Jump to ratings and reviews
Rate this book

Subuh

Rate this book
Mengandung tiga buah cerpen Pramoedya Ananta Toer yang menampilkan beberapa cebisan kisah revolusi Indonesia. Tiga cerpen tersebut adalah: "Blora", "Jalan Kurantil 28", "Dendam". Dalam kesemua cerpen ini, Pram menggunakan penanya yang begitu tajam merobak-rabik segala kepuraan dan meluahkan dengan kental rasa kemanusiaan yang menjelujuri setiap karyanya dari awal sampai akhir.

70 pages, Paperback

First published January 1, 1961

11 people are currently reading
248 people want to read

About the author

Pramoedya Ananta Toer

62 books3,103 followers
Pramoedya Ananta Toer was an Indonesian author of novels, short stories, essays, polemics, and histories of his homeland and its people. A well-regarded writer in the West, Pramoedya's outspoken and often politically charged writings faced censorship in his native land during the pre-reformation era. For opposing the policies of both founding president Sukarno, as well as those of its successor, the New Order regime of Suharto, he faced extrajudicial punishment. During the many years in which he suffered imprisonment and house arrest, he became a cause célèbre for advocates of freedom of expression and human rights.

Bibliography:
* Kranji-Bekasi Jatuh (1947)
* Perburuan (The Fugitive) (1950)
* Keluarga Gerilya (1950)
* Bukan Pasarmalam (1951)
* Cerita dari Blora (1952)
* Gulat di Jakarta (1953)
* Korupsi (Corruption) (1954)
* Midah - Si Manis Bergigi Emas (1954)
* Cerita Calon Arang (The King, the Witch, and the Priest) (1957)
* Hoakiau di Indonesia (1960)
* Panggil Aku Kartini Saja I & II (1962)
* The Buru Quartet
o Bumi Manusia (This Earth of Mankind) (1980)
o Anak Semua Bangsa (Child of All Nations) (1980)
o Jejak Langkah (Footsteps) (1985)
o Rumah Kaca (House of Glass) (1988)
* Gadis Pantai (The Girl from the Coast) (1982)
* Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (A Mute's Soliloquy) (1995)
* Arus Balik (1995)
* Arok Dedes (1999)
* Mangir (1999)
* Larasati (2000)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
31 (30%)
4 stars
35 (34%)
3 stars
26 (25%)
2 stars
6 (5%)
1 star
3 (2%)
Displaying 1 - 16 of 16 reviews
Profile Image for Nazmi Yaakub.
Author 10 books277 followers
January 14, 2016
Penjajahan dan peperangan ialah mimpi ngeri pada diri sendiri yang mengubah manusia dari dalam dan menghantar mereka pada dunia yang tidak akan pernah sama lagi kerana nostalgia menjadi detik paling waras dalam seluruh kehidupannya kini. Begitulah Pramoedya Ananta Toer bercerita lewat tiga cerpen yang berdiri sendiri tetapi bersatu pada makna yang sama; Blora tentang tahanan politik, Jalan Kurantil 28 mengenai mantan tahanan politik dan Dendam seperti judulnya adalah period yang akan meninggalkan tanda tanya kepada kita yang mana satu lebih zalim antara kezaliman dan dendam selepas kezaliman itu.
Profile Image for Muhamad Fahmi.
125 reviews22 followers
May 16, 2016
Begitulah Pram dengan penulisan zaman peperangannya, cerita tahanannya berkisar daripada kehidupan zaman Indonesia yang dijajah. Melalui penanya yang menulis inilah, kita dapat gambarkan suasana peperangan sekitar zaman tersebut dengan terperinci, latar masyarakatnya yang berjuang untuk meneruskan kemandirian hidup.
Profile Image for Adriana.
68 reviews12 followers
February 16, 2012
Subuh merupakan sebuah buku karya Pramoedya Ananta Toer yang mengandungi tiga buah cerpennya yang berkisarkan kisah revolusi di Indonesia.

Blora

Selama dua tahun Pram menjadi tahanan politik. Sejurus keluar dari penjara, dia kembali ke kota kelahirannya; Blora. Sekembalinya di kampung halaman, segala-galanya telah berubah, yang dilihatnya cuma kesengsaraan dan kemiskinan. Inah; gadis yang pernah menjadi pujaannya kini pelacur. Neneknya; kini mengemis. Rumahnya; yang berdiri cuma tiang-tiang, langit bumbungnya. Dan Cuk, adiknya; yang tempang kakinya, mati ditangannya.

Jalan Kurantil 28

Dahulu sordadu itu gagah, berani, kuat; ditakuti musuh, disegani kawan. Kini yang membalut tulang itu cuma daging lesu, seragam lusuh; kurus kering persis mayat hidup. Mahmud. Setelah datangnya revolusi segalanya kacau bilau. Rumahnya dibaham api. Rumah tangganya hancur. Kerana itu dia menuntut dendam. Khabar angin tersebar. Otaknya bersepai ditujah peluru hidup. Tahun demi tahun. Dia kembali dari penjara. Segalanya telah berubah. Rumahnya hangus. Tanahnya tergadai. Isterinya kini milik sahabatnya. Anaknya punya ayah; tapi bukan dia ayahnya.

