“Kau memang jauh lebih cantik dari istriku. Dia hanya manusia biasa seperti diriku, dia bisa mati dan menua sedangkan kau abadi dan muda selamanya. Tapi dialah perempuan yang kucintai, semua kesenangan dan keabadian yang kau tawarkan tak akan membuat hasratku untuk kembali ke rumah menemui istri dan anakku hilang...” – Kata-kata Odysseus kepada Calypso
Olympus berisikan tentang kisah-kisah dari mitologi Yunani. Kisah-kisah tentang para dewa dan manusia. Para dewa yang memiliki segala kelebihan dibandingkan manusia, namun terkadang melakukan perbuatan yang oleh manusia pun dipandang rendah. Manusia yang tak abadi dan penuh kekurangan, namun ada kalanya melakukan perbuatan yang membuat para dewa pun berdecak kagum. Dari sinilah dapat kita katakan “Dewa juga manusia, manusia bisa menjadi dewa.”
Kisah dari negeri para dewa ini sebenarnya kisah umat manusia. Sebuah kiasan tentang kehidupan yang terus berulang hingga kini. Kisah yang akan selalu dituturkan dan disimak kembali… “Mitologi mengandung kebenaran, namun penuh kiasan. Ia bukanlah kebenaran sejarah yang bercampur dengan kebohongan. Ia mangandung pemikiran filosofis. Jangan mengartikannya secara harfiah, tapi maknai sebagai sebuah kiasan.” — Paul Veyne, arkeolog dan sejarahwan Perancis
Buku ini berisikan sekitar 114 cerita. Penyusunan halaman yang sangat efisiensi membuat halaman yang hanya 243 mampu menampung sekian banyak cerita, tentunya ditambah dengan ilustrasi cantik yang kian membuat mata dimanjakan saat membaca buku ini
Dahulu salah satu stasiun televisi swasta menayangkan cerita mengenai kisah kepahlawan seorang anak manusia keturunan dewa bernama Hercules serta perempuan perkasa bernama Xina. Keduanya mengambil setting metodologi Yunani. Program tersebut menjadi tontonan favorit saya karena selain menghibur juga menyampaikan pesan moral dengan cara yang menarik
Saat meminjam buku ini , saya langsung penasaran pada kedua tokoh yang sangat saya kenal itu plus beberapa tokoh yang pernah saya dengar namanya. Namun rupanya nama-nama yang saya cari tidak ada di buku ini. Namun saat mengintip daftar isi yang memuat begitu banyak cerita, saya terpacu untuk menuntaskan lembar-lembar yang ada.
Saya menemukan beberapa hal yang menarik. Di buku ini, Hercules mendapat nama Heracles. Kesamaan tokoh dengan nama yang berbeda ini baru saya sadari saat membaca cerita dengan judul Dua Belas Tugas Heracles” , isinya persis dengan 12 tugas Hercules.
Heracles merupakan anak Zeus dari wanita bernama Alcmene. Saat lahir, semula Heracles diberi nama Alcides. Namun Hera yang mengetahui anak tersebut adalah keturunan Zeus mengirim dua ekor ular berbisa untuk membunuh bayi itu. Namun ular tersebut malah dipencet hingga mati. Guna meredam kemarahan Hera, maka sang ibu memberi nama Heracles.
Namun sepertinya kisah Herculs atau Heracles ini merupakan kisah yang paling popular.Kisah Hercules dengan 12 tugasnya bahkan sudah diadopsi oleh Dame Agatha Mary Clarissa Christie dalam ceritanya mengenai 12 tugas untuk Hercule Poirot, salah satu tokoh detektif pada tahun 1947.
Dari buku ini, terkesan Zeus adalah seorang dewa yang mata keranjang. Kisah petualangannya membuat para istrinya marah. Terutama Hera, yang selalu berusaha melampiaskan kemarahannya ke mereka yang memiliki hubungan dengan kisah kasih Zeus. Entah anak hasil hubungan tersebut, perempuan yang dikasihi Zeus, hingga mereka yang hanya membantu saja.
