Mia Arsjad memulai kariernya sebagai penulis novel setelah naskahnya, Mak Comblang membawanya menjadi salah satu penulis berbakat "Lomba TeenLit Writer GPU" tahun 2004. Naskah tersebut kemudian diterbitkan tahun 2005 dengan judul baru, Miss Cupid.
Tahun 2005 Mia mencoba mengikuti Lomba Penulisan Novel Metropop GPU, dan berhasil menjadi juara ketiga dengan naskahnya yang berjudul Cinlok, Accidentally In Love?
Lura, pramugari, blasteran bule. Gara-gara mamanya dikecewakan sama papanya, Lura berambisi untuk memberi pelajaran pada semua cowok-cowok brengsek. Caranya, dipacarin trus ditinggalkan setelah ketahuan sama pacarnya si cowok. Padahal Lura sendiri punya cowok yang super setia sama dia.
Mala, sekretaris. Jatuh cinta sama bos-nya, Mas Sis. Padahal si bos udah punya istri dan anak-anaknya sudah gede-gede. Katanya sih mereka bakal cerai, jadi Mas Sis bakal nikahin Mala. Tapi kok ga ada kemajuan ya niat cerainya?
Paling ngeselin, Nania. Si tokoh "Aku" dalam novel ini. Pemilik sekaligus chief editor sebuah majalah. Yaa... itupun karena dapat lungsuran ortunya. Nania punya pacar namanya Reva, yang hobi banget menghina Nania, porotin Nania dengan membeli barang-barang mahal. Anehnya meski dibully habis-habisan sama Reva, Nania ga bisa mutusin Reva. Alasannya dia takut jomblo.
Baca novel ini bawaannya gregetan. Gimana nggak, rasanya pengen guncang2 si Nania supaya sadar. Eh, dia sadar sih sebenarnya. Tapi kok ya ga bisa berpikir logis. Uuh.. penulisnya sukses deh bikin saya misuh2 sama tokoh utamanya.
Dil3ma bercerita tentang tiga sahabat, Lura, Mala, dan Nania. Mereka punya permasalahan sendiri. Nania si manja tajir yang nggak pede dengan dirinya sendiri dan sudah merasa bersyukur dengan adaya Reva yang mau jadi pacarnya meski matre dan verbally abuser. Lura yang sebenarnya sayang sama Robi dan juga sudah dilamar Robi tiga kali tapi selalu ditolak karena berprinsip ingin memberi pelajaran kepada semua pria kaya berpasangan yang masih suka jelalatan. Trauma masa lalu membuatnya kayak gini. Akhirnya Robi pergi dan Lura nelangsa. Juga ada Mala yang cinta mati sama Mas Sis, atasannya yang sudah beristri tapi katanya lagi mau cerai. Mereka semuanya memiliki permasalahan cinta sendiri-sendiri tapi malah saling menasihati satu sama lain. Gokil. Gue membeli buku ini nggak sengaja. Semata karena ingin riset. Kebetulan, gue memang suka novel yang bercerita tentang geng cewek dan masalah percintaan mereka. menurut gue tema ini nggak bakalan pernah mati. Saat ini, gue juga sedang menulis cerita cewek-cewek ngegeng gini juga. Dua kata untuk novel ini: TERLALU LAMA. Alurnya ampun deh, lama bangeeeetttttt. Gue nggak mempermasalahin sebuah novel dengan alur lama selama gaya berceritanya mengasyikkan. Tapi ini??? Mia Arsjad. Seharusnya nama itu sudah cukup jadi jaminan. Alasan gue membeli buku ini salah satunya juga karena nama penulisnya. Ceritanya bagus. Gue suka. Yang nggak gue suka cuma gaya penulisannya. Campur aduk pov satu dan tiga. Gue nggak pernah sreg dengan gaya penulisan ini. Menurut gue, penulisnya nggak tahu mau fokus ke siapa. Mau fokus ke salah satu tokoh aja alias Nania, yowis, gunain POV satu. Lalu kenapa juga penulisnya kepo banget mau tahu hidup Lura dan Mala sampai gunain POV tiga? Kalau mau kepo, sejak awal gunain POV tiga. Biar bebas mengeksplor semua sisi. Jangan dicampur aduk. Jika di Daisyflo Yennie Hardiwijaja gue merasa tersentuh dengan pov campur aduk kayak gini, well, di Dil3ma Mia gagal. Yennie punya alasan khusus untuk menggunakan POV campur aduk, tapi Mia? Gue nggak nemu alasan masuk akal. Selain itu, yang bikin gue terganggu juga, ketika dia menggunakan pov satu, kenapa si Aku bisa tahu semua seluk beluk perasaan temannya? Ketika di pov 1, Mia malah bertindak sebagai orang ketiga yang tahu semua hal. Gengges. Awalnya masih mending ketika pov 1 dan 3 ini berada di chapter berbeda, tapi ketika berada di chapter yang sama? Gue hanya bisa menjerit putus asa. Keasyikan gue membaca jadi terganggu. Misalnya, ketika lagi dari si Aku, lalu tiba-tiba Lura menarik Sisil dan ingin ngomong. Masih di paragraph yang sama, pov pindah ketiga dan ceritain apa yang diomongin Lura ke Sisil. Mereka selesai ngobrol, balik lagi ke aku. Doohh….. Yang paling parah menurut gue ada di kalimat ini, di halaman 236: “Robi cuma bisa maklum. Setelah cerita dari aku tadi, Robi sangat maklum sama reaksi Lura sekarang.” Di mana letak