Jump to ratings and reviews
Rate this book

Let Go

Rate this book
Kau tahu apa artinya kehilangan? Yakinlah, kau tak akan pernah benar-benar tahu sampai kau sendiri mengalaminya.

Raka tidak pernah peduli pendapat orang lain. Selama ia merasa benar, dia akan melakukannya. Hingga, suatu hari, mau tidak mau, ia harus berteman dengan Nathan, Nadya, dan Sarah. Tiga orang dengan sifat yang berbeda, yang terpaksa bersama untuk mengurus mading sekolah.

Nathan, si pintar yang selalu bersikap sinis. Nadya, ketua kelas yang tak pernah meminta bantuan orang lain. Dan Sarah, cewek pemalu yang membuat Raka selalu ingin membantunya.

Lagi-lagi, Raka terjebak dalam urusan orang lain, yang membuatnya belajar banyak tentang sesuatu yang selama ini ia takuti, kehilangan.

244 pages, Paperback

First published January 1, 2009

183 people are currently reading
4037 people want to read

About the author

Windhy Puspitadewi

15 books437 followers
Buat cewek yang lahir tanggal 14 Februari ini, menulis merupakan caranya berbagi pikiran, perasaan, mimpi, imajinasi, dan cita-citanya dengan orang lain. Ia ingin tulisannya bisa menggugah dan menginspirasi pembacanya, sama seperti tulisan kedua tokoh yang pertama-tama menginspirasinya untuk menulis: almarhum Umar Kayam dan Jostein Gaarder.


Banyak yang mengira Windhy mengoleksi kutipan orang-orang terkenal (mulai dari Ralph Waldo Emerson sampai Detektif Conan) yang sering ia selipkan dalam novel-novelnya. Padahal sebenarnya ia hafal! Kata-kata yang bagus itu langsung menempel hingga sewaktu-waktu dibutuhkan, ia tinggal mencomotnya dari ingatan dan sesekali mengecek ke Oom Google supaya lebih akurat.


Kesan, komentar, masukan, atau kritik teman-teman ditunggu di: my_cool_killer@yahoo.com. Boleh juga add FB dengan alamat e-mail yang sama atau Windhy Puspita, atau kalau mau lebih real time, follow twitter-nya di @windhy_khaze.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
1,293 (35%)
4 stars
1,159 (31%)
3 stars
878 (23%)
2 stars
241 (6%)
1 star
91 (2%)
Displaying 1 - 30 of 368 reviews
Profile Image for Thesunan.
54 reviews19 followers
April 18, 2010
Tears don't come easily to men. this behavior still defined by stigma and gender expectations, whereas crying is natural response of any human being. Boys may cry, but for men,they seldom do. When men cry, they deeply emotion. Sometimes they show it, but sometimes they cry inside, and those cry never stop.

And this happens to me now, when i see or read something which reminds me about my beloved father, yes my father.
Like a lot of others i have emotional moments but i mainly feel numb about it. People tell me i'm handling it well, but they were wrong. I just can't take in. The thought of i can't see him again really breaks my heart and even though i know it's true i still can't believe it. This truly is a very difficult thing to deal with. I still have a very tough time at times to go through this life without my dad. I don't understand what life is all about when you have to lose the ones you love the most. It is such a waste. We were truly the best of friends, yet, I still lost him. I feel all alone like the only person who truly loved me is gone and lost forever.

But life must go on. Time heals many things, Life is still worth fighting for'

"You cannot prevent the birds of sorrow from flying overhead, but you can prevent them from building nests in your hair"- Chinese proverb


It's never been easy for me to write this all, but i need to, i need to blow the words from my head. It helps to write all this stuff down and I hope it strikes a chord with other people. Regardless of what happened in the past, I count myself lucky to have had him as my father.

Thank u for listening eh reading :)

let me sing a song

The flowers cut and brought inside
Black cars in a single line
Your family in suits and ties
And you're free

The ache I feel inside
Is where the life has left your eyes
I'm alone for our last goodbye
But you're free

I remember you like yesterday
Yesterday
I still can't believe you're gone
Oh I remember you like yesterday
Yesterday
And until I'm with you, I carry on


Adrift on your ocean floor
I feel weightless numb and sore
A part of you and me is torn
You're free

I woke from a dream last night
I dreamt that you were by my side
Reminding me I still had life
In me


Every lament is a love song
Yesterday, yesterday
I still can't believe you're gone


Every lament is a love song
Yesterday, yesterday



-------------------------------------------------------------------------------------------------
mari kita tinggalkan curcolan [image error] dan langsung menuju ke review [image error]

"..kau tahu apa artinya kehilangan? yakinlah, kau tak akan pernah benar-benar tahu sampai kau sendiri mengalaminya "

Sebuah teenlit yang membawa kita kemabali ke masa SMU. sangat ringan dibaca namun sarat makna. Gak seperti kebanyakakan teenlit yg bercerita tentang cinta monyet atau berbau romansa ala anak sekolah, novel ini membahas tentang persahabatan, kisah percintaan hanya sebagi bumbu, tidak menjadi topik utama dalam novel ini. Yang saya dapat tangkap, novel ini membawa pesan yang sangat bagus, yaitu let go atau melepaskan, mengikhlaskan. If you love someone, set him free , para fans Liverpool harus membaca buku ini, if u love Gerard and Dores (Fernando Torres) set them free, ikhlaskan mereka untuk mencari klub baru, terutama ikhlaskan mereka untuk bermain di Chelsea atau Milan.. :)


Novel dengan cover yg sangat menarik, dan dengan gambar burung camar membentuk gambar hati disetiap halaman, namun gambar ini mengganggu saya. Apa mungkin setiap teenlit seperti itu ya, mesti pake gambar seperti itu. Padahal novel ini tetap bagus tanpa gambar2 itu.
Novel dengan tema yg agak berat dan cenderung terlalu dewasa buat anak SMU. Namun penulis menuliskannya dengan bagus, saya suka celetukan2 yang ad di percakapannya, khas anak muda sekarang segar dan cerdas.
Serta lagu- lagu yang ada di novel ini bagus, misal lagunya Switchfoot yang berjudul Yesterday. Pasti penulis novel ini masih muda atau masih berjiwa muda :).

Tokoh utama di novel ini adalah Caraka, anak badung dan bebal yg suka ikut campur urusan orang lain, caraka tidak pintar dalam ilmu sains atau yang berhubungan dengan angka2, namun pintar dalam sejarah. Seorang anak yang dibesarkan oleh orang tua tunggal yaitu ibunya, ayahnya meninggal karena kangker paru-paru, Caraka tak pernah bisa memaafkan ayahnya karena meninggalkan dia dan ibunya, sampai datang Nathan teman sekelasnya yang ternyata menderita kangker otak. Nathan mampu menyadarkan Caraka arti melepaskan, dan arti menghargai hidup.

Cerita cinta yg nyempil di novel ini, mirip cerita cinta di review sebelah yg bercerita tentang si gendut, neng geulis dan miss.X. cuman di novel ini si cowonya mau ngomong ke dua orang cewe itu, menjelaskan semuanya, gak seperti si gendut yg gak berani ngomong dan malah membiarkan miss x nyanyiin lagu Air Supply , ai kennnn wettt... poreper.... ahahahah *sembunyi di belakang pohon takut dipentung.