Ada juga cerita mengenai Echo yang semula adalah peri. Akibat berusaha menghalangi Hera menangkap basah Zeus dalam petualangan cintanya. Ia dikutuk hanya mampu mengucapkan kata-kata terakhir, tak pernah awal. Suaranya hingga saat ini masih bsai terdengar di pegunungan, mengulangu kata terakhir yang diucapkan siapapun.
Saya juga baru menyadari bahwa di kepala Apollo ada mahkota. Mahkota dari rangkaian cabang dan daun-daun pohon yang ada ada di kepala Apollo merupakan wujud kerinduannya akan kekasih hatinya Daphne yang telah menjadi pohon yang kemudian disebut pohon salam. Ia juga menghiasi alat musik lira dan tempat panahnya.
Di halaman 61, ada sebuah cerita berjudul Artemis dan Endymion. Dikisahkan bagaimana Artemis tertarik pada seorang pengembara yang bernama Endymion. Saking tertariknya tanpa sadar ia mencium pipi kanan pemuda itu, hal itu membuat pemuda yang tertidur menjadi terbangun.Karena malu maka ia segera melarikan diri. Hal itu terus dilakukannya pada malam-malam berikutnya.
Artemis ingin Endymion selalu menemaninya, maka ia memohon pada ayahandanya Zeus agar pemuda itu tetap muda hingga bisa menemaninya. Permintaannya dikabulkan Zeus namun sang pemuda harus tidur selamanya. Artemis lalu membawa Endymion yang dibuat tidur abadi ke sebuah gua di Gunung Latmos. Tiap malam ia datang menemui kekasihnya. Mereka memiliki 50 orang anak perempuan yang disebut Menae.
Saya tahu ini cerita fantasi, seperti juga yang ditulis di cover belakang buku ini. Namun bagaimana bisa, memiliki anak sebanyak itu jika si pria tidur abadi? Kecuali jika saat malam hari sang pria terbangun dari tidurnya dan saat menjelang pagi tertidur lagi, seperti vampir.
Yang tak kalah serunya, kisah mengenai Troy. Termasuk peperangan di Kota Troy, kisah Kuda Troy hingga kisah cinta yang menyelimuti peristiwa itu. Semuanya diuraikan secara apik dan menarik dalam buku ini.
Ada beberapa kesalahan penyebutan nama yang menyanggu. Misalnya pada halaman 36 diceritakan mengenai Dionysus. Disebutkan bagaimana Hera sangat membecinya, maka untuk itu Rhea sang nenek melindunginya. Ia mengajarkan cara menanam anggur dan membuat buahnya menjadi minuman istimewa.
Saat ia meminta sang cucu untuk mengembara di bumi dan mengajarkan ilmu yang diperolehnya, maka seharusnya ditulis “Perintah Rhea” bukan “Perintah Hera” Bagaimana mungkin Hera yang memerintahkan. Sementara yang mengajarkan ilmu adalah Rhea sang nenek yang menyayanginya. Hera justru mengutuknya menjadi gila
Sekilas, pada awal-awal, terlihat para dewa-dewi tidak mementingkan moral. Seorang anak bisa dengan mudahnya mengkudeta sang ayah lalu mengawini ibunya sendiri. Mengrim mereka yang tidak disenanginya ke dunai bawah tanah, ke penjara. Namun kian kebelakang, terlihat ada yang berbeda. Jika ada cerita tanpa sengaja seorang anak membunuh ayahnya dan mengawini ibunya, maka sang anak akan menghukum dirinya sendiri.
Dewa-dewi ternyata juga bisa melakukan hal-hal yang lebih rendah serta nekat dibandingkan manusia. Kadang mansia malah memiliki sifat yang lebih mulia dari pada dewa-dan dewi
Terlepas dari kekurangan yang ada. Buku ini benar-benar menghibur saya serta menambah pengetahuan saya mengenai dunia dewa-dewi. Fantasi saya kian terpicu untuk berkelana lepas. Seadainya ada cerita fantasi yang dibuat berdasarkan kisah-kisah yang ada dalam buku ini pasti seru!
