Jump to ratings and reviews
Rate this book

Heart Block: Biarkan Cinta Menemukanmu

Rate this book
Cara terbaik untuk jatuh cinta adalah mencintai seolah-olah kau belum pernah terluka sebelumnya.

Senja adalah penulis sukses yang sedang berada di puncak karier. Publisitas dan ketenaran sudah di tangan, namun bahagia tak kunjung ia rasakan. Senja merasa dunia di sekitarnya menuntut terlalu banyak, menilainya dan mengomentari kekurangan serta kealpaan, seolah-olah kebahagiaan mereka terletak di kejatuhan Senja.

Tak hanya itu, dia juga menemui ketakutan terbesar: kreativitas buntu. Deadline yang kiat dekat semakin memperparah situasi. Senja pun mengambil jalan pintas yang paling gampang saat ini: menyepi dan berusaha menyelesaikan naskah. Hanya itu yang terpikir di dalam benak Senja... sampai dia bertemu seorang pelukis bernama Genta.

Genta.
Sosok yang tak pernah Senja sadari ternyata bentuk dari sesungguhnya cinta yang selama ini dia cari.

316 pages, Paperback

First published January 1, 2010

5 people are currently reading
76 people want to read

About the author

Okke Sepatumerah

13 books48 followers
Okke 'Sepatumerah', perempuan yang (berusaha selalu) pro perempuan, seorang pengajar yang terus belajar, penggemar sneakers, passionate blogger, leisure time face painter and crafter. Suka ngaku-ngaku beauty blogger, padahal kesukaan dandannya musiman. :)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
15 (5%)
4 stars
39 (15%)
3 stars
117 (45%)
2 stars
72 (28%)
1 star
12 (4%)
Displaying 1 - 30 of 45 reviews
Profile Image for ijul (yuliyono).
811 reviews970 followers
April 1, 2010
Novel seru buat para writers wannabe

Kalau tidak salah, awal saya tertarik dengan karya Okke yang berembel-embel nama belakang unik 'Sepatumerah' ini adalah ketika Gagas Media sedang gencar-gencarnya mempromosikan semacam line novel baru, Kamar Cewek, dan Okke menulis novel dengan judul Kamar Cewek juga, beberapa tahun silam. Sayang, meskipun saya suka tetapi saya benar-benar lupa dari jidat-sampai-pantat novel tersebut. Namun, yang pasti, sejak saat itu saya selalu notice jika ada novel baru dengan nama Okke terpampang di covernya yang terpajang di rak ketika kebetulan saya berkunjung ke bookstore. Selain Kamar Cewek, saya ingat pernah membeli-baca novel lain tulisan Okke yaitu Indonesian Idle (cukup suka) dan Istoria da Paz (kurang suka).

Pun, sebenarnya saya tidak secara khusus membeli novel ini di event discount 30% all items Gramedia Grand Indonesia beberapa waktu lalu. Rencana awal saya ingin memborong beberapa buku yang sudah masuk dalam waiting list saya, termasuk buku non-fiksi Soe Hok Gie, tapi sungguh mengecewakan karena buku-buku tersebut tidak tersedia di event tersebut. Agar tidak terlalu kecewa, maka saya mencomot beberapa buku/novel yang saya anggap oke dan salah satunya adalah novel terbaru Okke yang entah salah cetak atau bagaimana di lembar deskripsi awalnya dituliskan "Cetakan pertama, 2010", apa maksudnya ya? Anyway, salah satu yang membuat saya tertarik memasukkan novel ini ke kantung belanja saya adalah garis besar cerita yang saya tangkap dari sinopsis di cover belakangnya. Yap, kali ini Okke sepertinya ingin membagikan salah satu keping perjalanan karirnya di dunia kepenulisan, yaitu bagaimana menemukan cara yang tepat bagi seorang penulis mengurai kemacetan ide ketika mengalami writer's block. Tema ini secara khusus mengingatkan saya pada komunitas kecil baru saya di facebook, yang isinya writers wannabe yang bermimpi bisa juga menulis dan menghasilkan suatu karya tulis yang diterbitkan (Join the group here). Jadi, secara tidak langsung pula saya merekomendasikan untuk membaca novel ini kepada teman-teman saya di komunitas tersebut dan juga para writers wannabe di manapun Anda berada sebagai tambahan wawasan untuk menjejak belantara industri kepenulisan yang nyatanya tidak melulu segampang yang kita kira.

Mungkin karena kadung terhipnotis dengan temanya, maka sejak halaman pertama saya sudah terhanyut dengan alur yang diciptakan Okke. Saya menikmati kalimat demi kalimatnya serupa membaca buku petuah tentang penulisan. Di beberapa bagian saya manggut-manggut, berharap dapat mengingatnya terus dikemudian hari, dan di bagian yang lain saya geleng-geleng karena baru menyadari satu buah fakta baru dunia penulisan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Informasi demi informasi ini dikemas dengan bumbu fiksi yang cukup segar oleh Okke sehingga tidak sampai jatuh kepada tubir kebosanan. Eits, tapi jangan ada yang salah tafsir. Okke tidak terkesan menggurui dalam novelnya ini, tidak sama sekali. Kelihatan sekali bahwa melalui tokohnya Okke berusaha sharing hal-hal non-teknis dari ilmu kepenulisan.

Summary tokoh: Senja (aku, penulis novel pemenang award, mengalami writer's block, liburan untuk mencari jalan keluar, bertemu seorang cowok yang menarik), Genta (pelukis, love interest Senja), Tasya (kakak beda ayah-beda ibu Senja, penyiar, manajer Senja yang super bawel) dan beberapa tokoh lain yang tidak begitu signifikan perannya: Jana, Abram, Ludwina, Demetrius.