kesalahannya? Yup, ini Mia lagi jadi POV 3. Lalu, kenapa tiba-tiba si aku nongol di situ? Kenapa nggak ditulis, setelah mendengar cerita dari Nania….? Gggggrrrrrr…… Seperti yang gue bilang, alurnya lama. Dari awal sampai 2/3 bagian tuh berkutat di masalah yang itu-itu saja. Bukannya simpati sama tokohnya dan permasalahannya, gue malah males sama mereka. duh ya jadi cewek kok bego amat. Mungkin memang ini ya karakteristik yang ingin ditunjukkan Mia, tapi beratus-ratus halaman membaca kebegoan yang sama lama-lama gedeg juga. Coba dipertegas sedikit ceritanya, nggak bakal deh nyampe 300 halaman. Lalu tiba-tiba ada kejutan. Suatu kejadian yang menjadi turning point ketiga sahabat ini. Untungggggg aja ada chapter ini sehingga sedikit termaafkan. I love this part. Dan gue beneran nangis. Tapi… seperti yang sudah-sudah, penyelesaiannya juga lamaaaaa. Jadi turn off deh. Satu hal lagi yang gue garis bawahi: ini fiksi tapi fiksi pun masih harus logis. Ini banyak logika yang bikin kening berkerut. Ketika Lura lagi ada masalah, tiba-tiba Robi datang dan jadi hero. Kok bisa? Tahu dari mana Robi kalau Lura di sana? Tiba-tiba kayak gini nih yang nggak bisa diterima. Masalahnya, banyak yang tiba-tiba. Tiba-tiba ada nongol cowok sekali doang lalu udah dan gue nggak tahu kepentingan dia apa. Tiba-tiba Mala udah kerja lagi aja. Tiba-tiba Mala udah nge-date aja sama cowok lain. Zzz…. Dan… satu lagi yang nggak gue suka. Pola kalau lepas dari satu akan dapat yang lain yang lebih oke. So teenlit. Kalau saja nggak ada Lura, gue nggak akan bertahan dengan cerita ini. Save by Lura. Sorry, Mia Arsjad.
Buku ini sudah lama berada di atas mejaku, tapi baru satu minggu ini berhasil menjadi list buku yang harus aku baca karena stok ‘to read’ ku sudah tipis. Empat buku yang aku pinjam dai Mbak Roos dengan cepat sudah menjadi list ‘have read’ ku karena memang selama bulan September ini, banyak libur dan ternyata kampusku juga memberlakukan libur yang lumayan panjang. Alhasil asupan list ‘to read’ ku dengan waktu singkat dan secepat-cepatnya berhasil aku kejar. *Need more books to read*
Oke, review buku ini adalah salah satu metropop yang aku beli karena covernya bagus dengan gambar 3 cewek cantik memberikan kesan penasaran untuk dibaca.
Ini adalah salah satu serial metropop. Entah mengapa aku ga pernah jera dengan serial ini padahal dari beberapa seri yang aku baca, lebih banyak kesan ‘males’ bacanya daripada keinginan untuk berkutat dengan lembar demi lembar bukunya. Aku tidak jera.
Tapi seperti kata pacarku, jangan pernah menyatakan menyesal apabila membeli buku.
Dan kali ini aku juga akan berkata itu. Aku memberikan bintang 2 untuk buku ini.
Jalan ceritanya tentang pesahabatan. 3 orang wanita yang sudah memiliki pekerjaan dan kehidupan mapannya. Jalan ketiga wanita yang menyatakan tidak bisa tegas dengan keputusan apa yang harus mereka pilih.
Lura harus mengantung-gantungkan hatinya kepada sosok Robi hanya karena image laki-laki bagi Lura menjadi sosok yang harus dicurigai dan tidak harus dipercayai. Kembali sikap ini dia ambil karena Lura dikecewakan dengan sosok ayah yang tidak pernah dikenalnya sejak kecil.
Sosok Nania adalah sosok yang aku pikir menjadi center pembicara bagi pengarang. Karena sebenarnya sosok Nania inilah yang paling kompleks dan paling tidak bisa mendefenisikan hatinya ketika harus berhadapan dengan pacarnya yang menyebalkan sekali. Reva namanya. Sosok Nania adalah sosok wanita pada umumnya yang selalu ragu dan tidak logis dalam memutuskan dan menjalani hubungannya dengan pacarnya. Entah mengapa dari awal membaca buku ini aku begitu sebalnya dengan sosok Nania yang sangat feminis dan ga tegas. Apalagi baca bagaimana sosok Reva.. Grr..rr, yang ada aku skip2 untuk adegan pacaran mereka.
Sosok yang ketiga adalah seorang sekretaris yang kepincut dengan bosnya sendiri yang ternyata sudah berumah tangga dan sudah memiliki anak-anak. Mala namanya. Kembali dengan kebingungan untuk tegas dengan keputusannya, akhirnya Mala harus dicampakkan oleh bosnya sendiri karena selingkuh dengan Mala hanya untuk kesenangan belaka.
Dari buku ini aku melihat dan membaca beberapa kelemahan wanita dan bagaimana kompeknya cara berpikir wanita. Walaupun pada akhirnya semua dikemas dalam akhir yang happy ending tapi dalam buku ini mengajarkan aku untuk tegas dengan sesuatu yang aku anggap salah. Walaupun dalam kenyataannya masih sulut untuk dilaksanakan.