Aku tertarik membeli buku ini di pameran gara-gara inget sama novelnya Sherylin Kenyon yang berjudul Fantasi Lover. Penasaran aja dengan dewa2 Yunani bersama tugas dan kisah mereka. Dan setelah membacanya aku hanya bisa bilang seandainya mereka benar2 ada mereka sepatutnya malu dengan perilaku mereka. Mereka menasbihkan diri sebagai dewa karena kehebatan yang dimiliki mereka tapi banyak sekali perilaku mereka yang yang bahkan membuat seorang pendosa paling kaliber sekalipunpun mungkin akan malu jika melakukannya. Zeus sebagai sang mahadewa, dewa dari segala dewa, menabur cinta atau lebih tepatnya nafsu dimana-mana, sehingga anak keturunannya berceceran dimana-mana. Hera, sang mahadewi, istri dari Zeus pun tak kalah menyebalkannya. Tukang cemburu dan pendendam. Aphrodite, sang dewi cinta, tapi tidak mempunyai sifat mencinta dan pengasih dalam dirinya. Athena sang dewi perang malah jauh lebih baik dari Aphrodite. Walau begitu kisah cinta Eros atau yang biasa kita kenal dengan Cupid dan Physce lah yang terbaik. Atau Persephone yang diculik oleh Hades, sang dewa kematian untuk menjadi permaisurinya di Dunia Bawah. Setidaknya mereka saling setia satu sama lain. Perilaku dewa dan dewi ini sebenarnya kalau dipikir tidak jauh berbeda dengan manusia biasa, mereka marah, jatuh cinta, sedih, susah, senang, melakukan tipu daya, dan lain sebagainya. Hanya saja karena mereka punya kekuatan sehingga segala sesuatunya menjadi terlalu di luar jangkauan manusia. Membaca buku ini, kita mesti mengingat dengan pasti siapa dengan siapa, siapa melakukan apa, ini anak siapa, semua akan saling terkait jadi kalau tidak membaca dengan teliti kita akan dibuat sedikit kebingungan walau tidak mengganggu jalan cerita jika kita bacanya melompat-lompat. Setiap ceritanya kebanyakan berakhir tragis, semisal Jason yang menghabiskan masa mudanya dengan petualangan yang mendebarkan tapi di akhir hidupnya hanya karena ia selingkuh berubah mengenaskan, tua dan terasingkan. Oya, buku ini juga tidak melulu menceritakan para dewa tap banyak juga manusia atau manusia yang keturunan dewa (kebanyakan sih anak2 Zeus, si playboy kelas Paus) Dari kisah-kisah ini kita bisa banyak mengambil kesimpulan semisal bila kita mengikuti hawa nafsu kita makan kehancuranlah yang didapatkan.
4.0🌟 Yaampunnn!!! Saya baru baca buku ini sekitar 2 yg tahun lalu. Dari sodara yg pinjem dari perpus sekolahnya tapi yg baca malah saya, hahaha. Asik juga sih waktu baca, tapi saya nggak bisa nulis review mendetail dikarenakan ingatan saya nggak sebagus ingatan gajah. Overall, buku ini bagus buat dijadikan referenai awal buat kalian yg lagi baca cerita dewa dewi yunani.
Saya ingat, membaca buku ini 2011, meminjam teman saya saat SMP kelas 2. Lantas, pada 2021, saya membeli sendiri, karena ingin membaca ulang lagi. Saya suka dengan sampulnya, berat bukunya, isinya, dan segala kisah tentang dewa-dewa Olympus ini.
seneng bacanya..., berhubung jg seneng ama filmnya hercules -kevin sorbo- jadinya ngebayangin settingnya hercules deh... jadi tau jg riwayatnya Pandora, (inget dulu jaman kecil ada buku seri 5 benua, judulnya Pandora dan Midas) kuda Pegasus.., Athena.., kenapa si Altlas manggul bumi.., ternyata semua saling nyambung..
The book is great, for every Greek myths lover. However, it's written in sort of informal Indonesian language that it makes me feel "...". And I'm a little bit confused with some of the stories because it's written in a different version. But I guess it's okay.