Membaca novel ini saya jadi paham, bahwa menjadi apa yang kita maui dan memperoleh penghasilan daripadanya jelas membutuhkan pengorbanan. Belum tentu pula bahwa ketika merintisnya kita akan selalu dapat memilih untuk bertindak "seenak jidat gue". Dalam novel ini Okke menggambarkan bahwa penulis dalam perintisan karirnya tidak melulu hanya sekadar menulis, menulis, dan menulis. Penulis juga harus menghadiri serangkaian acara promosi novelnya yang dapat berupa launching party, roadshow, pelatihan penulisan di daerah-daerah, book signing, dan sebagainya. Dan, kegiatan-kegiatan itu bisa sangat menyita waktu hingga untuk menulis pun sudah tak ada waktu lagi. Rutinitas penulis seolah tak ubahnya seorang artis yang sedang naik daun. Hmm, sepertinya menyenangkan, namun juga melelahkan. Serta, kadang juga agak menyebalkan. Termasuk pula, seorang penulis harus menjadi tahan akan segala kritikan dan tak lantas cepat berpuas kalau dipuji. Novel ini juga mengajarkan untuk tidak menyerah begitu saja apalagi bersembunyi di balik topeng mood. Sebagai seorang yang profesional, tidak lagi pada tempatnya ketika memiliki kewajiban (terikat kontrak) kemudian mangkir dengan dalih mati ide, lagi bete, sedang bad mood, dan alasan lain yang sejatinya hanyalah sekadar justifikasi keinginan untuk mangkir tersebut.

Setelah nyaris tak ada salah editan di buku ketiga seri Glam Girls - Rashi and The Clique, Unbelievable by Winna Efendi, ternyata kesalahan pengeditan tak lolos di novel Okke ini. Beberapa kesalahan teknis penerbitan tersebut antara lain:

Halaman 26: nama Fadly tertulis Fadil
Halaman 77: kata wajahku tertulis waahku
Halaman 287: .....meninggalkan rumah yang pernah kutinggali bersama Tasya, seharusnya ...bersama Genta.


Saya juga agak terganggu dengan gaya pelarian tokoh Senja yang apabila hilang konsentrasi memilih pelampiasan dengan merokok. Dan tidak sekadar merokok, tapi sudah masuk kategori ketagihan a.k.a perokok berat. Itu hak masing-masing sih, tapi kalau sudah menjadi media publik yang dengan gampang dibaca siapa saja (akui saja, sistem labeling apapun di Indonesia ini belum berfungsi dengan baik, tayangan televisi untuk dewasa tetap bisa diakses anak-anak, rokok yang hanya dapat dibeli orang dewasa juga bisa dengan gampangnya diperoleh anak-anak) sehingga rasanya kurang bijak mencuplikan adegan itu dalam media publik apapun. Mengapa sebagai penulis tidak juga ikut serta menyokong program-program pemerintah (bahkan dunia) yang memang bagus. Program Go Green misalnya, atau dalam kasus novel ini adalah Program Anti Tembakau. Coba saja, tokohnya dicarikan pelampiasan yang lain, yang efeknya tidak sebrutal efek rokok ini. Satu lagi, pengambilan porsi yang kurang bijak adalah (awas, spoiler/bocoran) pada bagian dimana Senja akhirnya bersedia tinggal satu rumah dengan Genta. Bukan bermaksud menyombongkan diri sebagai pemilik moral terbaik setanah air, hanya saja harusnya perlu pemikiran berjuta-juta kali untuk membuat scene seperti ini. Bagian inilah yang paling tidak saya suka dari novel ini. Dengungan kata "kumpul kebo" yang melintas ketika sampai part ini sungguh menggelisahkan saya. Oiya, jujur, saya juga membaca-cepat-sesekali-melompat-lompat pada konteks romansa dalam novel ini. Adegan ber-rating R-nya saya lewati dan babak keromantisannya tidak saya baca dengan saksama. Maklum, romansa macam begitu sudah bukan barang baru, hampir sama saja dengan romansa novel-novel lainnya. Maksudnye, gua udah gak sabar pengin tau gimana Senja bisa keluar dari jebakan writer's block-nya, getoo lohh.....hhihihihi

Kritik lain, yang mungkin tidak hanya saya tujukan bagi novel ini saja, adalah soal penggambaran tokoh-tokohnya. Sepertinya sudah menjadi pakem bahwa para tokoh novel-novel urban mostly almost perfect, khususnya di segi penampilan dan penampakan. Baik yang cowok maupun yang cewek. Pokoknya, impian banget dah! Tetapi, ironinya, tak jarang para penulis itu juga secara sadis menghadirkan tokoh antagonis (jahat dalam artian pelaku kriminal atau sekadar sebagai tokoh pengacau suasana) dalam penampilan yang amburadul. Contoh dalam novel Okke ini:

Halaman 124: ...Ia berkepala botak, berperut agak tambun, mengenakan kemeja berbahan halus mengilap, warnanya mencolok mata...dan seterusnya.

Halaman 125:...Melihat pakaiannya, ia seperti hidup di era dan tempat yang salah. Dengan wajah minim kosmetik, tunik putih berenda, rok berbunga, tas hobo, .....dan seterusnya.


Ini menurut saya yang menjadikan novel urban sebagai bahan cemoohan orang-orang yang menyebut diri mereka pecinta sastra. Bagi saya yang awam pun, situasi begini membuat novel-novel urban menjadi kelihatan tidak berbobot. Dan, bahkan pada satu atau dua novel yang pernah saya baca, saya menyebutnya novel munafik karena pada bagian tertentu, si penulis, baik melalui narasi maupun dengan jalur tokoh-tokohnya "menghina" sinetron di televisi kita yang katanya nggak berkualitas sama sekali. Namun, ironinya, justru novel-novel tersebut mengadopsi gaya-gaya sinetron itu. Yang paling kentara, tentu saja, deskripsi para tokohnya itu. Ataukah, pangsa pasar novel-novel urban ini, yang notabene mostly adalah perempuan, suka dengan segala khayalan yang kadang tak masuk akal ini, yang "memaksa" para penulis untuk menciptakan tokoh-tokoh sempurna macam ini? Kalau banyak yang mengatakan iya, maka abaikan saja keluhan saya ini. Dan, buat para penulis, silakan untuk tetap menghadirkan tokoh-tokoh sempurna itu demi memuaskan imajinasi para pembaca Anda.