And in the end, the love that we take is equal to the love we make" - The Beatles
Profile Image for Afifah.
151 reviews8 followers
November 17, 2012

Benar juga kata orang, semakin tinggi terbangnya, semakin sakit pula rasanya saat jatuh. Seperti saat membaca novel ini. Sebelumnya saya menaruh harapan yang demikian tinggi terhadap novel ini karena membaca sinopsisnya plus beberapa reviewnya di Goodreads, sehingga saya sangat excited begitu berhasil membelinya.

Karena itulah saya amat-sangat kecewa begitu saya mulai membaca novel ini. Pertama-tama, saya adalah orang yang amat-sangat merasa terganggu dengan hal-hal yang sifatnya teknis dalam membaca novel, misalnya saja typo, atau ketidaksamaan penyebutan kata penunjuk diri sendiri (aku, saya, gue)pada kalimat-kalimat yang diucapkan tokoh-tokohnya, adegan-adegan yang tidak penting, dan lain sebagainya.

Dan terus terang, semuanya saya temukan dalam novel ini. Banyak. Sebenarnya ceritanya bagus, tapi saya menjadi tidak nyaman dan sangat merasa terganggu waktu membacanya. Untuk penyebutan kata penunjuk diri sendiri, misalnya, masa ada guru yang menyebut 'aku' waktu berbicara dengan muridnya (hal. 2)? Memangnya ngomong sama temennya?? Lalu juga saat menyebut orang lain, tokoh-tokohnya kadang menyebut 'kamu', tapi tidak jarang juga menyebut 'kau'. Maksud saya yang konsisten gitu, kamu ya kamu, kau ya kau aja. Kan yang baca jadi terganggu (saya maksudnya, hehehe, kalo yang lain sih mungkin nggak ya).

Lalu ada juga banyaknya adegan-adegan tidak penting yang dimasukkan dalam adegan. Saya sampai harus melewatkan beberapa halaman hanya untuk mendapatkan poin dari beberapa bagian cerita ini (dan halaman-halaman yang saya lewatkan itu sama sekali tidak mempengaruhi cerita, sebenarnya). Benar juga dengan salah satu review yang pernah saya baca (maap, saya lupa review siapa itu) bahwa novel ini manga banget. Bukannya saya tidak suka manga, tapi saya rasa penulisnya terlalu ingin ceritanya seperti manga sehingga semuanya disikat habis seperti manga, yang menurut saya justru malah kurang bagus.

But afterall, saya suka ide ceritanya, semoga hasil karya selanjutnya bisa semakin baik lagi, maaf kalau review saya menyinggung siapapun yang merasa tidak terima, hehehe.

Profile Image for Shanya Putri.
337 reviews158 followers
August 4, 2021
This book made me cry😭😭

[Baca di Gramedia Digital - nemu buku bagus - pengin beli buku fisiknya.]

Sepertinya bakal di-review lengkap kalau aku udah punya buku fisiknya. Ribet kalau bolak-balik galeri hp (cek hasil screenshot haha).

Bercerita tentang persahabatan Raka, Nathan, Nadya, dan Sarah. Bukan hanya tentang itu, tapi juga tentang keluarga, mimpi, dan melepaskan.

Aku suka banget sama ceritanya. Pokoknya dari halaman 219 ke belakang itu aku nangis. Beneran bikin nangis. Enggak nyangka atau berekspetasi apa-apa, ternyata...

Buku ini diselipkan banyak pelajaran—tentang kehidupan, film, sampai sejarah pun ada. Khas penulisnya, deh! Bikin pembaca jadi pintar😂

Lucunya nggak garing. Mungkin ada beberapa yang bikin aku bingung. Karena buku ini kan cetak ulang. Buku sebelumnya itu terbit tahun 2009 dengan penerbit yang berbeda. Tapi kenapa ada Spotify dan beberapa kalimat lainnya yang seakan-akan itu jaman sekarang banget? Apa direvisi lagi? Aku bingung.

Banyak kalimat yang sangat quote-able.

(-)
Ada salah penulisan tokoh yang seharusnya ditulis Nathan, malah Caraka: di halaman 243.
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews289 followers
August 28, 2018
Review lengkap https://www.kubikelromance.com/2018/0...



Caraka terkenal sebagai murid biang onar, dalam satu bulan dia sudah berkelahi dua kali, hukuman skorsing saja tidak cukup. Daripada kena DO, Bu Ratna, sang wali kelas sekaligus pembina majalah sekolah, memutuskan agar Caraka membantu tim redaksi sekolah yang kekurangan tenaga. Veritas, majalah sekolah berbentuk blog seharusnya digawangi anak-anak kelas XI, tapi sekarang hanya bersisa Sarah, yang menjabat editor in chief. Nathan, murid terpandai bertanggung jawab atas artikel pengetahuan. Nadya, si ketua kelas sekaligus ketua OSIS betanggung jawab atas artikel tentang sekolah. Sedangkan Caraka seksi wara wiri, karena tidak bisa melakukan hal apa pun.

Sebulan bergabung Caraka sudah tidak betah, bagaimana tidak? Tiga temannya aneh dan hubungan mereka terbilang tidak akur. Sarah yang pemalu selalu merasa sungkan pada siapa saja, tidak bisa berkata tidak, si cengeng penakut. Nadya yang superior, seperti tidak pernah membutuhkan orang lain, tidak ingin dianggap lemah, si keras kepala dan ratu salju. Dan yang paling parah, Nathan, dia berlidah tajam, si sinis yang tidak pandang bulu. Caraka pernah memergoki perlakuan Nathan pada teman-temannya, seperti secara terang-terangan menolak cewek dan berkata kasar padanya, sampai tidak ingin belajar kelompok, dia tidak ingin dimanfaatkan karena kepadaiannya.

Namun, ada alasan terselubung kenapa Bu Ratna memasukkan Caraka kedalam tim aneh tersebut, dia yakin Caraka akan bisa membuat keajaiban.

"Batas antara genius dan gila memang cuma setipis kertas."

"Aku baca buku karena aku suka, bukan karena aku mengharap suatu penilaian dari orang-orang di sekitarku. Bukan karena aku ingin dianggap hebat, pintar, berpendidikan, atau beradab hanya karena telah membaca karya sastra."

"Kamu tuh nggak lemah," katanya lalu tersenyum. "Kamu cuma lupa meminta tolong."

"Ketika wanita menangis, itu bukan karena dia ingin terlihat lemah tetapi karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat."

"Orang yang nggak bisa menghargai dirinya sendiri, nggak akan pernah bisa menghargai orang lain."

"Mungkin aku nggak tahu apa-apa. Aku nggak tahu apa yang aku lakukan ini benar atau salah. Aku bahkan nggak tahu akan jadi apa nanti. Tapi... karena nggak tahu apa-apa itulah, esok hari jadi sesuatu yang layak ditunggu-tunggu, kan? Caraka nyengir. " Setelah itu, kita cukup lihat apa yang bakal terjadi."

Ini adalah kali kedua saya membaca Let Go, kali pertama hampir sepuluh tahun yang lalu, ketika Let Go diterbitkan GagasMedia. Mungkin karena masa kontraknya sudah habis, Let Go diterbitkan ulang dengan sedikit pembaharuan, disesuaikan dengan masa sekarang. Walau sedikit lupa, saya bisa merasakan apa yang baru, misalkan bentuk Veritas yang sekarang menjadi blog, bagian film yang bisa ditonton secara streaming, dan tentu saja tambahan bagian terakhir. Tadinya, saya 'tidak pernah menyukai' karya Windhy Puspitadewi yang diterbitkan penerbit sebelah, karena bisa dipastikan sad ending. Namun, begitu membaca ulang dan tentu cara berpikir yang lebih dewasa, saya jauh lebih menikmati buku ini.

