-lagi aku nggak puas sama karya Sefry.
Menceritakan pasangan Nabil dan Sarah dalam menghadapai permasalahan rumah tangga. Dan satu tanda tanya besar nangkring di otakku, apa iya mereka bener-bener saling mencintai? Dan berapa lama sih mereka pacaran? Chemistry antara Nabil dan Sarah itu kurang banget kalau menurutku. Seakan-akan kisah mereka baru berjalan pas kita mulai baca buku itu, padahal pas kita mulai baca kan mereka udah mau nikah.
Masalah utamanya ada di konflik cerita ini. Sebenernya apa sih yang dipermasalahkan Nabil? Dia ngambek gegara Sarah hamil? Gegara Sarah berubah make jilbab dan belajar sholat? Ya ampun, ini absurd banget sih ya kalo menurutku. Mereka ini nikah lo, bukannya main rumah-rumahan, masalah kapan mau punya anak, berapa jumlahnya, apa jenis kelaminnya itu biasanya sejak masih pacaran juga udah diomongin lho! Temen-temenku yang pacaran baru seminggu aja udah ngomongin entar pas nikah mau punya anak berapa, tapi ini kok Nabil baru tau kalo Sarah pengen buru-buru punya anak, sementara nabil berkeinginan sebaliknya. Pas pacaran dan tungangan dulu apa aja coba yang diobrolin? Soalnya ini hal yang wajar banget diomongin, bukannya mendadak diobrolin pas udah nikah kayak ini. Tapi sefry nggak ngasih penjelasan kenapa sih Nabil nggak pengen buru-buru punya anak? Dia takut nggak bisa ngidupin anaknya, apa dia takut nggak bisa tanggung jawab, ato dia dulu ditelantarin ortunya makanya dia takut bakalan nelantarin anaknya juga, apa gimana?! Cuma nggak jelas aja gitu. Kalau dia masih mau bebas, ya nggak usah nikahlah. Susah amet.
Dan mengomentari perubahan Sarah, hello~ Sarah perasaan berubah jadi orang yang lebih baik, bukannya dia ngejual diri di perempatan deket rumah mereka lho. Dia pake jilbab, belajar ngaji, belajar sholat, dan si Nabil marah?? Sayangnya Sefry juga nggak ngasih kejelasan apa sih yang mendasari ketidaksukaan Nabil atas agamanya. Aku Cuma nelen mentah-mentah kalo si Nabil ini bukan tipe orang yang fanatik sama agama, dia bahkan nggak sholat meskipun si Sarah yang jadi mualaf aja tanpa diminta dan dibimbing suaminya mau belajar. He was way too childish! No, childish as hell. Kenapa juga nyuruh Sarah pindah agama? Kenapa nggak dia aja ngikutin agamanya si Sarah kalo ujung-ujungnya yang jadi masalah malah ini?
Ada satu hal dari Sarah yang harus aku komentarin juga. Dia pengen pake jilbab dan latihan sholat, dst, dsb itu buat Nabil? Ya ampun, si Nabil juga nggak minta ini. Nggak, bukannya aku bersikap nggak adil, padahal Sarah digambarkan sebagai si tertindas ya, tapi harusnya dia juga nanya-nanya dulu kek ke suaminya kalau dia mau berhijab. Sewajarnya hal kayak begini kan diobrolin ya sama suami, apalagi kalau alasannya dia berhijab itu untuk suaminya. Nah ini, dia main beli busana muslim sama jilbab. Nggak diskusi dulu sama Nabil kalau dia mau berubah jadi hijabers. Ini dia yang membuatku berpikir kalau chemistry diantara pemeran utamanya itu kurang banget.
Anehnya lagi, dia yang pengen banget punya anak, malah akhirnya berkesan mengabaikan anaknya dengan cara nyiksa diri nggak mau makan. Dia juga sok kuat tapi nangis melulu. Uhh, well. Sorry kalo aku banyak protes.
Oh ada satu lagi, Wajar nggak sih kalo istri itu kebanyakan nanya basa-basi, kayak si Sarah? “boleh nggak aku nanya?” ya ampun, berasa baca sms nya abg yang lagi pdkt tapi takut nyinggung perasaan gebetannya! *tepok jidat*
Secara keseluruhan, aku harus bilang, kalau harusnya mereka bisa overcome masalah yang sepele semacam itu. Nggak merembet jadi mabuk dan nggak pulang ke rumah. Toh yang namanya dua orang yang beda karakter dijadiin satu pastilah ada beda pendapat, pasti adalah perubahan, menyesuaikan satu sama lain. Banyak banget masalah yang lebih besar dari ini dalam biduk rumah tangga. Masalah mereka itu terlalu kecil untuk dijadikan alasan mereka berpisah, kayak main drama aja. Ckckckck.