Heart Block menyajikan konflik yang sederhana, ya seputar writer's block itu. Maka, saya jadi bingung sendiri kalau sekiranya ditanya, "...so, maksud dari heart block apa donk?", seriously, I dunno. Meskipun (awas, spoiler/bocoran) kisah cinta yang menjadi bumbu romansa dalam novel ini dikatakan adalah first love-nya Senja, saya tetap tak bisa mengaitkannya dengan istilah heart block ini. Hahahaha, kali ini saya benar-benar blank soal konektivitas antara judul dan isinya, kecuali kata block-nya. Namun demikian, secara keseluruhan saya bersyukur bahwa saya membeli dan merampungkan baca novel ini. Saya benar-benar mendapatkan kesenangan sekaligus tambahan secuil pengetahuan (yang amat-sangat bermanfaat) seputar dunia kepenulisan dari karya paling anyar Okke ini. Thanks, Okke!

Okay, then, enjoy reading... people!
-------------------------------------------------ups, ada merge review-nya....gara2 salah aplot kmaren nih kayaknya
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
July 10, 2016
Begitu Okke Sepatumerah mengumumkan tentang penerbitan novel terbarunya, buku ini langsung masuk ke dalam daftar-buku-yang-harus-dibeli. Tentu saja, selain melengkapi koleksi novel karya Okke di rak buku-ku, tulisan Okke nyaris tidak pernah terlewatkan oleh saya. Kali ini, saya beli langsung dari Okke, lengkap dengan tandatangannya.
Rasa penasaran saya tertahan cukup lama. Satu bulan. Ini gara-gara jasa ekspedisi yang digunakan untuk mengirimkan buku ini dari Bandung tidak bisa menemukan alamat saya. Rasa penasaran itu juga yang membuat saya memberanikan diri terus “mengejar” Okke lewat segala media sampai buku itu sampai di tangan saya (maaf ya mbak..). Begitu bukunya datang, ternyata ada banyak kesibukan yang membuat novel itu harus menunggu untuk dibaca. Dan akhirnya, siang tadi saya betul-betul membulatkan niat “menenggelamkan” diri di Heartblock. Terbayar sudah rasa penasaran saya.

Heartblock bercerita tentang seorang penulis muda, Senja, yang mengalami masalah writer’s block saat dia harus melaksanakan pekerjaannya sebagai seorang full-writer. Permasalahannya adalah saat itu Senja digambarkan berada di puncak karier. Ketika dia mencoba menepi dari segala kesibukan, dia bertemu dengan sosok pria nyaris sempurna, Genta, pelukis yang juga memiliki masalah sama. Chemistry terjadi di antara keduanya, dan tiba-tiba mereka berdua menemukan kembali “muse” untuk menyelesaikan pekerjaan masing-masing. Pekerjaan selesai, tapi tidak dengan hati mereka.

Btw, komentator anonymous di blog 40 days project-nya Senja kok ya berasa itu Genta ya?

Terlepas dari beberapa kesalahan pengetikan, novel ini bisa dijadikan referensi bagi penulis pemula atau yang ingin berkarir sebagai seorang penulis. Di dalam novel ini tentu saja tidak ada alamat penerbit atau editor ternama, tapi tips-tips tentang menulis cukup tersirat dengan jelas. Apalagi Senja menuliskan khusus mengenai writer’s block pada bagian epilog.

Saya suka dengan kalimat yang diucapkan oleh Genta di dalam novel ini,

“…ini kerjaanku, kalau udah begini, yang namanya mati ide atau nggak mood itu udah nggak ada-kalau nggak, ya nggak makan” (hal.217).

“ketika kamu menjadikan apa pun sebagai profesi, nggak ada waktu untuk mood nggak mendukung atau kehilangan inspirasi” (hal.211).

Bukan hanya menulis, semua hal, ketika sudah masuk daerah profesionalitas, mood tidak berlaku lagi. Sebagai manusia, tentu ada waktu kita merasa lelah, tetapi hal itu tidak menjadi alasan untuk berhenti dan berpaling. Sebagai makhluk yang dilimpahi akal dan hikmat, bisa saja kita menggunakan jalan memutar. Butuh waktu memang, tapi ada tujuan yang harus dicapai.

Heartblock secara keseluruhan masih terasa “Okke banget”. Seperti halnya tokoh Damai pada novel Istoria da Paz (Perempuan dalam Perjalanan) (2008), novel kelima Okke, visualisasi saya terhadap tokoh utama Heartblock, Senja, tidak bisa lepas dari sosok Okke sendiri. Senja yang penulis, Senja yang asisten dosen, Senja yang suka Golden Retriever, Senja yang juga menulis novel adaptasi skenario film. Mungkin Okke memang ingin menggambarkan dirinya, seperti halnya Senja menggambarkan dirinya pada tokoh Kirana di dalam novel yang dibuat oleh Senja.

Anyway, satu quote penutup di novel Heartblock, juga akan saya kutip untuk menutup postingan ini.

