What do you think?
Rate this book
244 pages, Paperback
First published January 1, 2009
Benar juga kata orang, semakin tinggi terbangnya, semakin sakit pula rasanya saat jatuh. Seperti saat membaca novel ini. Sebelumnya saya menaruh harapan yang demikian tinggi terhadap novel ini karena membaca sinopsisnya plus beberapa reviewnya di Goodreads, sehingga saya sangat excited begitu berhasil membelinya.
Karena itulah saya amat-sangat kecewa begitu saya mulai membaca novel ini. Pertama-tama, saya adalah orang yang amat-sangat merasa terganggu dengan hal-hal yang sifatnya teknis dalam membaca novel, misalnya saja typo, atau ketidaksamaan penyebutan kata penunjuk diri sendiri (aku, saya, gue)pada kalimat-kalimat yang diucapkan tokoh-tokohnya, adegan-adegan yang tidak penting, dan lain sebagainya.
Dan terus terang, semuanya saya temukan dalam novel ini. Banyak. Sebenarnya ceritanya bagus, tapi saya menjadi tidak nyaman dan sangat merasa terganggu waktu membacanya. Untuk penyebutan kata penunjuk diri sendiri, misalnya, masa ada guru yang menyebut 'aku' waktu berbicara dengan muridnya (hal. 2)? Memangnya ngomong sama temennya?? Lalu juga saat menyebut orang lain, tokoh-tokohnya kadang menyebut 'kamu', tapi tidak jarang juga menyebut 'kau'. Maksud saya yang konsisten gitu, kamu ya kamu, kau ya kau aja. Kan yang baca jadi terganggu (saya maksudnya, hehehe, kalo yang lain sih mungkin nggak ya).
Lalu ada juga banyaknya adegan-adegan tidak penting yang dimasukkan dalam adegan. Saya sampai harus melewatkan beberapa halaman hanya untuk mendapatkan poin dari beberapa bagian cerita ini (dan halaman-halaman yang saya lewatkan itu sama sekali tidak mempengaruhi cerita, sebenarnya). Benar juga dengan salah satu review yang pernah saya baca (maap, saya lupa review siapa itu) bahwa novel ini manga banget. Bukannya saya tidak suka manga, tapi saya rasa penulisnya terlalu ingin ceritanya seperti manga sehingga semuanya disikat habis seperti manga, yang menurut saya justru malah kurang bagus.
But afterall, saya suka ide ceritanya, semoga hasil karya selanjutnya bisa semakin baik lagi, maaf kalau review saya menyinggung siapapun yang merasa tidak terima, hehehe.
Don't give someone dream just to take it away. (hal.132)
Orang nggak bisa milih siapa ayahnya, ibunya, sukunya, warna kulitnya, jenis kelaminnya, bahkan kadang-kadang agamanya. Jadi konyol kalau aku ngejauhin orang gara-gara hal yang nggak bisa mereka pilih sendiri. Kayak orang bego aja. (hal.153)