Saya ingat betul, sampai sekarang apa yang menjadi Let Go begitu spesial, daripada karya Windhy yang lain terbitan penerbit sebelah yang minta ditendang itu, karena sukses membuat dada saya sesak saking sedihnya. Dulu saya sangat menyukai kalimat di buku ini, banyak yang quoteable, yang membekas, menyisipkan pesan yang mendalam, disajikan dengan kalimat yang tidak berbunga-bunga, hanya apa adanya, tapi begitu merasuk jiwa. Semua itu tidak terlepas dari kekuatan utama Let Go, karakter yang ada di dalamnya.

Caraka, sang tokoh utama, cowok yang lebih suka bertindak sebelum berpikir, yang sangat ahli dalam pelajaran sejarah dan bercita-cita menjadi sutradara, yang payah dalam pelajaran sains dan berhubungan dengan angka, yang suka mencampuri urusan orang lain. Alasan yang terakhir yang nantinya membuat Caraka mengenal lebih jauh Nathan, Nadya dan Sarah, yang mengubah hidup mereka, dan sebaliknya.

Walau terkenal sinis, setelah mengenal lebih jauh Caraka tahu kalau Nathan memiliki maksud tertentu dalam ucapannya yang menyakitkan hati, yang kadang bertolak belakang dengan tindakannya. Pun yang dilakukan Caraka padanya, membuat Nathan untuk peduli, khususnya peduli akan dirinya sendiri. Nadya ingin diakui sebagai orang hebat, sampai-sampai tidak perlu membutuhkan orang lain, dan Caraka menyadarkan dengan cara kalau minta tolong tidak ada salahnya, setiap orang punya batasan. Caraka membuat Sarah berani, tidak masalah sesekali egois dan tidak mementingkan kepentingan orang lain, tugas kita bukan untuk selalu menyenangkan orang lain.

"Impian itu kayak sayap. Dia membawamu ke berbagai tempat. Kurasa mamamu sadar akan hal itu dan dia tahu kalau dia mencegah impianmu, itu sama aja dengan memotong sayap burung. Burung tersebut memang nggak akan lari, tapi burung tanpa sayap udah bukan burung lagi. Dan manusia tanpa impian, udah bukan manusia lagi."

"Orang nggak bisa milih siapa ayahnya, ibunya, sukunya, warna kulitnya, jenis kelaminnya, bahkan kadang-kadang agamanya. Jadi konyol kalau aku ngejauhin orang gara-gara hal yang nggak bisa mereka pilih sendiri. Kayak orang bego aja."

"Orang yang menyukai dirinya sendiri apa adanya dan nggak pernah berusaha menjadi orang lain adalah orang yang sangat keren."

"Batas antara keras kepala dan bodoh itu memang tipis banget."

Banyak adegan favorit saya di buku ini, seperti waktu Caraka dan Nadya tidak sengaja bertemu di persewaan DVD kemudian mereka memperebutkan film Flags of Our Father karya Clint Eastwood. Saling berbalas kalimat dengan mengutip salah satu adegan di film atau meneak musik klasik. Bagian tersebut sungguh seru sekali! Ada lagi bagian ketika teman-teman di Veritas tahu kalau Caraka suka membaca buku, tahu tentang Pramoedya Ananta Toer, siapa yang menyangka cowok begajulan seperti Caraka paham akan sastra, jangan nilai orang dari penampilannya! Caraka memang penuh kejutan.

Hubungan Caraka dan Nadya memang manis, 'semanis' hubungannya dengan Nathan, yang tak jarang saling menyindir, yang memiliki muatan bromance luar biasa. Kehadiran Nathan juga berjasa besar bagi Caraka, khususnya dalam hal menerima dan memaafkan. Bahwa dia tidak sebodoh yang teman-teman bahkan guru mereka lihat, dia hanya menyukai sesuatu yang tidak terlihat, Caraka adalah orang yang tulus, apa adanya, setia kawan, dia tipe orang yang lebih baik selesai paling akhir tapi mengerjakan sendiri daripada menyalin tugas orang lain.

Untuk kekurangannya, saya lupa ada di halaman berapa, di bagian akhir waktu Caraka mengobrol dengan ibunya, yang jelas ada kesalahan penulisan, seharusnya Nathan tapi ditulis Caraka. Selebihnya buku ini sangat recommended untuk dibaca, terlebih yang mencari kisah persahabatan, pesan moral yang bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari dan bagi yang ingin tahu tentang apa yang layak diperjuangkan dalam hidup.

"Kalau masalah perasaan, nggak ada yang namanya mengalah, juga nggak ada yang namanya kalah atau menang, termasuk siapa yang datang duluan atau menyatakan lebih dulu. Yang namanya perasaan nggak bisa diatur seperti itu."

"Manusia itu lebih berani menghadapi apa pun kalau melakukannya demi orang yang dia sayangi,"
Profile Image for Winna.
Author 18 books1,964 followers
February 5, 2010
Sebuah novel yang menarik perhatian saya bukan karena sinopsis di baliknya (kebiasaan saya membeli novel Gagas biasa karena sinopsisnya), tapi cover biru kehijauan dan judulnya :)

Let Go.

Sebuah cerita biasa dengan karakter-karakter yang cukup luar biasa, unik walau menurut saya cenderung 'terlalu' dewasa untuk umur mereka. Namun saya menikmati bacaan ini, dengan pahit manisnya yang kadang membuat saya merenung sejenak (karena novel ini mengingatkan saya akan beberapa orang dekat). Beberapa quote sangat memorable dan bagus. Yang kurang saya sukai hanya plotnya yang agak random, juga beberapa dialog yang terkesan terlalu terburu-buru, kurang natural dan agak dipaksakan (show, rather than tell).

Overall, saya suka. 3.5 :)
Profile Image for Utha.
821 reviews393 followers
May 11, 2018
Salah satu teenlit favorit sepanjang masa yang akhirnya cetak ulang di GPU. Layk~!
Profile Image for cindy.
1,981 reviews153 followers
May 25, 2018
Novel yg mulainya biasa-biasa saja, agak terpatah-patah, riuh dgn kesembronoan khas remaja, tapi makin ke belakang makin dalam konflik dan pemikirannya. Perkara melepaskan memang tak pernah mudah, sesepele atau seserius apapun. Dan ending cerita ini bikin aku nangis bombai sendiri....

Aku suka karakter-karakternya dan interaksi antara mereka. Semuanya mengalir dan terasa realistis. Yang terutama tentu adalah obrolan Raka dan Nathan. Nathan yg dingin, kelewat skeptis melawan Raka yg terlalu peduli tapi gak pedulian. Ancur dunia, wkwkwk... ;) gak heranlah mereka berakhir jd bromance (wakaka, kalo di manga yaoi, ini sdh jd Tonou x Ikeda #eh). Selain itu, masalah yg dihadapi Sarah dan Nadya juga sangat nyata. Yg satu terlalu baik sampai gak bisa bilang Tidak, yg satu lagi gak tahu kapan harus membagi tugas. Doooh... i feel you sisters, been there done that!

Aku jg suka referensi2 ringan yg bertaburan di novel ini. Literatur, lagu klasik, sejarah, dll.

Endingnya... ya ampun endingnya.... 👍

#GD
Profile Image for Sandra Bianca.
128 reviews4 followers
October 3, 2018
Full review → https://biancatwinbee.blogspot.com/20...