Ceritanya sih unik juga ya,dalam 1 buku menceritakan tentang 3 orang yang berbeda.
Nania, Lula dan Mala, mereka bersahabat yang masing-masing memiliki masalahnya sendiri. Oke gue bahas dikit-dikit aja ya tentang mereka
Nania: merasa dirinya tidak terlalu cantik dan takut jomblo karena tidak ada lagi yang mau sama dia,berpacaran dengan Reva si matre yang sering banget melorotin dia. Oke jujur aja gue gedeg banget sama Nania, bahkan mungkin lo yang baca pun gedeg juga. Ya gimana gk mau gedeg gitu yaa, mau-mauan aja pacaran sama cowok matre,and suka ngomong kasar juga Cuma karena Nania takut gk ada cowok lagi yang mau sama dia..
Lula: karena dendam dengan sosok ayahnya yang tega meninggalkan ibunya,dia jadi playgirl,padahal jelas-jelas dia punya pacar yang saying banget sama dia.. Dan ya akibat perbuatannya sendiri dia dapet ganjarannya dari salah 1 cowok yang jadi maenan dia,yap Lula diperkosa gitu. Tapi akhirnya happy ending juga sih kalo si Lula ini,doi tetep nikah sama pacarnya yang setia itu
Mala: jatuh cinta setengah mati sama bosnya,padahal bosnya udah beristri and punya anak..
Oke jujur aja sih sebenernya gue agak gregetan bacanya. Mungkin buat lo yang baca pun pasti bakal ngecap kalo mereka ini 3 cewe bego nan idiot. Sempet jug ague mau nutup nih buku and gk mau lanjutin lagi karena (sungguh) gregetan banget. Tapi ya namanya juga cerita di dalam buku kan yaa,jadi mau diapain lagi..
Tapi tetep cerita ini mengalir lancar dan gk bosenin juga. Jadi gue kasih 3 bintang ya ^^
3 bintang dari aku. Makin banyak baca buku karangan mbak Mia, aku makin tau mbak Mia tuh kocak banget! Gaya penulisannya tengil dan kocak. Menghibur banget :D
Di antara 3 cerita dalam novel ini, aku paling suka cerita Lura. Aku suka banget tuh karakter Robi. Too good to be true! Hehe
Dan aku paling benci cerita Nania. Aneh, padahal karakter Nania tuh karakter sentral, sudut pandang yang dipakai juga sudut pandang Nania. Tapi jujur aku malah nggak suka -_-
Oh ya, menurutku juga janggal banget mbak Mia sengaja pakai sudut pandang Nania sebagai sudut pandang utama, tapi waktu nyeritain Lura dan Mala (yang nggak ada Nania-nya) mbak Mia ganti pakai sudut pandang orang ketiga. Asli, itu janggal banget. Harusnya kan kalo pakai sudut pandang Nania, kejadian yang nggak melibatkan Nania ya Nania mana tau. Ini kesannya maksa banget jadinya. Udah sih, menurutku itu aja yang kurang dari novel ini.
Makin sering baca tulisan mbak Mia bikin aku bertekad buat ngoleksi novel-novel mbak Mia lainnya. Aku suka gaya penulisannya yang kocak :D
Konflik yang muncul di Dil3ma ini, menurut gue personally, lumayan asyik buat dinikmati. Nania yang ogah mutusin Reva karena takut jomblo walaupun sudah jelas-jelas Reva-nya matre juga banyak ditemukan di kehidupan sehari-hari.
Di sini yang konfliknya kurang banyak itu si Mala, ya. Di bagian 3/4 buku, konflik yang hadir seakan-akan jadi milik Lura seorang. Kalo Nania sih kan dia tokoh utama.
Gue kasih bintang empat, satu bintang untuk gaya menulis Mia Arsjad yang selalu gue suka. Walaupun novel ini belum seseru Runaway Ran (Dil3ma on 2009, RR on 2013. Buat gue, novel terbaik Mia ya Runaway Ran. Progress needs time.) tapi dari novel Dil3ma aja udah terlihat kalau gaya Mia menulis itu seru dan ramai.
Ok, sebagai penutup, pada setuju ga kalo gue kasih label ke Robi sbg "The-Too-Good-To-Be-True-Man-Of-This-Decade" ?
Suka sama persahabatan Nania, Lura dan Mala disini. Aku nangis kejer pas Lura dapet problem. Suka banget sama karakter Robi yang setia bangetttt. Oh, dan Elwan juga. Kenapa dia harus begitu gentle? Aaaa suka banget sama Elwan. Dan Reva. Karakter Reva ini emang sukses banget buat dibenci. Oh satu lagi, suka sama gaya ceplas-ceplosnya Lura. Well, 3 bintang deh buat novel ini;;)
So-So... Nggak ada yang istimewa, malah geregetan sama 3 tokohnya yang 'bodoh'. Tapi bisalah jadi pembelajaran buat pembaca cewek biar nggak ikutan bodoh seperti tokohnya.
Suka banget buku ini. Jengkel sama tokoh utamanya, jengkel sama cowoknya. kok ada cowok kyk gt???? tp ceritanya ngalir lancar, cuma endingnya bikin geregetan...kok gantung seh????