Dendam

Berlatarbelakangkan November 1945, tatkala pemuda-pemudi di Indonesia berkobar-kobar untuk memohon menjadi perajurit, seorang pemuda juga turut memohon. Dia diterima. Mungkin kerana dia perajurit baru atau memang hatinya punya sifat prikemanusiaan, dia tidak selesa dengan kekejaman. Suatu hari, tertangkapnya seorang tali barut Jepun yang telah menyebabkan kematian sebelah orang perajurit. Duri dalam daging tersebut dimalukan, diseksa, dibunuh dihadapan khalayak oleh perajurit-perajurit. Malamnya, giliran anjing-anjing yang bersahutan menyambung seksaan terhadap mayat Si Pengkhianat.

http://jiwarasagelora.blogspot.com/20...
Profile Image for Hasnul Adin.
46 reviews28 followers
August 16, 2015
Tiada dapat aku memahami apa yang cuba disampaikan dalam novel Pram ini. Mungkin aku kena mulakan dengan tulisan-tulisan beliau yang lain dahulu.

Tulisannya santai namun aku merasakan ianya sedikit berterabur. Ada bahagian yang tak jelas apa yang mahu diceritakan. Tahu saja daripada A terus ke D. Mudahnya begitulah kot.
Profile Image for Ageng Indra.
119 reviews24 followers
October 25, 2017
"Dulu aku memang orang yang punya peri kemanusiaan. Aku suja memuja keindahan. Tapi bangsat-bangsat itu membuat aku begini dan mukaku dituangi air keras. Dan aku diajari tak segan-segan berbuat begitu pula," kata Wit dalam cerpen 'Subuh'.

Ketiiga cerita dalam.buku membicarakan sisi kemanusiaan yang direnggut oleh perang. Pram menghadirkannya lewat mimpi dirinya ketikanl keluar penjara dan menemui keluarganya tak lagi punya belas kasih. Juga melalui sosok Mahmud dalam 'Jalan Kurantil 28' yang juga keluar dari penjara, bertemu istrinya yang sudah menikah dengan temannya—dan seorang anak yang tak tau lagi anak Mahmud atau anak temannya. Keluarga itu masih penuh belas kasih dan mau menerima Mahmud, tapi ialah yang telah kehilangan harapan hidup.

"Di mana pun jua, penjara menghilangkan ketahanan berpikir."

Menjadi tentara yang membela tanah air juga tak jauh beda dengan dipenjara. Kemanusiaan bisa dikesampingkan, atau malah diragukan dengan dengan membela bangsa sebagai dalihnya. "Ini bukan caranya kemanusiaan bekerja. Aku tak berani. Apa yang kuperbuat hanya melindungi mukaku dengan bayangan. Dan nyatalah padaku kini — aku penakut. Aku pengecut. Dan penakut sama dengan pengkhianatan."

Dalam 'Dendam' tentara lain yang baru saja membunuh mendatangi aku, yang 'mabok liat darah'. Katanya, "Kalau bung baru saja jadi prajurit, misti mabok. Gua dulu juga 'gitu. Kalau orang lama kagak akan sampai begitu."

Toh si aku akhirnya memahami isi hatinya, "Ini bukan pikiran prajurit. Ini pikiran manusia. Dan tiap manusia ingin kebebasan, juga dalam otaknya."

"Kalau cinta itu ada, aku cinta pada negaraku. Dan kalau cinta ada, pastilah ada lagi yang lebih kucintai dari pada negara."
Profile Image for Alutsyah Luthfian.
5 reviews
March 1, 2022
I would say that this is an intense work of prose by Pramoedya. Apart from some apparent typos, the publisher should have added some information that relates to the story: "komandan peujeum" means "faint-hearted commander," taken from Sundanese "peujeum:" fermented cassava etc. Also to understand this story better, one needs to read Pramoedya's brother biographies, Cerita dari Blora, Cerita dari Jakarta, and Di Tepi Kali Bekasi.
Profile Image for Firdaus Asraf.
6 reviews1 follower
April 24, 2020
Dua cerpen pertama dalam Subuh ternyata sekali melihatkan bagaimana waktu perang menjejaskan mental mangsa-mangsanya.

Baca saja bagaimana pengakhiran kedua-duanya. Watak utama mengambil langkah ekstrem dalam menangani tekanan dihadapi mereka.

Entah sedar atau tidak, Pak Pram telah beribu langkah ke hadapan di zamannya dalam menyentuh isu kesihatan mental.
Profile Image for Galih Surya.
69 reviews
August 14, 2025
“Tulisan beliau selalu tajam memorak-porandakan tabir kemanusiaan yang penuh dengan kepura-puraan. Menurut kaca mata beliau, semua orang pada suatu saat pasti menderita serta penglihatan manusia tergantung dari keadaan hatinya. Maaf pak Pram, kemerdekaan dan kebebasan yang engkau idamkan saat ini hanya sebatas mengibarkan bendera. Kita masih dijajah, oleh bangsa sendiri. Keparat memang.”
Profile Image for siva.
58 reviews
May 14, 2025
buku Pram yang lebih sadis(?)
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Encik Psychopath.
Author 1 book11 followers
April 28, 2013
Cerpen revolusi Indonesia yang menarik dan menghiburkan.

Bahasanya mudah difahami.
Profile Image for Fariza.
212 reviews54 followers
September 30, 2015
"Mengapa aku harus di sini Gus? Manusia yang mengikatkan diri pada tempat yang tak disukainya adalah sebodoh-bodoh binatang." Dan ia berjalan. Tak membutuhkan jawaban lagi. Dan hilang.
Profile Image for Ibed.
10 reviews
June 20, 2016
Tiga cerpen pertama Pram yang pernah kubaca. Buku yang kudapat dari sebuah toko buku di Selangor pada 2016.
Profile Image for Mochammad Taufik.
60 reviews2 followers
July 12, 2016
Termasuk tulisan awal Pramoedya Ananta Toer. Terdiri dari 3 buah cerpen yang berkisah soal perjuangan dan serdadu.
Displaying 1 - 16 of 16 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.