Seperti biasa, aku nggak punya ekspetasi tinggi pada genre teenlit, karena pada umumnya tema dan alur ceritanya sudah familier. Nggak banyak buku yang bisa bikin aku terharu, but this story is so beautiful. Memang dalam buku ini lebih menekankan peran Raka dalam kehidupan teman-temannya, terutama untuk Nathan, Nadya, dan Sarah. Sifat Raka yang doyan ikut campur, ngeyel, sekaligus apa adanya membawa perubahan pada hidup mereka. Nathan yang menemukan keajaiban, Nadya yang menemukan impiannya, dan Sarah yang menemukan keberaniannya.
Profile Image for Stefanie Sugia.
731 reviews177 followers
February 22, 2010
Buku ini menceritakan tentang persahabatan Caraka, Nathan, Nadya dan Sarah. Awalnya mereka merasa bahwa tidak ada kecocokan sama sekali di antara mereka. Namun seiring dengan waktu, satu demi satu mulai saling mengenal lebih dalam dan tumbuh rasa persahabatan.
Selain berkisah tentang persahabatan, ada juga sedikit bumbu-bumbu percintaan yang sepertinya tidak pernah absen dalam buku-buku remaja. :)

Novel ini menurutku bagus, ditulis dengan baik dengan plot yang jelas. Hanya saja sepertinya pikiran dan ucapan tokoh-tokoh dalam cerita ini terlalu dewasa untuk remaja kelas SMA 1 (entah memang tokohnya dirancang seperti ini atau bagaimana). Tapi banyak hal yang bisa dipelajari dari ucapan mereka (terutama Nathan yang adalah karakter favoritku dalam cerita ini :D)

Recommended untuk pecinta teenLit.
Profile Image for nasya.
758 reviews
January 19, 2022
buku teenlit kayak gini tuh selera aku banget sih. kayak pertemanan orang yang sifatnya bertolak belakang dan punya masalahnya sendiri. dan gila si, bagian nathan nangis parah:"
Profile Image for Dya Ragil.
Author 8 books42 followers
June 15, 2012
Well, kemarin setelah terbengong-bengong di depan rak buku Gramedia dan kebingungan memilih antara Let Go atau Refrain, akhirnya saya pilih Let Go (harganya lebih mendukung isi dompet saya, btw *plak*). Ah, Refrain kapan-kapan yah? Saya nabung dulu. (Apaan nih? Kenapa malah curcol?)

Oke, dan pilihan saya rupanya gak salah-salah amat.

Let Go termasuk buku yang bisa saya rampungkan dalam dua kali duduk (tersela sholat Ashar dulu soalnya, kalau gak pasti dalam sekali duduk udah rampung tuh). Dan satu reaksi yang langsung keluar di otak saya setelah menyelesaikannya: ini manga banget! Saya bahkan bisa membayangkan setiap adegannya tanpa terkecuali dalam panel-panel manga. Saya bilang begitu, bukan berarti gak suka. I loves manga, anyway. So, it’s okay. Dan kalau boleh bilang, style menulis saya juga termasuk dalam aliran mangaish, jadi seneng aja nemu novel dengan style sama. Eksekusinya juga mantap, pula. Sederhana, tapi mengena. Favorit saya.

Oke, pertama, kenapa saya bisa jatuh cinta sama Let Go atau Refrain? Padahal, biasanya saya kalau ke toko buku selalu memilih novel bertema agak berat kayak fiksi fantasi. Tapi, sampul kedua buku itu bener-bener menarik. Sederhana, tapi keren. Salut deh sama Gagas Media yang selalu berhasil bikin ilustrasi sampul yang keren-keren. Warnanya biru pastel, pula. Ditambah burung-burung yang kelihatan banget sketsa pensil (atau hasil potret, tapi diedit selayaknya sketsa pensil?), hasilnya jadi lembut banget. Selembut cerita dalam novel ini. Yeah, don’t judge a book only by its cover. That’s right. Tapi tetep aja cover berpengaruh.

Hmmm, novel ini bercerita tentanga 4 orang: cowok badung tapi kelewat baik ke semua orang; cowok cakep, tajir, jenius, tapi tingkat kesadisannya gak usah ditanyain lagi; cewek sempurna tapi kesibukannya gak manusiawi sampai kewalahan sendiri; cewek pemalu, baik, pintar, tapi kena inferior complex dan gak bisa bilang “tidak” ke orang lain. Dan keempatnya digabungkan oleh wali kelas mereka ke dalam tim mading sekolah bernama Veritas.

Dilihat dari 4 karakter itu, ini khas stereotip manga-manga Jepang. Untungnya eksekusinya mendukung. Yah, persahabatannya kental banget, tentunya ada selipan cecintaan di dalamnya. Yang bikin saya salut dan seneng banget sama buku ini, cecintaan gak mendominasi. Cecintaan seperti tambahan di sini, tapi gak cuma tempelan. Lebih ke persahabatan sih sebenarnya, terutama antara Caraka dan Nathan. Sejak awal sudah mengindikasikan bahwa mereka bakal deket. Saya aja langsung tereak: BROMANCE DETECTED! XD

Tapi, saya suka. Mengingatkan saya akan bromance antara Niwa Daisuke dan Hiwatari Satoshi dalam animanga D.N.Angel. Dan lagi, kondisi mereka mirip pula. Yang satu baiknya gak tanggung-tanggung. Yang satu sakit-sakitan. Yang satu berusaha keras pengin menjalin persahabatan. Yang satu menghindar mati-matian, meskipun alasannya agak beda.

Dan waktu Sarah mengungkapkan rasa sukanya ke Caraka, saya langsung ingat animanga Honey and Clover. Beneran, caranya Sarah itu “mirip” sama caranya Ayumi pas mengungkapkan rasa suka ke Mayama (biarpun Ayumi lagi mabuk dan ngungkapinnya pas Mayama menggendong Ayumi pulang). Mana reaksi penolakan si Caraka sama persis kayak reaksinya Mayama, pula. Yah, saya selalu memaki dalam hati: kesamaan ide memang mengerikan!

Waktu perasaan Caraka akhirnya diterima Nadya pun, saya langsung ingat Kimi ni Todoke. Saking leganya setelah tahu Kuronuma gak benci sama dia, Kazehaya langsung lemes dan jatuh terduduk (atau terjongkok ya? Saya agak lupa), lega bukan main. Dan Kuronuma ikut-ikutan jongkok dan senyum manis banget ke Kazehaya. Aiyah, mirip kan sama kelegaannya Caraka dan reaksinya Nadya? Well, stereotip manga shoujo sih. Tapi, eksekusinya bagus. Itu yang saya suka.

Twistnya juga bagus. Penerapan planting-harvest-nya lumayan kena-lah. Ya soal bapaknya Caraka, ya soal Nathan (sial, saya sebel banget sama Mbak Windhy gara-gara gak tanggung-tanggung nyiksa karakter favorit saya ini). Yah, walaupun sudah bisa agak-agak ketebak sama saya, soalnya stereotip animanga sih plotnya.