Aihh, ceritanya gemesin. Gemesin ama sikap ke-3 tokoh cewek di cerita ini. Terutama Nania yg lemot abis buat ngomong P-U-T-U-S ke pacarnya. Heraaan! Udh makan hati berkali2 ampe diplorotin duitnye, tetep aja doi bawaannya ga tega. Udh gitu pake alasan "takut ga punya pacar"!
Selalu sukaa dgn cara bercerita Mia Arsjad. Doi kerap mengawali cerita dgn kalimat bombastis pertanda serunya konflik yg bakal terjadi. Udh gitu konflik yg diangkat juga ga jauh2 dari kehidupan asmara sehari2. Klo di kisah ini sesuai dgn judulnya, yakni dilema Lura, Mala, dan Nania mengarungi kisah cinta mereka masing2
Bagi saya, kekuatan cerita ini ada pada dialog setiap tokoh yg mengalir seolah2 memang terjadi di sekitar kita. Belum lagi permainan emosi yg dimunculkan akibat tindakan para tokoh saat menghadapi masalah mereka masing2. Sayangnya, kekuatan dialog dan permainan emosi tersebut tidak diimbangi dengan habbit tokoh yg tidak berubah dan itu diulang berkali2 pulak. Seperti Lura yg ga peduli kebersihan walau udh ditegur berkali2 (bahkan habbit-nya itu udh masuk taraf akut) atau Reva yg ga tau malu meski telah dipermalukan sedemikian rupa
Bicara ending, agak2 ga terlalu puas juga sih. Maunya Nania jadian ama si *****. Tapiiiii pembaca dibikin nyimpulin sendiri 😭😭. Klo dah gini bawaannya pengen ada kisah lanjutan mereka berdua deh, hahaha. Ngareeeeep
buku ini sebenernya menceritakan hal gal yang ada di sekeliling kita, tapi karena mia arsjad penulisnya yang sudah terbukti bahwa dia adalah master pengaduk aduk emosi pembaca maka jelas sudah, buku ini bagus karena jalinan emosi antar tokoh tertulis begitu apik. all hail mia arsjad.
Lura, Mala, dan Nania, adalah tiga sahabat dengan persoalan hidupnya masing-masing. Persahabatan mereka bermula di sebuah chatting room bernama Broken Ladies, tempat curhat cewek-cewek yang dikecewakan oleh para cowok. Karena merasa senasib dan sepenanggungan, persahabatan ketiganya bertahan cukup lama.
Lura, adalah perempuan dengan latar belakang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan sosok ayah. Ia punya misi membuat kapok cowok-cowok playboy, dengan cara memacari mereka, kemudian mempermainkan mereka. Padahal, di sisinya ada sosok Robi, laki-laki baik hati yang tulus mencintai dirinya. Sudah tiga kali Robi melamar Lura, tapi gadis itu menolak dengan alasan belum siap. Ia merasa ragu terhadap Robi, tapi juga tak ingin melepas cowok itu.
Mala, gadis ayu yang berprofesi sebagai sekretaris. Ia punya affair dengan Mas Sis, sang bos. Kondisi rumah tangga Mas Sis konon sudah tidak harmonis lagi dan sedang berada di ambang perceraian. Melihat kesungguhan Mas Sis yang mencintai dirinya, Mala memutuskan untuk bersabar, menanti si bos bercerai dari istrinya.
Sementara Nania, adalah gadis yang berasal dari keluarga kaya, ia bahkan adalah owner sebuah majalah, namun sayangnya ia tidak punya rasa percaya diri yang tinggi. Ia punya seorang pacar bernama Reva, yang abusif secara verbal dan sangat matre, tapi Nania tidak ingin mengakui hal tersebut. Ia yakin bahwa hanya Reva-lah yang mau menerima dirinya yang dari segi penampilan tak mungkin dilirik oleh cowok lain.
Ketiganya berkutat dengan dilema masing-masing, sambil tetap berusaha meraih kebahagiaan dengan caranya masing-masing. Butuh rangkaian peristiwa dramatis untuk membuat mereka sadar bahwa cara yang mereka tempuh tidaklah tepat. Baca kisah ketiga sahabat ini dalam Dil3ma karya Mia Arsjad.
Dil3ma adalah buku kedua karya Mia Arsjad yang saya baca setelah Runaway Ray, dan sama seperti Runaway Ran, gaya bercerita penulis di novel ini penuh dengan humor. Dialog antar para tokohnya cukup lucu dan terkesan ‘ramai’. Saya suka dengan gaya bercerita seperti ini. Meski penuh dengan unsur humor, mamun konflik dalam novel ini lumayan berat. Baik Lura, Mala, maupun Nania, semuanya dihadapkan pada situasi yang cukup menggugah hati pembaca.
Mala tentu tidak ingin duduk berpangku tangan saja, ia harus mendapatkan kepastian dari Mas Sis. Mala pun bertemu dengan istri Mas Sis dan hasilnya benar-benar di luar dugaan. Sementara Lura, harus mengalami peristiwa mengerikan untuk menyadarkan dirinya. Yang paling menggemaskan adalah Nania. Saya gemas karena problem Nania terasa dipanjang-panjangkan, padahal masalahnya itu-itu saja seputar dirinya dan Reva.