“There is no rule on how to write. Sometimes it comes easily and perfectly; sometimes it’s like drilling rock and then blasting it out with charges” (Ernest Hemingway)
Profile Image for Uthi.
111 reviews28 followers
January 28, 2010
finished this in one night. bahkan bukunya juga baru nyampe sekitar 2-3 jam-an sebelom saya mulai baca (saya pesen langsung dari penulisnya by the way). eh ga one night juga deng. couples of hours hahahahah.

sebenernya, jalan ceritanya standar, dan sudah banyak dibikin sama banyak orang. kalo menurut saya, kisah cinta di sini cuman sebagai selingan dan bumbu cerita saja (bener ga sih mba Okke? haha). inti ceritanya sendiri adalah, bagaimana kita tetap bersikap profesional ketika menghadapi writer's block (atau block-block yg lain dalam bidang kerja kreatif. seperti yg sering saya rasakan, architect's student's block HAHAHAH).

yeaa, cukup menohok saya sih.

soal cerita Genta dan Senja, menurut saya ga terlalu penting banget sih (heheheh, maaf yg mungkin sudah terlanjur suka sama Genta. tp saya juga terlanjur suka dan kecewa dengan endingnya *sigh*). yaaa, seperti yg dibilang Tasya di salah satu chapter, kalau Senja dan Genta masing-masing seperti simbiosis mutualisme. Senja yg sedang terkena writer's block butuh semacam pencerahan, Genta juga butuh pencerahan utk lukisan dia.

tutur bahasa dan jalan ceritanya emang khas mba Okke banget. benar-benar total dalam meramu deskripsi sebuah pekerjaan sebagai penulis.

PS: pengen ngasih 3,5 bisa ga sih di sini? heheheh, soalnya belom cukup untuk bintang 4, tp juga lebih dari bintang 3 ;) *ga penting abis*

keep up the good work ya, mba! :D
Profile Image for kira.
14 reviews
November 23, 2022
Aku beruntung bisa baca buku ini! Akhirnya sebuah cerita yang 'nggak kayak biasanya' tapi bisa menghadirkan sebuah kepingan dalam hidup yang terasa sulit dan kukira semua orang merasakan paling tidak satu titik hidup yang nggak jelas arahnya tapi sulit ditempuh. Buku ini bisa jadi teman untuk saat-saat itu. Bukan yang mindblowing banget tapi sebagai pembuka pandangan akan hidup yang sebenarnya: hidup terus bergerak maju dan mau nggak mau kita yang harus menyesuaikan itu. Salut, Kak Okke!!
13 reviews
October 9, 2020
ini salah satu penulis favorite gw. salah satu yg menurut gw cerdas dan kreatif dalam membuat cerita. gak pernah bosen baca karya2xnya. btw, gw udh punya hampir semua novelnya si mba okke sepatumerah. dan skrg lagi menanti-nanti novel selanjutnya. semoga dalam waktu dekat keluar deh karya terbarunya. udh lama juga nih
Profile Image for Yovano N..
239 reviews14 followers
October 15, 2015
Review Kandang Baca: http://www.kandangbaca.com/2015/08/he...

Sejak mendapat pengharagaan sebagai penulis muda berbakat di Tanah Air, nama Senja Hadiningrat melejit. Ia pun diberi kesempatan untuk memperdalam kemampuan menulisnya bersama beberapa penulis muda lain melalui program kegiatan pelatihan menulis yang diselenggarakan oleh sebuah penerbit besar. Namun novel yang ditulis Senja dinilai tak cukup layak untuk diterbitkan. Novel barunya itu dianggap jelek bila dibandingkan dengan Omnibus, karya yang mengantarnya menuju panggung penghargaan.

Oleh Tasya, kakak beda ayah-beda ibunya, Senja disarankan untuk menerima tawaran dari penerbit lain yang bekerja sama dengan sebuah merk fashion sepatu perempuan. Singkatnya, Senja harus menulis novel urban yang mengandung unsur promosi produk sepatu tersebut. Karya Senja itu pun meledak di pasaran. Banyak kaum muda khususnya perempuan yang menyukai novel tersebut. Seiring dengan melejitnya karir Senja sebagai penulis, kesibukannya pun bertambah. Ia wajib mengikuti kegiatan ini-itu yang berhubungan dengan promosi, mulai dari kegiatan book signing, talk show, hingga road show di berbagai kota, yang ternyata cukup melelahkan. Dengan kesibukan yang begitu padat, waktu untuk menulis pun berkurang. Selain itu, Tasya yang kini bertindak sebagai manajer dengan seenaknya menerima berbagai macam tawaran job untuk Senja, misalnya menulis artikel untuk majalah atau menulis novel adaptasi dari film. Semua itu membuat Senja lelah dan ujung-ujungnya mengalami hal yang paling ditakutkan oleh semua penulis: writer’s block.

Belum pulih dari writer’s block, Senja didaulat untuk menjadi pionir 40 Days Project oleh chief penerbit besar yang dulu pernah mengadakan kegiatan pelatihan menulis bagi Senja. Sesuai namanya, 40 Days Project adalah proyek menulis novel selama 40 hari. Senja diminta menjadi icon untuk proyek ini dan diharapkan mampu menggugah semangat para calon penulis muda di luar sana untuk berkarya. Senja menerima proyek tersebut.

Ketegangan yang terjadi di antara Senja dan Tasya membuat Senja mengambil langkah ekstrim dengan kabur ke Ubud, Bali, disertai harapan semoga ketenangan Pulau Dewata mampu mengeluarkannya dari kungkungan ‘penyakit’ yang bernama writer’s block. Di Ubud, Senja bertemu seorang pemuda, Genta namanya. Tapi siapa sebenarnya Genta? Mengapa Senja begitu mudah akrab dengan pemuda yang baru dikenalnya itu? Apakah Genta dapat membantu Senja mengatasi kebuntuan ide menulis, atau justru membuat gadis itu terdistraksi oleh kehadiran dirinya?