Soal karakter, saya harus bilang bahwa karakterisasinya kuat. Terutama Caraka dan Nathan. Interaksi mereka berdua keren, anyway. Saya paling suka kalau sudah masuk scene di mana mereka berdua adu mulut. Percakapan mereka agak ‘bodoh’, childish, tapi mengena. Yah, bisalah membayangkan orang yang bisanya main otot tapi kalau sudah ngomong ngototnya gak ada yang bisa ngalahin perang mulut sama orang bermulut sadis yang bahkan sanggup secara cerdas mementahkan kata-kata gurunya hingga bikin speechless … beneran, terkadang percakapan mereka bikin saya ngakak guling-guling XD

Dialognya juga cerdas, dan kespontanannya gak maksa. Well, tapi bener deh. Kaku banget. Seolah tokoh-tokoh di novel itu—termasuk ABG-nya—berusaha keras menerapkan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi gagal. Soalnya, perpaduannya dengan bahasa slang sehari-hari gak nyatu dan gak mulus. Banyak juga kalimat-kalimat keren dalam novel ini. Eh, ralat: BANYAK. BANGET. Sampai-sampai rasa-rasanya tiap satu atau dua lembar sekali ada aja yang isi omongannya keren banget. Tapi, sayangnya, cara pesan-pesan itu masuk ke dialog setengah maksa. Gak luwes dan gak natural. Untuk sekilas saya mikir: kayaknya Mbak Windhy ngebet banget pengen masukin semua quote keren yang pernah terlintas di benaknya dalam satu buku. Alhasil, bejubel. Kayak lagi masukin banyak banget barang ke dalam tas ransel, tapi saking banyaknya jadi harus menjejalkannya (jadi inget pas nyiapin barang-barang buat kemah).

Yang bejubel gak cuma kalimat kerennya, tapi juga informasinya. Gila, ada yang menghabiskan dua atau tiga halaman sendiri cuma untuk menjelaskan isi kitab Negarakertagama. Dan itu gak ngaruh ke cerita biarpun dihilangkan, paling juga cuma buat menegaskan kalau si Caraka jenius Sejarah. Tapi, cuma itu. Dan yang lebih parah, gak ada follow-up-nya sama sekali. Habis jelasin isi kitab itu panjang lebar, ya udah selesai. Gak disinggung-singgung lagi. Ya mau gimana lagi? Hubungannya ke cerita aja gak ada sama sekali.

Dan gak cuma itu, informasi tentang lagu-lagu klasik, film-film, pengarang novel dan buku-bukunya ... well, bener-bener bejubel. Dan yang lebih parah, seringkali dijejalkan di satu tempat, gak disebar. Jadi bikin saya agak mengernyit dan setelah selesai membaca, ya otomatis langsung terlupakan semua. Saya gak bilang buruk. Bagus kok. Jarang-jarang ada penulis bisa memberikan informasi aktual dalam novelnya. Tapi, ini banyak banget. Terlalu banyak.

Ada juga dialog yang naudzubillah panjangnya.... Terutama pas Bapaknya Nathan curhat ke temen-temen anaknya, itu semuanya meluncur gitu aja tanpa proses yang cukup. Gak cuma itu sih, tapi ... ah, coba baca sendiri saja :)

Kalau boleh saya bilang, novel ini istimewa. Jarang-jarang lho teenlit menawarkan tema yang agak berat begini. Dan saya suka. Apalagi ternyata dieksekusi secara apik. Tapi, sayang, deskripsinya kurang, Mbak Windhy. Saya tahu ini POV 3, tapi ini kan POV 3 limited, sudut pandangnya terbatas dari pihak si Caraka. Selain deskripsi tempat dan suasana yang perlu ditonjolin lagi, deskripsi perasaannya si Caraka boleh kok dieksplor lebih dalam. Walaupun gak sedalam POV 1. Tapi, jujur deh. Ini kelewat sedikit. Lebih banyak telling lewat dialog, kayaknya yah?

Oke, akhir kata, saya suka tema yang diambil Mbak Windhy. Dan saya juga suka cara eksekusinya. Seperti yang saya bilang, karena gaya kita sama-sama mangaish, Mbak. Novel ini akan selalu menempati tempat yang spesial di rak buku saya. Walaupun bergabung dengan novel-novel fiksi fantasi sih :)

Hmm, saya menanti karya Mbak Windhy selanjutnya. Ngomong-ngomong, saya jadi pengen baca Touche. Itu fantasi kan yah? XD

This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for ☆ chu ☆.
92 reviews17 followers
July 6, 2022
kurang suka sama gaya penulisan narasinya tp tetep SEDIHHHH😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭💔
Profile Image for yun with books.
699 reviews243 followers
May 18, 2018
Berkisah tentang persahabatan Nathan dan Caraka.
Caraka adalah seorang yang periang dan konyol, sedangkan Nathan adalah seorang yang dingin dan "kejam".
Dengan latar belakang kelas 10 SMA, drama persahabatan, cinta dan kehilangan menjadi inti utama dari buku ini.


Novel ini merupakan novel lama yang diterbitan "lagi" dengan cover baru oleh Gramedia. Saya menyukai Windhy Puspitadewi sejak membaca karya-karya Touche-nya. Jadi saya penasaran untuk mencoba membaca novel ini.
Untuk saya yang berusia 20-an ke atas, novel ini sangat terlalu "kekanak-kanakkan" dari segi plot dan konflik. Tetapi, saya mengapresiasi gaya penulisan dan memposisikan diri saya sebagai siswa SMA dan akan sangat menyukai buku ini.

Caraka menjadi tokoh yang easy going, berasa ingin memiliki sahabat seperti Caraka. Kisah cintanya pun realistis sekali bagi siswa SMA.
Profile Image for Kursi Seimbang.
175 reviews23 followers
August 12, 2021
Sudah lumayan lama semenjak terakhir kali baca teenlit dan Let Go tidak menghancurkan ekspektasiku. Mengisahkan Caraka, Nathan, Nadya, dan Sarah yang bekerjasama untuk melangsungkan Veritas, Let Go dikemas benar-benar terkemas dengan baik. Persahabatan, cinta, keajaiban, semuanya lengkap.

Manusia bisa hidup dengan dua cara: (1) hidup tanpa mempercayai keajaiban sama sekali; & (2) hidup dengan meyakini segala sesuatu adalah keajaiban.

Karakter-karakter di Let Go menyerupai magnet yang saling tarik-menarik. Dinamika mereka seimbang, perkembangan karakternya cukup, dan plotnya selesai. Aku paling suka dengan hubungan persahabatan mereka di buku ini. Jika Nathan memasang gembok untuk mengekang dirinya, maka Caraka adalah kunci yang dengan mudahnya membuka gembok tersebut karena dia adalah kunci yang tepat untuk Nathan.

Terima kasih aku ucapkan spesial kepada Lana yang sudah merekomendasikan buku ini!
Profile Image for Azia.
243 reviews11 followers
May 2, 2011
Gara-gara semalem engga bisa tidur,gw akhirnya mengambil buku ini untuk bacaan pengantar tidur. Tapi yang ada jadi lebih engga bisa tidur, karena ceritanya bagus dan sayang banget buat naruh buku ini lagi disamping bantal. Ada si Raka yang suka bikin onar, Nathan yang pintar namun sinis banget ama orang, Sarah yang tidak bisa menolak , dan Nadya si cewek tangguh. Mereka disatukan oleh bu Ratna, wali kelas mereka, dalam kegiatan Mading Sekolah, Veritas. Sebenarnya bagi Raka ini sebuah hukuman karena dia sudah dua kali berkelahi dalam satu bulan,baru juga masuk sekolah udah berantem. Dia nyaris saja dikeluarkan dari sekolah. Kisah persahabatan diantaranya bergulir dengan lancar,khas anak SMA. Suka banget deh ceritanya karena bisa memberikan aura yang positif bagi remaja yang sedang mencari jati diri dan belajar memaknai arti persabahatan. ^^
Profile Image for Bila.
314 reviews21 followers
August 14, 2018
Don't give someone dream just to take it away. (hal.132)


(Rate sesungguhnya: antara 3.6-3.8 . Beneran aku bingung)

Satu lagi buku zaman SMA yang kubaca ulang. Tapi kalau ini aku udah lupa jalan ceritanya, jadi kaya baca pertama kali, wkwk.