Novel ini diceritakan dengan menggunakan dua sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah orang pertama (Nania), dan ketika penulis menceritakan kisah Mala dan Lura, ia menggunakan sudut pandang orang ketiga. Tapi anehnya, saat bercerita dari sudut pandang Nania, Nania terlihat mengetahui isi hati kedua sahabatnya. Apakah penulis khilaf? Terus terang saya sempat bingung dan bertanya-tanya, mengapa penulis tidak menggunakan satu sudut pandang saja? Kalau dicampur-campur begini dapat berpotensi membuat bingung pembaca. Saya juga sempat bingung di awal, tapi lama-lama terbiasa juga sih.
Oh ya, saya sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan hal berikut, tapi saya merasa pembaca yang lain perlu tahu hal ini: novel ini boros soal tanda baca. Mungkin hal ini akan mengganggu pembaca lain, tapi saya pribadi tidak terlalu merasa teranggu. (Haha, sepertinya saya memang tidak berbakat menjadi editor).
Secara keseluruhan, saya sangat menyukai novel Dil3ma. Terlepas dari penggunaan sudut pandang yang butuh penyesuaian di awal dan persoalan tanda baca, namun saya sangat menyukai ceritanya. Saya menyukai suasana persahabatan antara Nania, Lura, dan Mala. Konflik yang disajikan pun cukup serius, khususnya konflik Lura. Kalau Nania, sih, saya memang sempat merasa kurang santai, tapi syukurlah penyelesaian masalahnya cukup manis, dan rasa gemas saya akhirnya terpuaskan oleh ending yang disajikan oleh penulis.
Entah kenapa, aku membaca novel ini berbarengan dengan curhatan seorang yang kukenal dan berada di posisi Mala, salah satu tokoh dalam novel ini. Okey, mau cerita tentang isi novel dulu deh baru curhat :).
walau termasuk metropop jadul, aku baru punya kesempatan membaca sekarang.. hehehe
Novel ini berisi kisah cinta tiga wanita. Ada Lura, si pramugari cantik yang punya tabiat mempermainkan pria padahal memiliki seorang kekasih yang setia menanti. Ada Mala, gadis yang punya affair dengan atasannya dan sabar menanti si bos bercerai dari istrinya. Dan ada Nania, yang sering disiksa secara verbal oleh kekasihnya yang hanya memanfaatkan uang Nania. Aku suka cerita mengalir di antara ketiga wanita ini. Semua memiliki porsi yang pas dalam alur ceritanya.
Baca ini kadang suka gemes sendiri, terutama ke Mala dan Nania. Mala dengan keluguannya mempercayai semua janji manis si atasan. Nania yang walau sadar sudah dilecehkan secara verbal dan dikuras uangnya, masih saja membela si pacar yang udah masuk tahap minta dijadiin sansak buat ditinju dan ditendang keras-keras.
Nah, selesai baca novel ini, aku mengobrol dengan seorang teman. Cerita yang awalnya membahas tentang aksesoris unik dari bebatuan berujung ke promosiku terhadap novel ini dan membahas tokoh-tokohnya. Dan tiba-tiba saja terucap pernyataanku tentang pria beristri yang masih 'belanja sana sini' dan sering pacaran wanita single. Menurutku, tipe orang seperti itu akan aku kategorikan sebagai orang gila yang serakah. Nah.. ekstrim memang. Dalam kasus Mala, si atasan memiliki istri yang cantik dan ramah, keluarganya pun harmonis. Namun, dia menjanjikan ke Mala kalau dia akan segera bercerai dari istrinya.
Setelah aku berkomentar seperti itu, tetiba si teman bilang: "kalo gitu, gw orang gila dong Mel", yang aku pikir itu bercandaan,
makanya langsung kutimpali: "gila kenapa? gw bilang kan yang gila itu orang-orang yang selingkuh padahal di rumah ada pasangan yang setia dan memenuhi semua kebutuhannya. Gw aja susah banget nyari jodoh, eh di luar sana malah banyak yang gak menghargai pasangannya... Hahaha"
"Nanti kalo lo ngerasain, perspektif lo mungkin akan beda Mel"
"idihh amit2 deh. Gw berdoa sama Tuhan supaya gw dan keluarga gw selalu dijauhkan dari hal kayak gitu" kataku.
"yah menurut lo gw gila dong Mel karena pernah kayak gitu"
aku yang awalnya kurang 'ngeh' sama pernyataan dia mulai ngerasa aneh karena dia kok gak kayak teman yang kukenal, yang kupikir bakal 'lurus-lurus' aja karena selama aku mengenal dia, aku tau dia belum pernah pacaran.
"yaelah. jangan sampe deh lo kayak gitu. di luaran sana masih banyak cowok single yang menghargai wanita. tinggal lo pilih aja mana yang lo suka. buat gw, pria beristri yang selingkuh tuh gak menghargai wanita"
"hehehe, tapi gw pernah ada di posisi itu. maksud gw, gw masuk kategori lo tentang konsep orang gila. walau sekarang gw sama dia udah sama-sama insyaf" jlebb
Oke. setelah pulih dari rasa terkejut, aku lalu cerita tentang novel ini dan mengklarifikasi apakah pasangan dia pun bilang sedang ada masalah dengan istrinya ketika mendekati dia dan menjanjikan akan menceraikan istrinya, dan dia pun mengiyakan. Deiiimmm.. yang terlintas saat itu, si Penulis beneran yah nulis dari kisah nyata, sepertinya kejadiannya gak cuma menimpa satu atau dua orang nih. buktinya selain tokoh di novel, Orang yang kukenal pun pernah mengalami hal ini.