Sebenarnya nama Okke Sepatumerah sudah sangat familiar di telinga saya, namun faktanya saya belum pernah membaca karya tunggalnya sama sekali. Sebelumnya pernah membaca tulisan beliau dalam buku kumpulan cerita perjalanan The Journeys. Menurut saya gaya menulis Mbak Okke enak dinikmati, sehingga saya cukup penasaran untuk membaca novelnya. Akhirnya saya memilih Heart Block sebagai permulaan sebab temanya sangat menarik, yaitu tentang dunia kepenulisan.

Dalam novel ini penulis membagi pengetahuannya tentang seluk-beluk dunia tulis-menulis dan penerbitan, khususnya hal-hal non-teknis di dalamnya. Bagian ini menurut saya sangat menarik karena penulis mengemasnya melalui sebuah cerita fiksi. Akan tetapi, cerita dalam Heart Block sendiri tak terlalu membuat saya terkesan. Entah mengapa saya tak merasa berempati pada persoalan yang dihadapi Senja. Saya berusaha untuk menyukai tokoh Senja namun tak bisa. Saya juga tak menemukan chemistry di antara Senja dan Genta, sebab penulis sepertinya membuat hubungan mereka terlalu instan. Hasilnya, saya menutup novel ini dengan perasaan hambar. Saya tak peduli sama sekali pada perasaan Senja di akhir cerita. Bahkan saya nggak tau apa hubungan judul Heart Block dengan cerita. Kalimat di sinposis yang berbunyi, ‘Cara terbaik untuk jatuh cinta adalah mencintai seolah-olah kau belum pernah terluka sebelumnya,’ pun terasa nggak nyambung dengan isi ceritanya.

Namun demikian, terlepas dari jalan cerita yang kurang saya sukai, saya memperoleh banyak informasi bagus sehubungan dengan dunia tulis-menulis, dan saya sangat merekomendasikan buku ini kepada penulis pemula yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai dunia yang ingin digelutinya, beserta suka-dukanya. Menjadi penulis memang tak mudah dan akan terasa berat bila tidak benar-benar punya passion di bidang tersebut. Saat sudah menjadi penulis tenar pun banyak hal yang wajib dilakukan, misalnya yang paling umum seperti promosi melalui talkshow dan book signing. Kegiatan menulis pun menjadi terkendala oleh kurangnya waktu lantaran kesibukan. Belum lagi jika karya penulis mendapat review yang bernada negatif dari para pembaca. Tak sedikit loh penulis yang muarrah atau malah down setelah membaca review negatif. Kalau sudah begini sih, tinggal bagaimana cara penulis menyikapi semuanya dengan bijak. Ada pesan bagus dari Mbak Okke mengenai hal tersebut:

“Kamu nggak bisa menyenangkan semua orang. Penikmat karya kita punya latar belakang yang berbeda-beda, pendidikan, minat, umur, gender, sosial, ekonomi, cara hidup, geografi, budaya, dan seterusnya. Hal itu membentuk pola pikir mereka dan juga memengaruhi selera mereka terhadap sesuatu.” (hlm. 209)
Profile Image for Yulia.
86 reviews2 followers
March 24, 2018
Yang saya suka dari novel - novelnya Okke 'sepatumerah' adalah cerita realita soal cinta dan karir apa adanya. Bahwa hidup itu kadang sedikit manis dan seringnya pahit :D
Profile Image for Diego Christian.
Author 5 books127 followers
March 31, 2012
Akhirnya, novel pertama Senja Hadiningrat yang berjudul Omnibus berhasil menjadi juara pertama dalam Festival Penulis Indonesia kategori Pendatang Baru Berbakat. Kemenangan ini membuka jalan bagi Senja dalam dunia menulis, dunia yang dari dulu diidam-idamkan oleh Senja. Impian Senja untuk menjadi penulis penuh waktu akhirnya dimulai dari sini. Dengan demikian, dimulai pulalah cerita dan segala konflik ke depannya.

Pekerjaan menulis silih berganti datang kepada Senja yang selalu diiyakan oleh manajer sekaligus publicist, yaitu kakaknya tirinya sendiri, Tasya. Sampai suatu ketika Tasya menganjurkan proyek 40 Hari Menulis Novel yang diyakininya mampu membuat Senja semakin dikenal dan menajamkan kariernya di dunia tulis menulis.

Senja semakin depresi dan berencana menyegarkan pikirannya sendiri untuk berlibur ke Bali sambil menulis proyek 40 Hari Menulis Novel di sana. Konflik lain dirangkai dengan bertemunya Senja dengan Genta, pelukis yang tinggal sementara di Ubud untuk mengerjakan proyek pamerannya. Senja merasa memiliki banyak kesamaan dan menjadi dirinya sendiri ketika bertukar pikiran dengan Senja. Penyesalan pun dimulai ketika Senja pulang dari Bali dan menjadi titik balik bagi Senja bahwa Genta bukanlah the one yang selama ini menjadi prince charming.

Okke meramu dengan jujur bahwa cerita sama halnya dengan kehidupan, kita harus jujur terhadap diri sendiri, dan nyatanya tidak melulu cerita harus ditutup dengan kenyataan, "and they live happilly ever after..."

Okke dengan terampil mendefinisikan arti writer's block dalam berbagai pemikiran. Sejujurnya menurut saya novel ini bisa digunakan sebagai buku panduan menulis bagi penulis pemula yang ingin mengetahui dunia penulis dan berbagai cara mengatasi writer's block tanpa bermaksud menggurui. Di bagian epilog, Okke menjelaskan makna writer's block dan juga cara-cara mengatasinya menurut pengalamannya pribadi.