Meskipun harus aku akui buku ini lebih lumayan daripada Sweet Nothings yah. Di buku sweet nothings, aku bener-bener nggak simpatik sama karakter utama cewenya, kalo dibuku ini nggak simpatik sama sekali sama Nabil. Ya ampunn~ mereka aja dinikahkan yah, biar langsung bubar rumah tangganya. Hahahahaha. Sama-sama nggak punya effort dalam mempertahankan hubungan, dan sering mempermasalahkan hal-hal yang nggak jelas.
Rasanya aku kudu mikir-mikir lagi kalau mau baca karya Sefry, soalnya sejauh ini banyak kecewanya daripada nggaknya. 2,5 stars cukuplah.
Judul: Dongeng Semusim Penulis: Sefryana Khairil Penerbit: Gagas Media Halaman: 257 halaman Terbit: September 2009
Ketika menawarkan pernikahan pada Sarah, Nabil yakin sekali dia dapat membangun sebuah mimpi yang indah. Ketika menerima Nabil, Sarah yakin dia akan bahagia, walau ada konsekuensi yang harus dia bayar.
Sayangnya kehidupan pernikahan tidak semudah itu. Ketika tahu bahwa istrinya hamil, Nabil sama sekali tidak merasa bahagia. Sebaliknya dia merasa tersiksa karena bayangan "kebebasannya" yang akan hilang.
Sarah yang merasa kehilangan suaminya berusaha mati-matian untuk mengembalikan hubungan mereka. Sanggupkah Sarah dan Nabil memperoleh kembali hubungan mereka?
Review
Saya cukup kaget dengan nuansa Islami yang kental di novel ini. Kenapa kaget? Soalnya sejauh ini saya belum pernah nemu terbitan Gagas yang kental nuansa islaminya. Apalagi kali ini temanya digabung dengan tema metropop. Menarik.
Bagian awal cerita sudah dibuka dengan konflik yang menarik. Ceritanya soal Sarah yang sedang mempersiapkan pernikahannya. Salah satu keputusan besar Sarah saat menikahi Nabil adalah pindah agama. Hal ini membuat ayahya marah dan memutuskan untuk tidak datang ke pernikahan putrinya.
Saya suka dengan konflik yang penulisnya angkat ini, sayangnya bagian ini tidak digali lebih dalam. Soalnya selain si ayah, anggota keluarga lain kelihatannya tidak terlalu keberatan. Ya sih, saudaranya Sarah juga tidak terlalu merestui pernikahan Sarah, tapi sang ayah tetap merupakan "oposisi" utama di sini.
Apakah kemudian ada pertikaian antara Sarah dan sang ayah? Tidak. Sama sekali. Kenyataannya si ayah bahkan tidak muncul dalam cerita. Koreksi, muncul, tapi saat sudah meninggal. Jadi saya tidak menghitungnya sebagai muncul. Setelah sang ayah meninggal, berakhirlah konflik pindah agama Sarah. Mengecewakan.
Saya bisa cukup mengerti dengan tokoh Nabil. Seperti keinginannya untuk tidak mau buru-buru punya anak, tapi malah baru beberapa bulan menikah, istrinya sudah hamil. Saya bisa cukup paham dengan perasaan Nabil.
Konflik utama antara Nabil dan Sarah juga menarik untuk saya. Hanya saja kadang saya tidak mengerti akan kedua karakter ini. Kadang saya merasa mereka ditampilkan secara... buru-buru?
Maksudnya gini, di satu adegan Nabil marah-marah, tapi kemudian di adegan selanjutnya dia manggil Sarah 'sayang'. Atau Sarah yang merasa menyesal karena tidak sempat membahagiakan ayah, tapi setelah itu rasa penyesalannya seperti menguap begitu saja. Tidak digali lebih dalam. Kecepatan emosi karakternya ini kadang membuat saya merasa gak nyambung dengan mereka.
Akhir cerita? Yah, sudah kelihatan lah ya. Ada beberapa variasi kemungkinan, tapi tebakan happy end saya benar. Gak jelek kok dan merupakan akhir yang cukup memuaskan.