Ada rasa gak rela sebenarnya saat mengetahui wanita diperlakukan seperti itu, tapi karena si wanitanya mau aja rasanya juga pengen toyor-toyor si wanita supaya sadar kalau dia udah dibohongin.
Ada teman lain yang pernah bilang: Mel, emang udah kodratnya cewek tuh luluh sama gombalan cowok.
Oh !@#*&^$
Kalau di novel ini aja ada Robi, Elwan, atau Ferry, aku yakin di dunia nyata pun ada pria dengan karakter seperti mereka.
Umm.... 2.5 * nggak ada nih? Okedeh 3/5 bolehlaah... Why? Yah kurang suka sama karakter Nania disini, kesannya segitu desperatenya sama si Reva, melukai harga diri kaum wanita aja. Okelah mungkin cinta bikin orang buta, tapi apa ya bikin orang jadi goblok juga?
Sebenarnya, hidup macam apa, sih yang dihadapi tiga peremuan ini? Ya, ada tiga perempuan yang memilih hidup nggak sewajarnya, padahal mereka tahu jalan yang lebih wajar untuk menikmati hidup nyaman sebagai manusia. “Nggak bisa apa, kita hidup normal-normal aja? Kayak yang kurang cuma satu deh. Sutradara. Suruh ngomong ‘camera, roll, action’. Hhh…artis bukan, pejabat bukan, tapi hidup kok penuh drama gini.” – Nania – hlm. 10
Nania, seorang owner sekaligus chief editor majalah yang hobi banget sama rally. Dia punya pacar bernama Reva yang selalu – secara nggak langsung – bilang Nania itu nggak cantik, nggak seksi, dan dia sangat beruntung Reva masih mau jadi pacarnya. Selain suka menghina secara nggak langsung, Reva juga posesif nggak ketulungan. Yang paling parah, Reva itu cowok matre yang selalu moroti Nania. Tahu pacarnya lebih sering bikin dia sakit hati, Nania masih juga mempertahankannya. Padahal, sahabat-sahabatnya, juga keluarganya jelas-jelas nggak suka sama Reva. “Tiap orang kan sutradara buat hidupnya sendiri. Bedanya, sutradara film tahu gimana ending filmnya. Tapi kita kan nggak tahu. Kita cuma bisa bilang action, cut tapi kita nggak tahu apa adegan akhirnya. Kita kan cuma sutradara dari skenario rahasianya Tuhan.” – Nania – hlm. 130
Lura, si pramugari cantik yang punya dendam kusumat sama cowok playboy. Ini karena masa lalu ibunya yang ditinggal ayah Lura saat ibunya hamil. Akhirnya, meskipun Lura tahu dia sangat dicintai Robi – kekasihnya – Lura masih saja sibuk mengerjai para playboy. Bagi Lura, dilabrak di depan umum, sampai masuk infotainment gara-gara ketahuan jadi selingkuhan pacar seorang artis bukan masalah besar. Yang penting buat Lura, dia puas sudah memberi pelajaran para playboy itu. Tapi, yang jadi masalah, sampai kapan Lura harus beraksi di belakang Robi? Mala, si sekretaris yang cinta banget sama bos-nya. Mas Sis, laki-laki hidung belang yang menjanjikan Mala sebuah pernikahan. Dia selalu bilang akan menceraikan istrinya. Bodohnya, Mala percaya-percaya saja dan mau menjadi selingkuhannya. Tapi, janji-janji itu seperti gula di ujung bibir. Saat Mala benar-benar meneguknya, rasa manisnya hilang. Kedua sahabatnya mencoba menasihatinya, namun Mala seperti membohongi dirinya sendiri kalau Mas Sis nggak mungkin bohong. Oke, memang hidup mereka terkesan ngasal, ngawur, nggak jelas. Tapi, mereka bukan perempuan sembarangan. Mereka perempuan yang unik. Dan mereka sedang mencari sebuah ending, ending yang belum bisa mereka tebak. “Kamu harus yakin, when you meet an ending, it’s just because you’re going to meet a new start.” – Robi – hlm. 296
tertarik karena covernya. 3 cewek yang (kayaknya) bersahabat, pasti ceritanya akan seru. apakah benar begitu? benar. sayangnyaaaa...tidak sesuai harapan saya.
kebetulan saya baru selesai baca Dimsum Terakhir, dan kebetulan juga covernya mirip. di cover DT tampak 4 sosok yang menjadi tokoh utama dalam cerita. 4 tokoh utama dengan karakter dan konflik masing-masing yang sama kuatnya.
naaaah, di Dil3ma ini saya berharap dapat menemukan kesamaan dari DT yang seblumnya saya baca. saya berharap meski tokoh utama di sini 3 cewek yang bersahabat, yaitu Nania, Lura, dan Mala, ketiganya diperlakukan sama oleh penulis. diberikan karakter dan konflik yang sama kuat, serta porsi yang sama banyak. tapi ternyata setelah saya baca, porsi Nania yang paling banyak dan konfliknya baru selesai benar-benar di akhir. ini membingungkan, jadi tokoh utamanya itu mereka bertiga atau cuma Nania?
udah gitu, saya melihatnya hubungan Nania dan Lura ini dekat sekali, sedangkan Nania-Mala atau Lura-Mala sangat sedikit intensitasnya. Mala ini menurut saya malah kayak figuran. selain kurangnya intensitas hubungan Mala dan kedua sahabatnya, saat kumpul bertiga pun yang vokal tetap Lura dan Nania. jadinya saya melihat konflik yang dihadapi Mala ini kayak selingan, agar pembaca nggak lupa ada tokoh bernama Mala.