Saya menganjurkan novel ini untuk dibaca bagi mereka yang ingin menjadi penulis novel dengan bingkai inti romance di dalamnya. Dunia pekerjaan dalam aspek apa pun yang kita pilih nantinya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana kita mampu mengatasinya dengan sikap yang profesional, itulah yang ingin disampaikan Okke dalam novelnya Heart Block ini.
Profile Image for Anggita Sekar Laranti.
104 reviews33 followers
July 19, 2015
Terima kasih, GagasMedia, karena berbagi ebook gratis. Sering-sering ulang tahun, ya. ((Yakali))

Entah mengapa pada awalnya saya mengira Okke Sepatumerah itu Orizuka. Tapi setelah beberapa halaman baca, saya yakin mereka benar-benar dua orang yang berbeda.

Jadi buku ini adalah karya pertama Mbak Okke yang saya baca. Saya harus jujur berkata bahwa saya sangat kecewa.

Butuh waktu lamaaaa sekali buat saya menyelesaikan membaca novel ini. Saya ketipu sama Senja. Di awal, bayangan saya tentang Senja adalah cewek culun kutubuku yang pendiam. Tapi kemudian dia melampiaskan stresnya dengan merokok. Nggak dijelaskan kenapa dia tiba-tiba pengen merokok. Yakali dia lagi stres terus tiba-tiba ke warung beli rokok. Apa dia sebetulnya ke warung mau beli permen tapi abang warungnya nawarin rokok? Saya akan berpikir begitu saja lah.

Saya nggak bisa suka sama tokoh-tokoh di novel ini. Saya sebel banget sama Senja. Tasya mending, sih, tapi tetap aja, saya sebel sama dia. Saya kira Genta akan membuat cerita lebih seru. Iya sih, lebih seru, kami jadi nggak harus berkutat melulu baca keluh kesahnya Senja selama beberapa puluh halaman. Tapi karakter Genta ini benar-benar nggak kuat. Dan dia ternyata cowok yang "%#-:@+;$9@&" karena pada akhir buku saya jadi pengen nggaplok cowok itu pakai stupa candi Borobudur.

Meski baru baca satu ini, saya pernah dengar nama mbak Okke Sepatumerah. Terbukti di halaman belakang, udah banyak novel yang beliau tulis. Menurut saya untuk penulis sekaliber(?) Mbak Okke Sepatumerah, novel ini rasanya ditulis buru-buru tanpa perencanaan. Sedih :(

Tapi saya suka temanya. Saya juga senang ada penulis yang mau membagikan dunianya dengan pembaca.

Sukses terus GagasMedia dan Mbak Okke Sepatumerah. Segitu dulu. Mata saya perih kelamaan terpapar kaporit :(
Profile Image for Anisah Zuhriyati.
Author 1 book5 followers
August 11, 2014
Novel ini jujur banget, hehe.
ya memang begitulah adanya, writer's block kadang memang hanya alasan.
secara keseluruhan, kurang puas dengan penggambaran genta maupun senja. rambut dreadlock, kulit kecolatan, wajah tampan latinos, bibir tipis. pokoknya ghantenghh! Tapi dari mana dia dapat wajah latinos itu? bukankah dia orang indonesia? kedekatan dengan Genta di airport juga hanya sekedar dikatakan : Pokoknya nyambung!

sekitar empat puluh menit yang lalu kami sama-sama membahas mati di usia muda dengan pencapaian spektakuler seperti Jim Morrison, Kurt Cobain, dan Marylin Monroe.....
barusan kami cekikikan mengapa garpu diberi nama garpu, yang berkembang menjadi penciptaan segala dalil-dalil yang kebenarannya bisa diragukan setengah, sedangkan setengah lagi, ngarang.....

How could? nggak dituliskan sedikitpun percakapan. sebagai pembaca saya sama sekali nggak puas >.< dan saya bilang itu curang hehehe.

saya merasa karakter senja agak bertabrakan di beberapa bagian. senja digambarkan cuek, nggak peduli dengan hal remeh temeh. menurut saya senja juga nggak akan peduli dengan jenis kain penutup sofa berjenis 'jacquard' (hal 204) atau mengomentari penampilan bohemian mbak ludwina (hal 213)

3 bintang karena bikin saya semangat lagi gara-gara merasa ditohok writer's block yang dialami Senja. Saya juga suka perjalanan Senja keluar dari writer's blocknya. di akhir-akhir percakapan senja dan genta cukup hidup. Saya juga cukup senang dengan Senja yang 'legowo' pada akhir cerita.
Profile Image for Citrasari Henra.
17 reviews
June 20, 2011
Yah, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari buku ini.
Kita diajarkan cara menulis, dalam bentuk cerita, sehingga tidak membosankan. Dan, hal ini juga menyadarkanku bahwa menjadi penulis itu tidak mudah. Oke, menulis memang gampang. Tapi, nyatanya tidak semudah itu untuk membuat yang berkualitas.
Dan, kualitas sebuah karya itu masing-masing tiap orang. Kita tidak bisa membahagiakan semua orang. Itu yang aku petik dari buku itu :)
Daaan, satu lagi pelajaran. Jangan mudah percaya pada orang asing. Apalagi untuk memberikan bibir kita! Seperti Genta. Siapa tahu dia ternyata dekat dengan orang yang Genta sendiri sebut menyebalkan?
Yah, sempat kecewa. Tapi ini "cerita baru" menurutku. Selama ini, aku selalu membaca novel yang berakhir dengan jadian. (maklum masih sma :p)
Oh ya! Dan, aku membenci BabeWithBrain :p
Selamat untuk Mbak Okke! Anda berhasil membuat saya menyelesaikan setengah buku dalam 4 jam.
It's really page-turning book :)
Profile Image for Winna.
Author 18 books1,966 followers
September 25, 2011
Pertama kali baca karyanya mbak Okke :)

Awalnya, agak-agak kesel sama karakter Senja yang neurotic, nggak percaya diri, dan stres melulu. Seiring dengan jalannya cerita, kurasa mbak Okke mampu mengemas 'dunia penulis' dengan akurat, mulai dari email-email berisi kritik, saran, pujian, celaan.. komentar dan review negatif, perlunya bersosialisasi dan hadir di acara publikasi, mencari nama sebagai penulis.. dan masih banyak lagi. Karena kehidupan penulis memang bukan terpatok pada menulis saja.