Secara keseluruhan, saya rasa tema yang diangkat Sefryana Khairil menarik di sini, hanya saja saya merasa pace ceritanya terlalu buru-buru. Ada banyak hal, seperti pertikaian antara Sarah dan ayahnya atau rasa bersalah Sarah yang bisa digali lebih dalam.
hmmm :| setelah selesai membaca novel ini, sedikit sulit untuk menentukan apakah buku ini buku yang bagus atau tidak. mungkin menurutku novel Dongeng Semusim ini terletak di antaranya: biasa-biasa saja. karena secara pribadi aku merasa ada beberapa bagian yang bagus, tetapi ada juga yang kurang.
novel ini berkisah tentang Sarah dan Nabil; yang pada awalnya diceritakan bahwa mereka akan menikah. Nabil adalah seorang lelaki dengan sifat yang keras, tidak menyukai aturan, dan hanya ingin menikmati hidupnya dengan fun. sedangkan Sarah adalah seorang wanita yang lembut. Sarah tidak pernah tidak memaafkan Nabil yang sering cuek dengan urusan pernikahan mereka dan seringkali seenaknya sendiri. setelah menikah, Nabil berpikir bahwa semuanya akan tetap sama. namun perlahan-lahan begitu banyak perubahan yang muncul dalam pernikahan mereka. ketika Sarah hamil, Nabil juga tidak memberikan reaksi yang baik karena merasa bahwa mempunyai anak hanya akan merepotkan mereka; padahal yang ia inginkan hanyalah bersenang-senang. semenjak saat itu, banyak hal yang menyebabkan pertengkaran antara keduanya. dan karena begitu banyaknya masalah yang timbul, lama-kelamaan hubungan Nabil dan Sarah pun semakin renggang. Nabil pun frustrasi karena terlalu banyak perubahan yang terjadi dalam hidupnya; padahal selama ini segala sesuatu selalu berada dalam kendalinya. ia pun sempat berpikir untuk lari dan meninggalkan Sarah.
-akhir ceritanya? silahkan dibeli dan dibaca sendiri bukunya ;)
seperti yang sudah aku bilang tadi, novel ini mempunyai bagian yang bagus, tetapi juga ada bagian yang kurang (menurutku). yang aku suka dari novel ini adalah gaya penulisan Sefryana Khairil yang enak untuk dibaca. sedangkan bagian yang kurang menurutku adalah plot ceritanya yang sepertinya hanya berputar disitu saja. mungkin pertengkaran yang terus-menerus itu termasuk pengembangan plot, tetapi rasanya sedikit bosan kalau setiap kali yang dibaca hanya tentang Nabil dan Sarah yang bertengkar. hal kedua yang kurang aku sukai adalah karakter Nabil. secara penulisan, menurutku karakter dan sifat-sifat Nabil dituliskan dengan baik sekali; tetapi bagiku kelakuan Nabil terlalu menyebalkan dan seenaknya sendiri. jadi (maaf sekali) secara otomatis langsung nggak suka sama karakter Nabil.
tetapi overall, permasalahannya diselesaikan dengan baik; ceritanya cukup lumayan meskipun kurang seru :) i still like Coming Home much better than this one ;)
'Sayang' dan 'Cinta' tak pernah cukup untuk mempertahankan sebuah pernikahan. Kedewasaan dan tanggung jawab mutlak untuk melengkapinya. Pernikahan bagaikan 'Kisah Romantis' ala lagu Glenn Fredly. Bila hatimu sudah menentukan pilihan, jalanilah dengan penuh tanggung jawab, konsekuensi dan rasa cinta. Ketika disana ada cinta, ada sayang, ada kebahagiaan, juga ada pengorbanan, kejujuran dan saling mengerti.
Lalu apakah kedewasaan dan tanggung jawab akan memenjarakan? Seperti berubahnya Nabil karena pernikahan hanyalah sesuatu yang harus dijalani dalam hidupnya, hanya untuk memantapkan keseriusannya dengan Sarah. Sementara Sarah melepaskan keyakinan dan keluarganya, mendampingi Nabil dengan seluruh pertanyaan lingkaran yang menghantui. Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan punya adik lagi? Dan Nabil tidak menjawab bersamanya.
Kerikil itu adalah egoisme dan pengorbanan. bagaimana jika itu ada dan tak berakhir selalu awal masalah dan berlanjut tanpa kompromi.
"Aku kira, rasa cinta kamu sama besarnya dengan cintaku, tapi aku salah! Kamu sama sekali nggak ngerti cara mencintai seseorang. Kamu nggak pernah mencintai aku." "Sar, nggak gitu.." "Kenyataannya gitu, Bil! Kamu nggak ngerti gimana aku usaha buat kamu. Kamu nggak ngerti gimana beratnya aku biar bisa sama-sama kamu. Kamu nggak ngerti.. Kamu benar-benar nggak ngerti.." "Aku emang nggak ngerti apa pun, Sar.. Aku nggak ngerti dari mana cinta melihat kita, atau aku yang salah memandang cinta itu sendiri. Aku nggak ngerti.."