Jadi, ceritanya sih ada 4 orang dengan kepribadian yang sangat berbeda dimasukkan dalam satu tim majalah sekolah. Hmm, cukup menarik.

Dan aku suka dengan ide ini. Ya walaupun mengandung trope yang cukup dibenci pembaca (bukan aku tapi yaa), yaitu cinta segitiga, tapi penulis bisa menumpahkannya dengan baik. Tidak menyebalkan.

Beberapa lelucon yang sebenarnya agak receh di buku ini juga sukses mencerahkan hariku. (Dasar receh kamu Bil!)

Dan jangan lupa, buku ini sarat akan pesan. Beneran. Pesan moral dan amanat akan kalian temukan dengan cukup mudah. Ya soalnya banyak.



Tapi, masalahnya aku bingung dengan alur dari cerita di buku ini. Beneran. Dari awal aku agak bingung ini cerita mau dibawa kemana, sampai di tengah baru agak mendingan.

Dan banyak typo namanya! (entah kalau di edisi lama begini atau engga) Lagi ngomong sama siapa, eh malah nama yang munculnya beda.

(Ga kebayang? Gini. Misal si R lagi ngomong sama N tapi nama S yang muncul. Loh?)

Intinya, aku rekomendasikan buku ini untuk yang butuh teenlit yang tidak hanya penuh makna tapi juga...menyedihkan. Hiks.

Orang nggak bisa milih siapa ayahnya, ibunya, sukunya, warna kulitnya, jenis kelaminnya, bahkan kadang-kadang agamanya. Jadi konyol kalau aku ngejauhin orang gara-gara hal yang nggak bisa mereka pilih sendiri. Kayak orang bego aja. (hal.153)
Profile Image for Rie.
14 reviews
June 28, 2021
BAGUS BANGET!!!

Saya harus bilang bahwa buku ini sangat bagus.

Cerita remaja yang dikemas tidak menye-menye atau klise. Seperti biasa teenlit selalu banyak membahas tentang kisah remaja dengan percintaannya dan segala tindak tanduk khas remaja yang terkadang malah bablas dan membuat bulu kuduk merinding a.k.a lebay. Nah, di cerita ini saya tidak merasakan lebay itu. Tentu saja cerita ini berisi tentang romansa anak SMA (dan sudah pasti ada) tapi tidak membuat cringy or something like you wanna kill the character saking jengkelnya, kalau di sini justru kisah romansa bukan yang utama karena dibahas dengan tidak berlebihan. Pas dan manis. Lalu kisah persahabatan yang dikemas juga tidak kalah manis dan justru bikin baper.

Gaya bercerita yang luwes dan mengalir. Windhy sangat lihai dalam bercerita di buku ini, membuat saya sangat menikmatinya, tahu-tahu saja saya sudah berada pada bab akhir dan mewek-mewek sambil nyusut ingus 😢 Jadi, kalo mau cari buku yang bisa ditamatkan dalam sekali duduk, maka inilah buku yang tepat.

Tokoh dan karakter yang it's not too good to be true. Sering sekali membaca cerita teenlit yang si tokoh utama cowo adalah prince charming digilai banyak cewe and more, more, more wow for everything, dengan tingkah sok jagoan dan tak segan bertindak abusive dan egois. Maybe, you should meet the characters in this book.

Caraka of course 🥰
(I wanna tell a short story, why Caraka 😅) Caraka terancam DO diharuskan menjalani hukuman bergabung dalam Veritas, nama majalah sekolahnya dan bersama tiga orang siswa yang semuanya adalah teman sekelasnya dengan kepibadian yang bertolak belakang dengannya (Nathan, Nadya, dan Sarah). Caraka adalah orang yang terbiasa menggunakan otot sebagai ganti dari tidak pandainya ia merangkai kata-kata. Tapi, justru bersama Nathan, Nadya, dan Sarah, Caraka malah sering membuat ketiganya tertegun dan mematahkan penilaian mereka pada Caraka karena ucapan-ucapan Caraka. Well, Caraka itu doyan ikut campur sih but in a good way. And i really loves Caraka as a fiction's character nor a human tho (if Caraka can really exist in rl) Dia digambarkan sebagai anak yang jago berantem dan tidak pandai pelajaran yang berhubungan dengan sains, dia cuma bisa pelajaran sejarah yang di mana orang-orang tidak menganggap itu sebagai sebuah kebanggaan. Frustrasinya ia dengan pelajaran sains tidak membuat Caraka menjadi siswa yang pasrah menerima keadaannya, dia tetap berusaha mengerjakan tugas-tugas yang diberikan walau itu butuh waktu yang lebih lama dari temannya yang lain. Caraka tahu gimana memanusiakan manusia and, i adore him so much. Dia baik sama semua orang, tanpa pilih-pilih. Yes. Dan mau nolong orang tanpa pilih-pilih. Yes again. Literally.

Ada satu kejadian yang membuat saya sedih, saat Caraka menolong teman sekolahnya mencari kunci motor di sekitar halaman sekolah dan akhirnya berhasil menemukannya. Temannya itu mengucapkan berkali-kali terima kasih pada Caraka karena mau membantunya. Usut punya usut sebelum Caraka datang membantunya, ternyata temannya ini telah satu jam mencari-cari kunci motornya sendiri di halaman sekolah yang luas sekali, dan sama sekali tidak ada yang mau membantu. Padahal banyak orang yang lalu lalang di sekitar situ. Hari berikutnya saat Caraka dan Nadya mengobrol banyak hal, termasuk soal Caraka yang menolong temannya mencari kunci motor (kurang lebih percakapannya seperti ini)
"Aku masih bingung kok bisa dia udah satu jam nyari kunci tapi ga ada yang bantu?"
Lalu Nadya berkata, "Karena dia ga termasuk yang menarik perhatian orang-orang buat dibantu, kecantikan misalnya"
"Jadi maksud kamu dia ga cantik?"
"Secara kasar iya. Kamu pernah dengar cerita tentang ulat dan kupu-kupu. Saat kupu-kupu terjebak di sarang laba-laba walau laba-laba belum makan dalam tiga hari, orang akan segera menolong kupu-kupu itu. Sebaliknya saat ulat yang terjebak di sarang laba-laba tidak akan ada yang mau menolong. Begitupun dengan manusia, terkadang pemikiran seperti itu berlaku, kamu harus cantik dulu untuk bisa menarik orang lain untuk mau membantumu"
"Tapi, aku nggak berpikir gitu"
"Makanya aku bilang kamu berbeda Caraka. Kamu memang benar-benar baik".