Hubungan Senja dengan Genta juga terbina penuh chemistry, sayangnya ternyata akhirnya nggak disangka :) saya pribadi berharap mereka bakal jadian, tapi ternyata... anyway, saya menghargainya sebagai elemen surprise yang cukup mengejutkan, dan bisa dibilang cukup realistis.

Overall, cukup enjoyable dan bebas drama, walau ada beberapa bagian yang menurut saya datar dan saya tidak terlalu menyukai karakter Senja :)
Profile Image for mellyana.
319 reviews17 followers
January 8, 2010
Buku ini Okke banget. Dan menurutku, buku ini mulai menjadi menarik di sekitaran halaman 212. Aku juga suka karena buku ini ditutup dengan kondisi yang lebih nyata. Mantaplah.

TAPI, judul yang pas buat buku ini adalah kentangngngngngngngng (you just have to read it to get it... I guess).

Beneran, kentang banget. Karena, aku merasa buku ini bisa banget bercerita lebih banyak tentang begitu banyak sisi dan lapisan dari sebuah mimpi dan cita-cita yang kali ini adalah untuk jadi penulis, dan terutama tentang hubungan ide dan kreativitas dan seni dan pasar. Serius deh, ini bagian paling menarik dari buku ini. Okke menuliskan tentang itu, dengan cara super-ringan-asik-asik-aja.

Aku gak tau apakah pelesanama-nama airlines, orang atau tempat gak perlu dipelesetkan, sekalian aja ngarang. Agak ganggu euy.

Btw, bagian terakhir itu T.O.P banget, kke!
Profile Image for Stefanie Sugia.
731 reviews178 followers
March 15, 2010
Novel ini menceritakan tentang seorang penulis dan lika-liku yang dialaminya sebagai seorang pengarang. Untuk mengatasi writer's block yang sedang menghantuinya, Senja (nama si tokoh) memutuskan untuk pergi ke Bali. Tak disangka-sangka, ia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Genta yang memunculkan ide dan inspirasi dalam otaknya. Kisah cinta yang ia alami bersama Genta ia tuliskan - dengan sedikit mengganti nama dan kejadian.

Menurutku, cerita ini kurang memuaskan.
Plot cerita ini agak kurang jelas, karena terus menerus menceritakan tentang Senja yang semakin lama semakin lelah dengan rutinitasnya yang padat.
Selain itu, endingnya membuatku merasa Genta adalah cowok kurang ajar yang tidak tahu diri. Aku memperoleh gambaran yang menjelaskan bahwa Genta dapat dengan mudahnya mempermainkan hati seorang wanita dan melupakannya begitu saja.

3 stars for this book :)
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Annelis Brilian.
3 reviews
May 2, 2010
Well, setiap penulis pasti pernah mengalami writer’s block, alias kebuntuan menulis. Itulah yang jadi tema besar dari novel yang dibikin Oktarina Prasetyowati atau lebih dikenal dengan nama Okke ‘Sepatumerah’ ini.

Bercerita tentang penulis bernama Senja yang mengalami kebuntuan menulis ketika mengikuti sebuah program penulisan. Senja nekat berlibur ke Bali untuk beberapa hari. Sejenak keluar dari rel hidup yang terasa membosankan.

Seru banget buat kamu yang punya cita-cita jadi penulis. Okke bikin kita ngebayangin gimana suka dan dukanya jadi penulis professional. Intinya buku ini pengen ngasih tau kalo mimpi itu nggak lantas kelar setelah kita telah berhasil ngeraihnya. Mertahanin mimpi memang bagian yang lebih sulit!
Profile Image for Syahni Erpa Repa.
11 reviews2 followers
April 27, 2010
"Cara terbaik untuk jatuh cinta adalah mencintai seolah-olah kau belum pernah terluka sebelumnya"

Menceritakan seorang penulis naik daun Senja Hadiningrat yang terjebak dalam writer's block, suatu hari dia ingin mencari inspirasi dengan berlibur ke bali lalu bertemu dengan sesosok manusia bernama Genta Mahendra seorang pelukis . mereka sama - sama dikejar deadline oleh pekerjaan masing masing.


kalimat ini yang saya suka :
"ada kalanya keluar rel itu memang menyenangkan-hidup jadi tidak membosankan.namun, untuk itu kita harus bisa mengambil keputusan yang tepat,untuk menarik rem, dan kembali pada relnya"


tapi saya sedikit kecewa dengan endingnya yang menggantung .
Profile Image for deprincess.
7 reviews
December 9, 2010
Ending novel ini, menyebalkan, hahaha..
Ya maklum saja, aku kan pecinta akhir cerita yang bahagia..

Buku ini bercerita, tentang penulis yang mengalami kebuntuan ide, tertekan dengan popularitas, yang akhirnya menyepi, ya seperti kebanyakan cerita ditempat 'menyepi' itu ketemu lelaki, jatuh cinta, dan akhirnya mengembalikan kemampuan 'menulis'nya lagi..
Dari sini, kita akan tau, kalau penulis itu juga manusia, tidak selamanya mereka bisa lancar menulis, ada saat-saat dimana mereka tidak tau akan menulis apa, istilahnya 'writer's block'..^^

Satu sisi buku ini menarik kok untuk dibaca, dengan jalan cerita yang biasa tapi ending yang tidak biasa..
Profile Image for Dini Novita  Sari.
Author 2 books36 followers
May 3, 2012
Senja, seorang penulis pemula yang baru saja memulai 'karir' kepenulisannya, harus menemui masalah-masalah yang membuatnya sadar bahwa ternyata menulis nggak cuma sekedar hobi yang menghasilkan. Ada banyak hal yang harus ia lakukan dan kompromikan untuk membuatnya terus 'bertahan' sebagai seorang penulis. Ada Tasya dan juga Genta, dua manusia yang turut andil saat dia terus berusaha membuktikan bahwa ia adalah seorang penulis yang layak diperhitungkan.