Nabil, kemana akal sehat kamu? Terlalu picik dan kekanak-kanakanlah karena kamu tidak bisa mengambil keputusan atas hidupmu? Sesuatu yang sebenarnya mudah kalau diterima dengan ikhlas tapi malah kau buat ruwet dan lari. Sarah, pengorbanan atas nama cinta yang ditanggung oleh hati, inikah yang kamu cari? Sebenarnya siapa yang kamu cinta, Nabil atau dirimu sendiri? Memahami itu sulit. Menyadari bahwa kau butuh untuk memahami itu lebih sulit lagi.
pengorbanan atau egois.. keduanya tak akan menang..
Adakah waktu mendewasakan kita.. Kuanggap masih ada, hati bicara.. Mungkinkah, saja, terurai satu persatu.. Pertikaian yang dulu, bagai pintaku...
“Sarah nggak tahu bagaimana menjelaskan rasa tertariknya pada Nabil. Yang pasti, dia merasa Nabil adalah dunia untuk dipijaknya.” – hlm. 21
Dan mulai saat itulah cinta berbeda agama ini mulai diperjuangkan. Ternyata, cinta mampu memaksa Sarah untuk melakukan pengorbanan besar, berpindah agama dan dijauhi oleh papanya. Kemudian, Sarah memutuskan menikah dengan Nabil, tanpa restu sang papa. Di awal pernikahan, semua tampak indah. Meskipun dalam hati Sarah selalu ada yang kurang. Dia belum merasa tenang sampai mendapatkan restu papanya. Sayang, restu itu tak pernah didapatnya. Sang papa terlalu cepat pergi, membuat Sarah sangat merasa kehilangan. Rumah tangga Nabil dan Sarah mulai diuji. Dari sikap Nabil yang mulai berubah saat mengetahui Sarah hamil. Kemudian, Sarah semakin dekat dengan agamanya sekarang – Islam. Dia mulai rajin salat, bahkan mencoba mengenakan hijab. Tapi, tampaknya apa yang dilakukan Sarah bukannya membuat Nabil senang, tapi sebaliknya. Nabil tak suka dengan perubahan pada Sarah. Dia ingin Sarah tetap seperti dulu. “Perubahan. Berubah. Setiap orang pasti berubah. Termasuk gue, lo, atau siapa pun… Memang nggak serta-merta kita bisa menerima perubahan, tapi pelan-pelan… Gue yakin lo pasti bisa menerima perubahan Sarah.” – Rizky – hlm. 188
Sayangnya, apa yang ada di hati Nabil tak pernah dia ungkapkan. Dia memilih memendamnya dan hanya memperlihatkan ketidaksukaannya dengan ekspresi saja. Kalaupun dia mengungkapkan ketidaksukaannya, dia malah terkesan kasar. “Mungkin, gue yang nggak tahu dari sisi mana cinta melihat, Ky. Gue cuma tahu cinta dilihat oleh mata gue sendiri.” – Nabil – hlm. 188
Sarah mulai bingung dengan segala keadaan yang dihadapinya. Sarah mulai tak mengenal pria yang dipilihnya. Dia berusaha untuk bertahan. Tapi, Nabil semakin lama semakin menjadi. Akankah cinta itu bisa bertahan? “Mencintai bukan kemarin atau besok, melainkan hari ini. Kita punya masa lalu, kita juga punya bayangan masa depan, tapi kita tidak tahu hari ini akan berakhir kapan.” – Gladys – hlm. 234
buku pertama penulis muda Sefryana sudah mengocok emosiku. dari tenang sampai tegang, dari bahagia sampai sedih, dari konflik yang kecil sampai yang besar.
GREAT! baru pertama kali kutemui penulis muda yang mampu membawaku masuk ke dalam cerita dan berempati di dalamnya.
selama ini banyak membaca banyak buku novel namun tidak ada yang menyusupkan perasaan yang begitu dalam hingga membuat hanyut pembacanya. memang bacaannya lebih ringan dari para penulis yang lama berkecimpung seperti Mira W, tapi Sefry mampu mempermainkan emosi pembaca.
selanjutnya yang bikin aku sangat suka adalah aku merasa gaya nulisku bisa belajar dengan Sefry, selama ini banyak tulisan seperti Sefry yang kuinginkan. dan kutemukan pada garisan tinta Sefry.
Nabil yang labil seperti namanya dan Sarah yang pengertian. ketika dunia labih Nabil tidak diinginkannya berubah, hanya penyesalan yang dapat menyadarkannya. ketika semua sudah hilang, ia terjaga dari dunianya yang penuh dengan masalah oleh 'dirinya sendiri'. betul kata Gladys - sahabat Sarah bahwa Nabil harus dijauhkan dari dirinya sendiri.