oiya, ada beberapa scene yang agak aneh. misal di halaman 105-107. itu kan lagi di kafe, tapi kenapa pas ngajak makan Nania menggaet tangan Mala dengan mengajaknya untuk bangkit/pergi? aneh. kedua, pas Mala menemui ibu Virnie (istrinya mas Sis) sendirian menggunakan taksi. pas si supir taksi mengatakan bahwa rumah yang dituju sesuai dengan alamat yang diberikan Mala, kenapa tanggapannya "bener kayaknya, pak" padahal sebelumnya Mala pernah menyelidiki/menguntit mas Sis dari depan rumahnya? apalagi ya yang saya ingat? hmmm...
selain anehnya logika cerita di atas, ada juga susunan kata yang aneh. yang saya ingat sih "parkir Lura" yang seharusnya "parkir kantor Lura" dan "kado yang berbungkus kado" seharusnya "berbungkus kertas kado.
itulah beberapa kejanggalan yang saya temui.
selebihnya saya salut sama penulis yang telah membuat tokoh Nania sedemikian menyebalkannya. di kehidupan nyata aja kita suka gemes kalo ada orang yang kayak gitu. dan sosok Nania ini yang bikin saya bertahan untuk baca sampai halaman terakhir. pengin tahu aja sih, seberapa lama Nania tahan sama Reva dan apa yang menyebabkan akhirnya dia sadar untuk memutuskan Reva.
jadi, saya tambahkan 0,5 dan totalnya jadi 2,5 bintang ya ^^
awalnya tertarik ama buku ini setelah liat cover, baca sinopsis di bag belakang buku dan karena diskon 40 persen (yeah, sue me!). aku kira buku ini semenarik buku-buku metropop lain yang pernah aku baca. but i was wrong.
dari sampul dan sinopsisnya, aku kira cerita ini tentang tiga orang perempuan dengan berbagi masalah mereka. di poin ini, aku ga ngeliat tiga perempuan itu diceritain dengan porsi yang sama. apalagi novel ini pake POV orang pertama di dalam cerita, sehingga memang lebih menceritakan tentang dia (Nania) dengan kedua perempuan lain lebih sebagai tempelan.
karena ini novel berlabel metropop yang seharusnya untuk pembaca usia dewasa, tokoh utama si Nania ini, kok kaya' masih SMA gitu. okelah dia digambarin sebagai cewek manja. tapi dari pemikiran, tingkah laku yang labil dan lebay, kurang cocok buat tokoh berumur mendekati 20an akhir. lebih cocok buat anak SMA.
demikian juga ama pemilihan kata-kata. di metropop yang lain, bahasa yang dipake lebih mature, lebih dewasa dan ga lebay. tapi di buku ini masih bisa ditemukan penggunaan kata '.... bin ...' yang selain sudah kuno banget, juga aneh digunakan orang yang seusia Nania. selain itu, kalimat kaya' "aku mengacungkan asbak marmer yang pastinya bisa jadi jurus sekali samber koit" juga terasa janggal. buat buku teenlit, okelah. tapi ini kan metropop. harusnya beda dong. pembacanya juga beda, kan?
sebenernya ceritanya not bad sih, tapi sayangnya sudah lebih dulu dirusak ama hal-hal tadi.
gak ada alasan buat gak ngasi 5 bintang. sempat berpikir alasan2 yg mungkin bisa buat gw ngasi 3 ato 4 tapi gk ada. Ni buku bagus banget si. Secara dari awal emank uda suka juga ma penulisnya yang kalo pas baca itu bisa cekakak cekikik gak ketulungan. :DD
pertama pas tau mba Mia ada buku baru judulnya Dil3ma si pengen beli,tapi habis nengo covernya yg ceritain ttg 3 orang aduh lemes deh. masalah nya dlu pernah bca karya KT yg ngebahas soal tiga cewek jg dan gw amat sangat gk enjoy bacanya ==* jdi pas deh kayak judul bukunya Dil3ma. gw jg dil3ma pas mau beli. AKhirnya pinjam ke temen :) and you know what? I really want to buy this book now.kekekeke...
ni buku asli deh buat seneng ,sedih,kesel,terharu,campur aduk semua. Dan yg pasti siapa aja yang baca buku ini pasti bakal benci banget ma sosok Reva :DD soalnya emank gak ada sisi baiknya si dia. ;pp Sbaliknya jg pasti bakal suka bgd ma sosok Robi. Tipe idaman ce banget ^^
buku ini juga ngebantu kita buat tau masalah2 yg dihadapi orang lain dan gimana cara nyelesaiinya. pokoknya speechless deh ma Mia Arsjad. Makan apa ya kok buku nya bisa slalu bagus2 punya :pp
So far gw suka gaya penulisan Mbak Mia Arsjad. metropopnya da baca semua, tetep Rona Hidup Rona palingg bagusss meski endingnya gw ga suka :(
Klo Dil3ma, hmmm gemesss banget ma 3 cewe disini..
Lura, yang uda pny pacar baekkk banget tp malah sibuk balas dendam ma cowo2 playboy gr2 bokapnya tinggalin nyokapnya dulu.. gilaa cowo playboy mah ga hbs2 kalo dicari.. tp akhirnya dia kena batunya jg.