Percakapan dalam cerita. Tidak terhitung berapa kali saya tertawa dengan obrolan Caraka dan Dhihan ataupun saat Caraka berkumpul dengan the boys yang lain (Dhihan and the gengs- kata wali kelasnya) khas anak remaja sekali. Lalu saat Caraka mengobrol dengan Nadya membahas tentang film dan musik klasik ini juga menjadi favorit saya, sekalian saya dapat asupan film-film bagus hihi. Caraka saat bersama Nathan juga tidak kalah mengasyikkan, dua karakter yang bagai kutub utara dan selatan tapi diam-diam saling care tapi gengsi ngomongnya membuat convo mereka selalu yang saya tunggu-tunggu. Kelihatan sekali kalau Windhy sangat menguasai setiap pembahasan yang dilontarkan dalam convo para karakter sehingga terasa berisi tapi di saat bersamaan dinarasikan dengan sangat ringan.

Banyak sekali quote yang minta untuk di-mark tapi karena saya bacanya melalui ipusnas akhirnya saya tulis saja di sticky note, beberapa yang saya ingat.

"Orang yang nggak bisa menghargai dirinya sendiri, nggak akan pernah bisa menghargai orang lain"

"Impian itu kayak sayap. Dia membawamu ke berbagai tempat... dan manusia tanpa impian, udah bukan manusia lagi"

"Manusia itu lebih berani menghadapi apapun kalau melakukannya demi orang yang dia sayangi"

Kekurangannya apa ya? Yang saya notice kekeliruan menyebutkan nama, seperti saat Caraka dan mamanya sedang berbicara mengenai Nathan, lalu mamanya kemudian bertanya pada Caraka "Kamu sayang Caraka?" yang seharusnya "Kamu sayang Nathan?". Lalu nama Dhihan yang beberapa kali malah berubah menjadi Dhinan. Itu aja sih, selebihnya... udah ah cerita ini perfecto.

I highly recommend this. 5/5 ⭐
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Shafira Indika.
302 reviews217 followers
March 10, 2022
yakali ga 5/5 sih buatku wkwkwk

Awal-awal baca: 😶😶
Pertengahan: 🥺🥰☺️
Mendekati akhir: 😭😭😭😭😭😭

Review benerannya menyusul ya

Oiya, sebenernya mungkin ada bbrp kekurangan dlm hal teknis. Lebih ke bahasa di percakapan yg agak ga konsisten. Tapiiii entahlah since review ini sangat subjektif dan aku enjoy bgt baca buku ini... hehe 5/5 deh. Ceritanya ringan. Tokoh2nya anak SMA. Pas lah utk aku yg lg mumet dan mau baca bacaan yg ringan. Utk feel nya mnrtku dapet bgt. Aku suka sama tokoh2nya jugaa. Trs gaada part yg drama bgt, semuanya pada porsinya masing2. Aku suka sih karakternya jg realistis.

Update: stlh kupikir2 4.8/5⭐️ lbh tepat karena aku harus fair(?) hehehehehehehe
Profile Image for athiathi.
367 reviews
March 30, 2023
It's pretty good!! But I think some part feels cringe.. even though I enjoyed cause page turner!! 💛
Profile Image for ama ૮ • ﻌ - ა.
128 reviews14 followers
May 31, 2022
actual rate: 3.75/5

this book might not be windhy's best book (i still love incognito more tho), but this book was really heartwarming. aku nyelesein buku ini setengah hari doang.

what i love from this book was eventho the storyline is simple, but it still had deep meaning. tho some lines are really relatable and hit so close to home! i can see this book really had big potential to be a comfort book!
Profile Image for Stef.
590 reviews190 followers
September 8, 2018
Endingnya Ngeselin dan nyesek banget 😭😭. Buku-buku nya kak windhy bener-bener loh slalu bikin hati bolong 😭😭.
Profile Image for Daniel.
1,179 reviews845 followers
June 1, 2018
Windhy Puspitadewi
Let Go
Gramedia Pustaka Utama
268 halaman
7.4

Pertama kali diterbitkan hampir sepuluh tahun yang lalu, Let Go, yang kali ini diterbitkan ulang oleh Gramedia Pustaka Utama dengan beberapa tambahan untuk menjadikan buku ini terasa lebih segar dan relevan, tetap menyajikan kisah remaja yang kocak, hidup, dan mengharukan sekaligus.
Profile Image for Your Bae.
50 reviews2 followers
February 18, 2016
sisi positif:
harus aku akui buku ini bagus, dari covernya yg dibalut cantik dengan sepotong kalimat yg tdk kalah indah indah di bagian belakang cover.
Kisah yg disuguhkan, aku suka dan tertarik dg buku ini karena tema yg disuguhkan mengenai perasaan kehilangan termasuk ada cerita mengenai persabahatan di dalamnya.

sisi negatif:
jujur dr awal bs beli buku ini apa lagi baca sepotong kalimat di belakang cover cukup berhasil membuat aku membumbung tinggi ke planet mars.
yang mengeselakan adalah buku ini penuh dengan typo ato pengetikan yg sangat salah, dan ini banyak bangettt di buku ini. Seriusan.
Contoh pertama, salah satu tokoh pakai kata "kamu" tapi pas dilain waktu pakai "kau"
Contoh kedua, masa iya percakapan dari guru-murid pakai "aku"
Hadeh, yg bener aja... ini sebenernya emang percakapan guru-murid ato justru sebenarnya bukan.
Contoh ke tiga, peristiwa ulang tahun sekolah Caraka, dimana caraka ngobrol berdua dengan "Nadya", dan oh mai god, seriusan baca season ini eh tau tau ya di tengah nama "Nadya" berubah orang jadi "Sarah" tapi gak ada further explanation.
Selain itu, kenapa ya aku ngerasa kok penulis ini gak konsisten antara penggunaan "kau" dan "kamu." Sebenernya, aku pribadi bukan tipe orang yg mempermasalahkan penggunaan tata bahasa soal pemakaian ini, kalau dari awal pakai "kamu" ya kamu kalau pakai "kau" ya kau. Jangan plin plan, aneh bacanya (Aku pribadi risih sih bacanya, entah gimana dg org lain)

Selain itu epilog cerita,
Duh, kenapa sih buru-buru amat ya. Padahal kalo memang Nathan itu di buat untuk mati dlm cerita, aku berharap ada cerita sedikit lebih jauh. Bukan setelah operasi kemudian dibuat tiba-tiba mati. Ah, sayang banget lah. Kesan yg aku tangkep memang ini dibuat buru2 dan supaya cepat tamat.
Profile Image for Clarissa Amabel.
30 reviews22 followers
March 10, 2010
Being the cheapskate that I am, I don't buy books so often. I'd rather borrow them from the library. Last week I decided to buy a book from an Indonesian author, just because I want to read a story based in my homeland. Something to cure homesickness, you know.

Saya tertarik pada novelnya Windhy Puspitadewi karena gaya bahasanya yang ringan tapi nggak terlalu "gaul". Saya mengharapkan novel teenlit kali ini bukan hanya bercerita tentang cinta-cintaan masa SMA, tapi ada makna lain yang lebih oke.

Setelah dibaca, saya emang ngerasa novel ini nggak sama dengan teenlit kebanyakan. Selain gaya bahasanya yang agak beda, novel ini juga penuh dengan nilai-nilai moral yang diselipkan dalam kisah karakternya.

Tapi tetep aja saya nggak bisa menghilangkan "nagging feeling" ini.. karakter utamanya, Caraka, mirip banget ih sama Sakuragi di komik Slam Dunk. Kalo dipikir-pikir, tingkah laku karakternya memang kayak tokoh-tokoh di manga Jepang. Sarah seperti tipikal cewek malu-malu di komik, trus adegan saat dia menyatakan perasaannya sama Caraka... for lack of better words, shoujo manga banget.