Dan Sarah pasti mampu melakukannya!
ikuti kisah seru yang merangkum kehidupan pacaran sampai menikah yang seperti sarang laba-laba, RUWET! tapi apakah mereka mampu tetap bertahan.
"kita tidak akan tahu siapa jodoh kita sampai kita menemukannya, namun setelah ditemukan, dapatkah kita bertahan?" >>> lupa2 ingat (kekna seperti ini)
"cinta sesungguhnya terlahir saat kasih mampu dipertahankan, bukan diraih" #quotely (quote inspired by Dongeng Semusim)
“Sinting, benar-benar sinting!” nih kata-kata yang sering sekali saya temukan dalam novel ini. Wkwk Nggak etis rasanya kalau saya compare dengan novel Mbak Sefry yang judulnya Sweet Nothings tapi saya hanya ingin mengatakan bahwa saya jauh lebih menyukai Sweet Nothings daripada novel ini. Walaupun tema yang di angkat Mbak Sefry dalam Dongeng Semusim lebih berat.
Pertama, saya merasa bahwa penulis kurang total mengangkat isu pindah agama yang mana permasalahan ini sudah sangat complex. Ayahnya Sarah jelas-jelas menentang, tapi kurang digali lebih dalam lagi sehingga saya merasa kalau konflik ini hanya sebagai tempelan belaka, sorry to say.
Kedua, saya pun sejujurnya masih kurang paham dengan perubahan sikap Nabil setelah Sarah memplajari islam lebih dalam lagi ya walaupun dijelaskan tapi saya menginginkan alasan yang lebih kuat dan lebih bisa diterima *banyak maunya*
Ketiga, mengenai karakter, rasanya tidak ada karakter favorit dalam novel ini. Dan untuk tokoh Nabil, serius, menyebalkan sekali. Dikit-dikit ngambek, dikit-dikit ngambek, ngambek kok dikit-dikit wkwk buat Sarah lumayan ngerasa simpatik sih dengan perjuangan yang dia lakukan.
Alurnya rapi namun penggambaran setiap scene-nya terlalu singkat buat saya. Baru saja saya hendak masuk ke dalam sebuah scene eh tiba-tiba diakhiri dan berlanjut kepada scene serta sikon yang baru, kan kesel -_-
Yang saya suka adalah cara nulis Mbak Sefry yang mengalir dinamis. Gampang diikuti karena menggunakan kalimat sederhana yang mudah dicerna. :)
Buku ini bercerita tentang dilema pasangan yang baru menikah atas dasar saling mencintai. Sarah dan Nabil. Sarah adalah editor sebuah majalah tentang masakan , sedangkan Nabil adalah seorang fotografer. Keduanya bertemu di salah satu proyek kerjasama di perusahaan tempat Sarah bekerja. Sarah menjadi muallaf mengikuti Nabil yang memang muslim sejak lahir. Konflik muncul ketika Sarah dan Nabil memiliki pandangan yang berbeda, baik itu dalam hal religi, prinsip dan anak. Padahal hal tersebut sepele, tapi kurangnya komunikasi menjadikan masalah tersebut bertumpuk dan menjadi besar. Masing - masing pihak tetap bertahan dengan pendapatnya sendiri tanpa menemui muara pemecahan. Nabil menjadi semakin tak terkendali, sedangkan Sarah malah terkekan dengan situasi yang ada. Padahal dia tengah hamil Muda.
