Jump to ratings and reviews
Rate this book

Orang-orang Kotagede

Rate this book

227 pages, Paperback

First published January 1, 2000

4 people are currently reading
41 people want to read

About the author

Darwis Khudori

9 books1 follower

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
11 (30%)
4 stars
11 (30%)
3 stars
12 (33%)
2 stars
1 (2%)
1 star
1 (2%)
Displaying 1 - 6 of 6 reviews
Profile Image for Handaka mukarta.
50 reviews14 followers
December 1, 2012
alasan membaca buku ini sangat subyektif. pertama, karena saya pernah main ke rumahnya di Kota Gede, sewaktu meminta kesediaan untuk diskusi jurnalistik yang diadakan majalah sekolah di SMAN 1 Yogyakarta, thn 1985. darwis adalah alumnus sekolah tersebut, dimana beberapa tulisan pernah saya baca di majalah sekolah, edisi awal.

saat itu, Darwis adalah mahasiswa Arsitektur UGM yang sudah dikenal dengan beberapa cerpen di koran lokal dan beberapa terbitan. buku ini merupakan kumpulan cerpen-cerpen yang pernah dimuat dibeberapa terbitan.

melalui cerpen-cerpennya, penulis menuturkan kehidupannya yang tidak mudah, dari persoalan rumah tangga sampai SMA, namun tidak cengeng.

Rasanya tidak banyak cerita tentang "orang-orang kota gede" sendiri. *buku ini sudah raib entah kemana*. atau ada tulisan2 non-cerpen yang tidak saya simak.

masih ingin membaca kembali buku, andai ada yg bisa memberi tahu dimana mendapatkannya.
Profile Image for Nara.
23 reviews3 followers
August 8, 2014
Saya pertama kali mendengar buku ini justru dari sebuah artikel menarik tentang Buldanul Khuri di tabloid perbukuan "Matabaca". Buldanul Khuri adalah orang yang merintis penerbit Bentang Budaya (yang kini malih rupa menjadi Bentang Pustaka), sekaligus salah satu tokoh perbukuan terkemuka di Yogyakarta. Sepak-terjang Buldanul Khuri dan kecintaannya terhadap buku diakuinya sendiri berkat arahan dan bimbingan Darwis Khudori, penulis cerpen-cerpen yang ada di sini.


(Saya sebenarnya lebih suka edisi terbitan Bentang karena desain sampulnya yang sangat klasik. Tapi berhubung keburu penasaran dengan isinya, akhirnya saya beli saja yang edisi Pustaka Pelajar.)


Cerpen-cerpen di dalam buku ini terhitung pendek, hanya berkisar satu atau dua halaman. Sebagian besar settingnya mengambil tempat di Kotagede. Uniknya, tak seperti yang kita kenal sekarang, Darwis Khudori selalu menekankan bahwa Kotagede adalah sebuah kota tersendiri yang terpisah dengan Yogyakarta. Jarak inilah yang selalu nampak ditekankan olehnya, mulai dari jarak geografis yang membentang sepanjang 6 kilometer, hingga jarak sosio-antropologis yang membedakan Kotagede sebagai daerah rural-miskin-semiindustrial dengan Yogyakarta yang urban-kaya-kultural.

Tidak ada penggunaan bahasa yang berlebihan. Tidak ada penggunaan plot yang eksperimental. Darwis Khudori hanya berusaha bercerita dan berbagi tentang kesan-kesannya terhadap Kotagede. Kita yang membaca kumpulan cerpen ini dapat menangkap banyak sekali momen-momen masa kecil atau remaja Darwis semasa menghabiskan rentang kehidupannya di Kotagede.
Apakah Darwis Khudori memang sengaja memfiksikan kisah hidupnya??
Mungkin...

Meskipun rata-rata cerpen di buku ini pendek, namun Darwis Khudori selalu menyempatkan diri untuk mendeskripsikan setting/tempat dimana ceritanya itu berlangsung.
Pada dasarnya, strategi penceritaan Darwis memang bertumpu pada karakter tokoh-tokohnya yang selalu berinteraksi dengan lingkungan Kotagede.


Buku ini cukup menarik untuk dibaca. Buku ini bahkan dapat menjadi sebuah dokumen tersendiri untuk mengenali karakteristik Kotagede di masa lalu.
Mungkin para pembaca semua bisa menyempatkan diri untuk mengelilingi daerah ini setelah menyelesaikannya.
Profile Image for WN Rahman.
4 reviews
September 24, 2013
Dalam membaca kumcer, saya selalu memulainya dari cerpen pertama sampai ke yang terakhir secara berurutan. Darwis Khudori, menurut saya, memang memiliki daya tarik tersendiri dengan gaya penuturan cerpennya yang bisa dibilang pendek (short short story). Hal itu tentunya memudahkan pembaca untuk melahap buku ini hanya dalam waktu yang relatif sebentar. Namun, tentunya sebuah kualitas cerita tidak bisa diukur dari lama atau tidaknya waktu yang dibutuhkan untuk membaca. Sekalipun ditulis dengan sederhana, cerita-cerita di dalam buku ini memerlukan telaah yang lebih lama dari yang bisa diduga.

Darwis Khudori sebagai seorang pencerita seolah hanya menuliskan cerita-cerita remeh dari sudut pandang tokoh "aku"-nya, tetapi bila dicermati, apa yang dimunculkan Darwis dalam ceritanya sungguhlah mengundang keingintahuan yang lebih. Apakah yang muncul dalam ceritanya memang benar terjadi di Kotagede?

Sekalipun sudah menjadi rahasia umum bahwa seorang ppenulis, pastilah akan meninggalkan jejak pribadinya dalam tulisan yang dibuatnya. Biasanya dalam bentuk pemikiran tokoh pencerita. Karena itulah dalam Orang-orang Kotagede sering muncul sebuah keluarga yang mengalami masalah, perceraian, pernikahan dini, kemiskinan, kerja sambil sekolah. Namun apakah memang seperti itu keadaannya? Entah! Jelasnya, Darwis berhasil membuat saya larut dalam setiap kata yang ia tulis.

Buku ini sangat saya sarankan untuk dibaca, terutama bila Anda menyukai kesederhanaan.
Displaying 1 - 6 of 6 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.