Buku ini juga agak pelit sama deskripsi. Kegiatan yang dilakukan karakternya hanya dibeberkan, padahal saya kepengen melihat insight tentang pikiran si karakter saat melakukan ini-itu.

Plot twistnya lumayan bisa ditebak, tapi tetep aja saya semangat membacanya sampai selesai dalam semalam. Termasuk teenlit Indonesia yang lebih bagus di atas rata-rata (yang udah saya baca).
Profile Image for Ratih Widiastuti B.
62 reviews10 followers
November 5, 2011
i'm already finished read this book. Sama dengan cerita windhy Puspitadewi sebelumnya, novel ini mengisahkan tentang persahabatan, dimana beberapa tokoh mencari jati diri dan keluar dari masa lalu. Novel ini merupakan novel sedih menurut ku, tapi novel sedih yang ga menye-menye, ada sedikit kisah cinta yang menurutku cukup menarik dan sesuai realita.
Membaca novel ini ga bosan dan ceritanya cukup ringan. Dimana novel ini terdapat 4 tokoh utama Raka, Nadya, Nathan, dan Sarah yang di amsukkan di klub majalah sekolah Veritas oleh gurunya sendiri (yang menurutku keren banget) Bu Ratna. Banyak kejutan yang mereka temukan setelah bergabung di majalah. Tokoh Nadya disini menurutku keren banget, ada ya cewek kaya gitu, cuma yang pingin bikin gemes itu sifat ga mau minta tolong orang lain itu lho.... hahaha (like me before).
Ceritanya ringan dan fresh dan jauh dari kesan menye-menye yang aku suka dari novel ini.
recomended buat anak sma, atau anak kuliahan semester akhir yang lagi ngejar skripsi kaya aku karena ceritanya ringan banget.
Profile Image for Ra.
6 reviews1 follower
June 22, 2023
seperti tulisan di cover belakang buku, this book has everything. like, everything. heartwarming, but also.. it hurt me, a lot.

Caraka Pamungkas, aku yakin kalau di dunia ini ada orang seperti kamu, dan aku harap keajaiban sepertimu akan menimpaku. dari tampangmu yang kubayangkan, seperti kata Nadya, dirimu penuh kejutan.

satu lagi, terima kasih sudah meluangkan waktumu untuk membantu seseorang, yang kamu lakukan itu nggak sia-sia. walaupun akhirnya—mungkin—nggak sesuai harapanmu.

banyak banget kalimat dari buku ini yang aku suka, tapi males ngutip soalnya aku gapunya buku fisiknya.

untuk Nathan, you really stole the show. kamu punya karateristik yang patut untuk dijelajah oleh siapapun yang membaca, dan mereka akan mengertimu. cara bicara khas mu yang suka menampar orang dengan segala kenyataan kehidupan. sakit, jujur.

untuk kalian yang sempat membaca ungkapanku, terima kasih. plus, aku rekomen kalian untuk membaca buku ini.

"Manusia itu lebih berani menghadapi apa pun kalau melakukannya demi orang yang dia sayangi,"
Profile Image for Annelice.
200 reviews8 followers
December 15, 2022
Bintang 2.

I don't know why. Tapi saya nggak suka banget sama novel kali ini T.T
Plot hole dimana-dimana. Cerita kaya tak tak tak gitu loh. Kaca baca komik, tiba-tiba di scene A, lalu tiba-tiba pindah ke scene B.

Let Go bercerita tentang Caraka alias Raka, seorang murid yang suka berkelahi, hampir di DO karena sering berbuat Onar dan tidak peduli terhadap pendapat orang lain. Raka yang selalu membuat para guru emosi akhirnya dihukum untuk masuk ke tim redaksi majalah sekolah. Disana ia menjadi seksi bantu-bantu bersama Sarah yang pemalu, Nadya yang tegas dan Nathan yang jenius tapi dingin. Apakah Raka akan betah bergabung bersama anggota tim yang wataknya sangat bertolak belakang dengannya?

Well, kurang lebih begitulah ringkasan blurpnya. Persahabatan dengan berbagai macam watak.

Sebenernya temananya bagus sih, bagaimana kita bisa menyatukan perbedaan demi tujuan bersama yaitu persahabatan. Tapi yaitu, ada beberapa hal yang menurut saya membuat novel ini nggak begitu menarik.

Pertama tentang Caraka alias Raka. Diceritakan bahwa dia hobi berkelahi, membuat onar dan hampir di DO. Tapi masalah dia itu apa??? Apa yang membuat dia jadi hobi berkelahi? Apa yang membuat dia jadi berkelahi? Tendakan pembuat onarnya itu apa? Kenakalanya itu apa?? Nggak ada penjelasanya. Hanya digambarkan bahwa tokoh tersebut hobi berkelahi. Mau kelahi juga ada alasanya kali. Dan perasaan dia hanya berkelahi 2x ya, kesini-kesini malah seluruh anak menganggap dia pribadi yang baik, penolong, pintar, pengertian. Jadi kaya engga nyambung gitu. Dibilang pembuat onar tapi justru dijelasinya dia anak yang disenangi seluruh murid cewe dikelas karena kebaikannya. Dia bahkan jadi Hero disini. Nggak tau lagi deh sama kebaikan macam apa lagi.

Kedua, banyak ketidak konsistenan dalam penyebutan kata kamu, kau, aku dan saya. Kadang pakai kata kamu lalu tiba-tiba berubah jadi kau. Kadang pakai katau aku lalu tiba-tiba saya. Bahkan wali kelasnya menyebut dirinya sendiri sebagai "aku" bukan "ibu".

Ketiga, tentang bu Ratna. Si wali kelas yang tau segala hal sampai bikin merinding. Beliau baik hati, tapi juga misterius sebenarnya. Dari mana seorang guru tau kehidupan muridnya sampai ke keluarganya? Beliau menyuruh Raka tanya kepada mamanya arti kehilangan dan bertahan hidup. Beliau yang membuat Raka masuk ke tim supaya Nathan mau operasi, dia pula yang memberikan surat kepergian Nathan untuk Raka. Kenapa semuanya serba bu Ratna??? Guru saya disekolah perhatian tapi nggak gitu-gitu amat.

Keempat, tentang bromance Nathan-Raka yang em.. 'aneh. Mungkin perasaan saya aja kali ya wkw. Saya nggak tau apa yang membuat Nathan, seseorang yg notabene cuek, dingin, lempeng, keras kepala, bermulut pedas dan tajam bisa tertarik dengan Raka. Bahkan sampai rela operasi demi temannya itu. Padahal mereka nggak akrab-akrab amat. Chemistry mereka nggak masuk di saya gitu lohhh. Jadi saya nggak habis pikir. Mereka temenan juga baru.

Kelima, tentang alasan Raka membeci Papanya. Entahlah nggak masuk akal.

Keenam, tentang blurpnya

"Kau tahu apa artinya kehilangan? Yakinlah, kau tak akan pernah benar-benar tahu sampai kau sendiri mengalaminya"

Ini ditujukan untuk Raka kan. Dia sudah pernah kehilangan papanya dan dia baik-baik saja. Dia juga baik-baik saja saat Nathan pergi. Dan menurut saya engga menyedihkan itu si Raka.

Yah itulah unek-unek saya, selebihnya saya suka-suka aja sih sama novel ini. Sama segala ucapan sinisnya Natha, kata-kata mutiara dari para tokohnya, sama sarkasmenya. Saya suka.
Displaying 1 - 30 of 368 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.