Buku ini menceritakan tentang dilematika pasangan baru dan persoalan yang mungkin muncul di awal pernikahan, buku ini secara halus bercerita bahwa komunikasi yang terbuka memiliki peranan penting dalam sebuah hubungan. Dalam hubungan tidak ada pihak yang menang atau kalah, karena ego merupakan salah satu hal yang menyebabkan goncangnya sebuah hubungan. Penting menyadari bahwa setiap manusia memiliki pemikiran sendiri yang terkadang bertentangan dengan orang yang sangat dekat dengan kita. Dalam buku ini kita 'diajari' pentingnya belajar mengerti dan memahami orang lain, karena ada hal dimana kita benar tapi orang terdekat kita pun benar. Tak perlu ragu mengakui kesalahan , sebelum menyesal akhirnya
we hope for the best, but we have to prepare for the worst. suka deh sama, kata-kata dari rizky buat nabil ini. yap, karena kadang segala sesuatu itu gak berjalan sesuai yang kita ingin. begitu juga menikah. menikah itu gak seperti yang di dongeng2 happily ever after sampai maut memisahkan. menikah itu gak bisa selalu berjalan sesuai keingin kita sendiri, karena menikah itu menyatukan dua kepala. so we have to prepare for the worst. begitulah kira2 inti buku ini dari kacamata seorang reni sebagai pembaca :-D
kalo dari kacamata sebagai seorang tipe darah B. ehmmm rada gak nyambung ya isi ceritanya, disini kan ceritanya si cewek pindah agama sesuai agama si cowok. berartikan seharusnya si cowok ini keyakinannya terhadap agamanya sendiri lumayan lah. dia bisa bikin ceweknya pindah agama, berarti menurut dia agamanyalah yang terbaik. tapi kenapa justru dia gak 'taat' sama keyakinannya? trus ini ceweknya kenapa bisa langsung yakin sama keyakinan barunya gitu? dan satu lagi, kalo di film gitu biasanya di sebut scene. nah kalo dibuku apa ya namanya? intinya sih gak tau kenapa peepindahan "scene"nya itu berasa gak halus, berasa ada bagian yang kepotong padahal sebenarnya enggak. over all sih, bagus kok 2,5 bintang deh kalo dari sisi seorang reni yang bertipe darah B. kalo dari sisi seorang pembaca 3 lah :-D
recommended buat mereka yang mau, akan, dan segera nikah. banyak pesan bagus dari buku ini ;-)
Setiap pertemuan pastilah ada perpisahan. Demikian yg dialami Nabil & Sarah. Mereka bertemu tanpa sengaja dalam dunia kerja yg kemudian membuat keduanya saling jatuh cinta & memutuskan untuk menikah, meski Papa Sarah tak setuju karena Sarah berani ambil keputusan pindah keyakinan yg sama dg Nabil. • Sarah yg berusaha apapun demi bisa bersama dg Nabil, mencoba untuk dekat dg keluarga Nabil, bahkan Sarah sudah belajar solat & mengaji dg adik Nabil yg bernama Puspa. Perubahan Sarah membuat Nabil resah & sebisa mungkin menghindari pertanyaan² Sarah yg berhubungan dg agamanya. • Juga kabar kehamilan Sarah tak membuat Nabil bahagia, melainkan semakin tertekan. Semua kelakuan Nabil membuat Sarah bingung, apa yg salah dg hubungan mereka. Setelah beberapa lama minim komunikasi & saling diam, Sarah sadar bahwa Nabil tak menginginkan kehadiran anak, juga tak ingin Sarah memperdalam agama barunya. • Dan terjadilah musibah berat, Sarah keguguran. Nabil merasa bersalah, juga sadar semua tindakannya menyakiti Sarah. Setelah itu Sarah menghindari Nabil. Nabil berusaha memperbaiki tapi Sarah terlanjur sakit hati kehilangan calon anaknya. Nabil akhirnya sadar & kembali memohon pertolongan Allah. Dg bantuan info dr Gladys, Nabil berusaha memperbaiki masalahnya dg Sarah. • masalah rumah tangga tak akan selesai jika terus lari & menghindar dr pasangan. Komunikasi & niat yg baik adalah awal dr penyelesaian rumah tangga. Sedih kalo harus kehilangan calon anak yg sedang diharapkan kehadirannya.😢
Kalau Cinderella berakhir sampai hari pernikahannya, maka Dongeng Semusim akan melanjutkan kisahnya. Begitu kiranya kata-kata Christian Simamora, editor novel ini, di Ngobrol Buku Dongeng Semusim, Jumat 9 Oktober 2009.
Sarah, wanita karir yang bekerja di majalah kuliner menikah dengan Nabil, seorang fotografer yang bekerja di ad agency. Mereka memutuskan menikah sampai Sarah memilih pindah keyakinan demi pernikahannya itu, namun masalah mulai bermunculan karenanya. Sarah teguh untuk menjalankan agama barunya demi Nabil, tapi justru sang suami tidak mendukung.
Membaca buku ini, kita akan dibawa ke berbagai drama kehidupan. Dari permasalahan kecil hingga permasalahan yang menyudutkan Sarah dan Nabil. Sefry berhasil meramu cerita tersebut, sehingga kita bisa terheran-heran, "kok ada ya perempuan sehebat Sarah?" dan Sefry mengupas tentang pernikahan padahal dirinya belum menikah. Ini yang menarik.
Sarah adalah istri istimewa, begitu kata Ifa Avianty. Buku ini sangat recommended buat orang-orang yang pengen nikah dan buat orang-orang yang menghadapi permasalahan pernikahan, karena ada satu tawaran jalan keluar.
Aku sadar, pernikahan bukan sekedar pesta, hura-hura. itu cuma semusim. dalam dongeng. ada pemahaman satu sama lain, ada komitmen yang dijaga, ada kompromi, ada memaklumi dan ada mengalahkan kemauan sendiri.