Mala, yang paling normal di antara 3 cwe ini.. dan yang paling cepat sadar dr kebodohannya jg.
Nania, yang palingg gemesiiinnnn !! gw mencoba memahami perasaanny yg merasa ga pede dg fisiknya, takut kalo putus dg pacarnya yg matre berat plus suka menghina dia itu, ntar ga ada yang bakal mau dg dia dan dia bakal jadi perawan tua. haduh butuh perjalanan dr awal sampe akhir buku ini baru akhirnya dia sadar dan berani mutusin cowo super nyebelin itu. Capedheee!!
Untung ada Robi dan Elwan yg super gentleman & baekk banget di novel ini.. jadi ga depresi dhe bacanya :D
menceritakan ttg seluk-beluk n dilema perjalanan cinta 3 org wanita, yaitu Nania, Lura & Mala. mereka sma2 menghadapi kondisi yg mengharuskan mereka mengambil pilihan tepat di kondisi yg yaah, katakanlah rumit! sebenernya sii menurutq g rumit2 amat lha.. masalahnya Nania tuh contohnya, pny cowk posesif bin resek bgt gt aja bilang putus aja kyk dsuru minum racun.. takut 3/4 mati! ckckck.. yg plg kyk roler-koster y love storynya si Lura.. g bs ngomong sih, dia jg uda dpt karunia Tuhan yg memang sayang bgt klo dilewatin. sementara si Mala sang sekretaris, (yg plis de boo, manggil bos sekaligus kekeasih pujaan hati MAS SIS!! ><) g gt berperan n cuma sekedar selingan.. overall, buku ni lumayan menghibur n ada beberapa bag. yg bikin ngakak..
Cerita tentang lika-liku kehidupan 3 orang perempuan dengan dilemanya masing2. Kesan pertama gue pas baca novel ini "ah, gilaa! mbak Mia asik banget gaya nulisnya". Saking asiknya, gue kelarin baca novel ini dalam waktu yg relatif singkat (versi gue). Padahal, biasanya gue suka males2an. Haha
Novel ini kayak nano nano. Selain gaya penceritaannya yang kocak, mbak Mia juga menyuguhkan adegan2 sedih yang sukses membuat mata gue berkaca2 (terutama bagian Lura dan Robi).
Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari novel ini. Tentang bagaimana kita harus menghargai diri sendiri, bagaimana kita perlu ketegasan untuk mengakhiri sesuatu yang salah, dsb. Pada akhirnya gue layangkan 4 bintang untuk kerja keras mbak Mia atas novel dil3ma. :D
masuk kategori buku yang tamat sehari, ceritanya ringan banget, gampang dimengerti, dan bagus. tapi kenapa cuma 3 bintang, karena : 1. dibuku ini ada 3 tokoh, tapi cuma 1 yang diceritakan paling banyak, gak berimbang 2. kecendrungan peralihan sudut pandang orang pertama dengan orang ketiga nya gak beraturan, ketika dierpindahan nya muncul di awal bab, oke ini bagiannya si mala atau si lura atau si nania lagi. tapi kalo munculnya di akhir bab dan cuma 2 paragraf apa-apaan itu...
untuk nilai positif cinta dan persahabatan nya 2 jempol untuk penulis... :)
Menurutku, endingnya terburu-buru. Ada yg koma dan trauma tp cepat bgt sembuh, langsung menikah lagi. Padahal kalau baca dr referensi lain, koma dan trauma itu butuh waktu lama utk kembali seperti sediakala. Tidak langsung seratus persen bisa sembuh. Mungkin ini hanya utk mengejar aja supaya naskahnya tidak tebal2 amat. Openingnya justru kepanjangan dan terkesan muter2. Namun, ada juga adegan yg bisa dijelaskan oleh penulis dgn apik, detail, dan menyentuh.
Dua stengah bintang sebenarnya. Cuma ga tega aja. Habis tebal sih
Alurnya lama banget. Dan yg bikin lama itu pun ceritanya jg nggak penting-penting amet. Dihilangin jg ga merubah cerita. Sudut pandang ceritanya juga aneh. Bikin geregetan lah pokoknya.
Paling yg bikin suka krn ada tokoh Elwan dan Lura. Lainnya biasa. Paling yg nggak banget ya si Reva itu. Jijik bgt kalo ada cowok yg beneran hidupnya kaya dia. Hih!!!
A very awful reading I had. Beli buku ini juga untung untungan sih, diskon di Book Fair, 20 ribu saja. Ceritanya yang cewek banget bahkan terlalu menggelikan buat aku yang juga cewek. Drama here and there. Trus aku kurang suka sama karakter karakternya yang menurut aku menyebalkan (maaf ya saya gak simpati sama konflik kalian). Satu hal yang keren sih, this book's potraying of woman's friendship is kinda true.
Aku selalu suka sama cerita tentang geng cewek-cewek begini. Soalnya rame banget! Kalo lagi suntuk berat dan pengin baca buku ringan-ringan, biasanya aku prefer buku kayak gini: asyik, ceriwis, drama cewek abis, tapi nggak kosong. ♥
Yang bikin bintangnya segitu sebenernya gara2 aku sebel abis sama si rendah diri Nania dan pacarnya yang idiot-matre-gak-punya-malu itu sih. :"
Karakter favorit: ya Lura dong! ♥ Alasannya karena aku beneran takjub sama isi kulkas Lura! xD