Review lengkap saya ada di sini :

http://dinoycute.blogspot.com/2011/08...
Profile Image for Tias.
130 reviews
December 16, 2012
Asik sih ceritanya, tentang Senja, perempuan yang istilahnya baru dalam dunia full time writer. Namanya melejit karena karyanya yang jadi best seller, tapi pas karya selanjutnya malah kena kritik habis2an. Jadilah dia terbang ke Bali buat refreshing, entah dunia berkonspirasi atau tidak, dia bertemu dengan Genta selagi nunggu pesawatnya yang didelay. Ceritanya lebih banyak di Bali. Kita dibiarin berekspetasi tentang hubungan mereka.

Tapi, aku kok ngerasa endingnya gantung ya, entah emang dibuat gitu atau akunya yang "ganyampe"? Tapi, asik kok, banyak pelajarannya juga.
Profile Image for Angelic Zaizai.
976 reviews35 followers
November 29, 2011
Akhirnya baca buku Indonesia asli lagi
tentang seorang penulis baru yang menang penghargaan, dan abis itu merasa ga punya ide buat nulis lagi
bacanya sih enak, ngalir tapi ceritanya yah begitulah
ga suka sama tokoh Senja ini, terlalu negatif *apa sih*

trus ga ngerti juga sama judulnya heart block itu
hubungannya apa sama ceritanya haha

tapi baca buku ini jadi kepengen ke ubud uhukkk...
pengen bebek bengil sama bebek betutu yang kalo mo beli kudu pesen sehari sebelumnya hahaha
Profile Image for Wuwun Wiati.
Author 3 books8 followers
October 12, 2010
bukunya okke yang paling menarik buat saya. bercerita ttg seorang penulis yang kena Writer's block, mati ide. plus seluk beluk kehidupan dlm profesi penulis. gaya bahasanya sih tetap ringan, tp karakter tokohnya lumayan digambarkan secara bagus, dan yang pasti, topiknya nyerempet dengan kehidupan saya hehe. subjektif...
Profile Image for Fauza.
134 reviews1 follower
November 29, 2011
Tertarik baca ini karena nama si Okke Sepatumerah, dari dulu saya suka baca-baca blog dia, dan follow twitternya. Sejauh ini tulisan dia di blog atau twitter cukup menghibur, tapi entah kenapa baca novel ini datar-datar aja, flat aka biasa, gak ada sesuatu yang wow gitu.

Apakah ini tandanya saya sudah enough for metropop/chiclit/teenlit dan sejenisnya? :D :D
Profile Image for Tanti Nopianti.
28 reviews9 followers
March 4, 2016
baru baca nih --- > tentang seorang penulis yang baru saja menulis satu novel, dan berniat untuk menulis novel selanjutnya namun tidak seperti yang sebelumnya, mampet ide, tulisannya tidak mengalir.. ada apa ya?
Profile Image for Ida Fitrie.
11 reviews4 followers
March 9, 2017
Pengalaman seorang penulis bernama Senja yang mengalami "Writer's Block".
Apa sih Writer's Block? Dan bagaimana menyikapinya?
Apakah dengan kehadiran sosok pelukis bernama Genta mampu membawa Senja melewati Writer's Block ini?
Mendingan baca aja deh bukunya biar enggak penasaran. Okeh? ^_^
Profile Image for Farah.
16 reviews4 followers
January 27, 2011
Menarik.
Ceritanya buatku biasa. Alurnya oke. Soooo metro-urban style. Inspiratif buat kamu yang suka nulis. Dan yang paling aku suka dari novel ini, caranya mengakhiri cerita dengan dramatis. Nice story, recommended untuk kamu yang suka baca cerita ringan.
Profile Image for Adynura.
14 reviews3 followers
January 3, 2012
bagus,ceritanya menarik dan memberi kita gambaran jelas bahwa betapa writers block itu berawal dr beban yg terlalu berat untuk menulis. nulis itu hrsnya senang-senang kan? :-)
thanks mbak okke,aku sekarang punya pengertian lbh dalam tentang apa itu writers block dan gmn mensiasatinya :-)
Profile Image for Dina.
215 reviews10 followers
August 13, 2012
Senja, seorang penulis yang karya pertamanya “Omnibus” menang di kategori Pendatang Baru Berbakat. Setelah karyanya menang mulai deh ada tawaran ini itu, dengan Tasya –kakaknya- sebagai “Manajer” dan gemes juga ya lama-lama sama Tasya. Ngatur ini ngatur itu buat Senja tapi tanpa persetujuan Senja.
Profile Image for Arief.
73 reviews1 follower
August 22, 2015
Penggambaran Senja agak terlalu reckless ya, saya rasa. You can't just trust a stranger and do whatever he says. Namun, buku ini sedikit banyak membantu writer's block. Menjadikan 'writer's block' sebagai cerita.

Penulis sendiri mengalami writer's block gak ya sewaktu menulis ini? Hahaha
Profile Image for Agi.
24 reviews
November 3, 2010
Ceritanya ringan, gaya bahasa sehari-hari, cocok buat dijadikan bacaan saat lagi suntuk dan butuh hiburan. Buku ini juga membuka sekilas pandangan kita soal dunia menulis.
Displaying 1 - 30 of 45 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.