Sebagai refreshing setelah pikiran dipenuhi berbagai "sampah", akhirnya setelah melihat review di multiply, saya memutuskan untuk mengambil novel ini di sebuah toko buku kecil, sepi, bahkan hanya sayalah satu-satunya pengunjung saat itu. Tepat, novel ini memang mengalir, tanpa sumbatan yang berarti. Sehingga saya pun dapat menyelesaikannya dalam waktu tak lebih dari dua hari, di sela-sela nonton tv dan melayani si kecil. Tak terlalu banyak tokoh yang terlibat, konflik yang dibangun juga tak terlalu rumit. Alkisah Sarah yang bekerja di majalah kuliner jatuh cinta sama seorang fotografer yang memiliki masa depan cerah. Karena beda agama, akhirnya Sarah rela pindah agama. Bahkan mendalami agama barunya. Tapi ... sebaliknya, sang suami yang memandang hidup ini "just fun", ternyata gak suka dengan perubahan Sarah. Bahkan ia makin pusing dengan kabar kehamilan istrinya. Suami yang aneh! Nah, di sinilah letak konfliknya. Lumayan bikin mata basah. Tegarkah Sarah menghadapi sikap suaminya? Pingin tahu kelanjutannya? Baca sendiri ya. Lumayan kok, meski setting, karakter tokoh, kurang digarap dengan baik. Oya, kalau baca buku ini, dijamin ngiler dengan deskripsi makanan yang tersebar di sepanjang halaman. Jadi ingat Pak Bondan di wisata kuliner, dah :)sslrrppp!
Novel karangan Sefryana Khairil ini menceritakan tentang kisah cinta sepasang kekasih (jelas banget lah ya.. kisah cinta pasti tentang kekasih! wkakakakak…) setelah pernikahan mereka.
Hidup setelah menikah bukanlah happily ever after seperti cerita dalam dongeng. Sarah, yang rela pindah agama demi suaminya, menemukan kejanggalan pada Nabil setelah menikah. Nabil selalu menghindar saat Sarah mengatakan sesuatu tentang sholat, juga anak. Hubungan mereka bahkan memburuk, karena Nabil hanya memikirkan kesenangannya sendiri.. tanpa mencoba memahami perasaan Sarah.
Buku ini banyak berisi tentang ‘sayang’ dan ‘cinta’ yang tidak cukup untuk mempertahankan pernikahan. Pernikahan bukanlah untuk diri sendiri, tapi berbagi dengan pasangan. Dalam pernikahan memang banyak perbedaan, tapi justru perbedaan itulah yang menyatukan keduanya. Saling mengerti, saling memahami, agar terjalin komunikasi yang baik diantara kedua insan.
Hm.. buat kamu-kamu yang merasa udah ketemu jodoh yang pas, wajib baca novel ini deh.. Karena novel ini ngebuat kita mikir lagi, apa sih jodoh itu sebenarnya?? Apa cinta saja cukup untuk melangkah dengan ‘si dia’ menuju ke pelaminan?? Apa yang dimaksud dengan dua yang menjadi satu dalam sebuah pernikahan?? Temukan jawabannya di buku ini!! XDD
Awalnya tidak sengaja juga saya membeli novel ini. Tadinya saya mau membeli Magnificent serial Glam girls. Berhubung tidak ada dan harga yang sebanding adalah Dongeng Semusim, saya memilih ini.
Sama seperti novel - novel Sefry sebelumnya, juga memainkan emosi para pembaca. Bedanya, untuk novel yang satu ini saya tidak dapat menebak akhir dari cerita seperti apa. Penuh dengan adegan tidak terduga seperti keguguran yang dialami Sarah.
Dongeng Semusim memiliki persamaan dengan Tokyo, karya terbaru dari Sefryana Khairil. Persamaannya terletak pada si tokoh lelaki. Nabil dan Tora. Sama - sama plin plan.
Novel Dongeng Semusim sendiri menceritakan tentang kehidupan pernikahan Sarah dengan Nabil yang mendadak berubah. Nabil yang tidak senang dengan kehamilan Sarah sampai Sarah harus kehilangan calon buah hatinya.
Semuanya sempurna. Namun ada satu kelemahannya. Saya juga seorang Nasrani. Jadi saya bisa merasakan perasaan dari papa dan mama Sarah ketika Sarah memutuskan untuk berpindah keyakinan demi menikah dengan Nabil. Aneh dengan sikap mama Sarah yang terkesan mengikuti apa kata Sarah. Padahal akan lebih seru lagi jika Mama Sarah juga menentang keputusan Sarah.
Hanya satu kelemahan saja, kok. Tidak mempengaruhi yang lain.
Satu lagi tulisam kak Sef yang manis dan indah. Hanya saja berat rasanya untuk memberi rating yang lebih tinggi lagi. Bukan karena jelek ceritanya, hanya aja gue gk nemuin sesuatu yang wah di novel ini.
Nabil dan Sarah, berbeda agama, tapi saling mencintai dan akhirnya menikah. Hanya saja, pernikahan ini ditentang oleh ayah Sarah yang gk setuju anaknya itu pindah agama.
Awalnya pernikahan mereka berjalan lancar, sampai makin lama hubungan mereka merenggang. Sarah hamil, dan itu membuat Nabil agak tidak suka. Karena dia ingin hidup berdua dulu dengan Sarah dan tidak ingin repot ngurusin anak. Nabil juga gk suka liat Sarah berubah, dalam artian, dia gk suka liat Sarah rajin solat, make jilbab. Intinya si Nabil ini mau hidupnya gk ada aturan, mau bebas, yang gk solat lah, ke mesjid lah..
Ya inti dari kerenggangan rumah tangga mereka cuma karena masalah itu. Oke, disini gue ngeliat kalo masalah mereka terlalu dibuat, konfliknya gk gitu rumit sebenernya. Tapi ya gk tau juga deh kalo udah ngerasain berumah tangga ya. Tapi ya memang yang gue baca sih biasa aja gitu.
Ehh selalu suka sama tulisan manis kak Sef. Emosi dibikin ombang ambing bacanya. Good job kak Sef ^^
Novel pertama kak Sefry yang menurutku bener-bener bagus. Sampai netes bacanya. berawal dari Sarah yang akan menikah dengan kekasihnya Nabil. Sebenernya Sarah dan Nabil berbeda agam, namun karena cintanya pada Nabil, Sarah memutuskan untuk masuk keagama yang dianut oleh Nabil, yaitu Islam. Dalam masa persiapan pernikahan, Sarah merasa Nabil terlalu cuek untuk mengurusi masalah pernikahan, membuat Sarah marah tapi untungnya Nabil bisa ngerayu Sarah dan nggak jadi batal deh nikahnya. Pernikahan telah berjalan, Ayah Sarah sebenernya tidak setuju dengan pilihan Sarah termasuk kakak Sarah, Ruben tidak menyetujui pilihan Sarah. Tapi mau gimana lagi, sifat Sarah yang keras membuatnya tetap teguh pada pendiriannya menikah dengan Nabil walaupun ayahnya tidak hadir di pernikahan itu. Ya, kehidupan pernikahan yang dibayangkan Nabil dengan yang dibayangkan Sarah berbeda, membuat pertengkaran demi pertengkaran, bahkan air mata. Bagus, aku suka kata-kata Sarah. "Karena aku mencintainya, Dys. Sederhana bukan?" :')
3.5 bintang untuk dongeng semusim. tentang marriage life, tentang romantika pernikahan Sarah dan Nabil. Subhanallah, diceritakan di novel ini bagaimana Sarah begitu mencintai suaminya-Nabil. Saat akan menikah, Sarah rela berpindah keyakinan mengikuti keyakinan suaminya. Sarah kemudian berubah menjadi seorang muslimah dan istri yang sholehah. ia mulai menggunakan jilbab, ia mulai belajar mangaji dan shalat. dan ia pun ikut dengan Puspa-adiknya nabil untuk pergi ke pengajian. namun, perubahan Sarah ke tahap yang lebih baik tidak disambut gembira oleh Nabil. satu hal lagi saat kenyataan Sarah sedang mengandung anaknya pun, Nabil tidak begitu gembira. malah ia terkesan kesal. Kenapa? ayo baca Novel Dongeng Semusim kalau ingin tahu kelanjutannya :)))
Nemu buku ini di obralan sepuluh ribuan. Tinggal satu-satunya dan tanpa pikir panjang langsung nyomot.
Ceritanya tentang kehidupan sepasang kekasih setelah menikah. Yang harusnya hidup bahagia, ini malah mereka berdua jadi makin lebih sering berantem.
Nyulut emosi banget sih ini si Nabil. Kalo bisa pengen banget nyolok matanya. Dan Sarah, bukannya aku antipati ama dia atau gimana, cuma kok karakternya ampir sama kayak tokoh-tokoh protagonis di sinetron-sinetron indonesia yang seringnya nangis bombay -____-
Ceritanya mungkin sempet kelamaan (menurutku), cuma itu ga masuk itunganku untuk mengurangi 1 bintang dari 5 bintang yang ada. Karakter kedua tokoh utamanyalah yang membuatku jadi ilfil dan jadinya buku ini kuberi 4 bintang.