Elang pernah jualan minyak goreng ke warung-warung atau donat ke sekolah-sekolah dasar di Bogor. Namun sekarang sayapnya sudah membawanya terbang tinggi menjadi pengusaha properti yang membidik rumah sederhana. Henky Eko pernah gagal puluhan kali sebelum menjadi pemilik waralaba Bakso Malang. Denni Delyandri sempat dikasihani seniornya gara-gara jualan kue. Namun warga Batam pantas berterima kasih padanya karena sekarang Batam punya oleh-oleh kas: Kek Pisang Villa dengan omzet Rp800 juta per bulan. Kalo Anda ke Batam, jangan lupa Kek Pisang Villa. Buku ini berisi kisah inspiratif 24 anak muda mengalahkan rasa takut dan bersahabat dengan ketidakpastian. Menjadi Wirausaha tangguh. Kisah mereka sungguh menggugah. Mereka tidak lagi malu kalau harus mulai merintis usaha sekalipun dengan modal seadanya atau bahkan karena pinjaman. Mindset mereka sungguh berbeda dengan generasi sebelumnya. Menjadi wirausaha kini menjadi profesi terhormat dalam masyarakat, disukai calon mertua, didukung perbankan, dan menjadi bintang di kampus. Kalau kita ingin Indonesia maju, ktia harus mulai membuat para usahawan kita naik kelas--bukan malah menggusur mereka. Buku ini akan memperlihatkan dan mendorong kita, yang tua maupun yang masih muda dan sekolah, untuk berbuat sesuatu, mengasah keterampilan, mengembangkan potensi dan memajukan hidup kita dan orang lain
“Bakat itu hanyalah sebuah kesempatan, namun untuk menjadi ‘sesuatu’, bakat itu harus diasah agar ia mengeluarkan aura cahayanya dan menemukan pintunya. Namun lebih dari itu, kesempatan atau sebuah potensi harus bergerak menemukan pintunya.” (John C. Maxwell, Talent is Never Enough)
Potongan kalimat Maxwell di atas mungkin bersifat umum dan diperuntukkan kepada hampir seluruh kalangan. Motivasi yang dimaksudkan agar kita bergerak dan melakukan aksi demi mencapai apapun tujuan kita. Bagaimanapun, jutaan ide dan gagasan tidak akan mewujud dalam bentuk nyata jika hanya dipikir dan diangankan saja. Tulisan ini akan mengulas isi buku “Wirausaha Muda Mandiri” yang disusun oleh Prof. Rhenald Kasali, Ph. D.
Buku setebal 316 halaman ini berisi tentang 24 kisah sukses dari 24 wirausaha muda Indonesia yang merintis usaha mereka sejak muda bahkan sejak mereka kecil. Sebagaimana telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, ide dasar penyusunan buku ini adalah motivasi kepada orang-orang muda Indonesia dalam berkarya, khususnya bidang bisnis kecil menengah.
Kisah sukses tidaklah selalu berisi cerita indah dan manis. Sebagaimana kupu-kupu cantik yang terlahir dari ulat dan kepompong buruk rupa, sebagian besar kisah dalam buku ini menggambarkan proses sebuah kesuksesan yang diawali dengan perjalanan kurang menyenangkan bahkan terkadang pahit dan menyakitkan. Di sinilah letak daya tarik kisah demi kisah dalam buku ini. Tidak hanya mengumbar janji dan mimpi, tiap penulis memberikan realita dan fakta sebagai pengingat bahwa madu manis dikumpulkan dari puluhan sari bunga yang dikumpulkan lebah dengan taruhan nyawa, perjuangan dan pengorbanan.
Di samping 24 kisah sukses dari 24 finalis wirausaha mandiri yang diadakan Bank Mandiri, buku ini juga memberikan 24 nilai-nilai wirausaha yang disebut Hukum Wirausaha. Tiap hukum wirausaha dijabarkan mendetail dalam satu artikel yang ditulis langsung oleh tokoh yang dikisahkan dalam buku. Kehebatan praktis yang dimiliki para finalis ternyata tergambar juga dalam kelihaiannya menuliskan gagasan dan ide dalam tulisan. Tiap artikel yang mereka tulis memberikan spirit tersendiri sekaligus mendukung kisah sukses mereka yang diceritakan di awal.
Kisah pertama ditorehkan seorang pemuda kelahiran kota hujan, Bogor, bernama Elang Gumilang. Singkat cerita, buah usaha yang bersumber dari gagasan dan ide dalam kepalanya, dengan bumbu jiwa sosial dan empati tinggi yang ia miliki, kini mewujud dalam bisnis properti dengan perusahaan yang ia dirikan sendiri, Perusahaan Semesta Guna Grup. Berawal dari satu unit rumah sederhana, menjadi tiga, dan terus bertambah hingga kini tercatat 220-an unit rumah telah didirikan di bawah konstruksi perusahaannya dengan target pasar masyarakat menegah ke bawah. Satu catatan prestasi yang tentunya tidak semua orang dapat lakukan di usia 24 tahun adalah pendapatan atau omzet tahunan yang ia peroleh tidak kurang dari Rp 20 miliar per tahun. Ditambah kontrak pre periodik terbarunya yang menambah Rp 80 miliar hingga Rp 100 miliar ke bisnisnya.
Hukum wirausaha #1 ditulis oleh Elang Gumilang: “Kenali dan Guntinglah Belenggu yang Mengikat Kaki dan Pikiran-Pikiranmu”. Elang menjelaskan secara mendetail mengenai nilai-nilai yang telah ia dapat dari pengalaman-pengalaman bisnisnya. Kata demi kata dituliskan dengan semangat mengajak pemuda Indonesia untuk mengikuti jejak langkahnya. Satu poin terakhir yang ia tuliskan adalah: “Setelah semua belenggu terlepas, janganlah berfokus pada hal-hal yang tidak bisa Anda kerjakan. Berfokuslah pada apa yang bisa Anda kerjakan. Jangan mencemburui keberhasilan orang lain, karena setiap orang memiliki keunikan dan caranya masing-masing. Kembangkanlah kebiasaan baru yang Anda kembangkan sendiri.”
Kisah sukses lain datang dari gadis berusia 24 tahun bernama Riezka Rahmatiana. Bermodalkan uang jajannya semasa kuliah sebesar Rp 150.000,00, Riezka memulai bisnis awalnya yakni pulsa elektronik. Dengan tekad dan keberanian yang diformulasikan bersama bakat bisninsnya, usaha kecilnya berjualan pulsa telah berkembang begitu pesat dan bertransformasi menjadi CV Ezka Giga Pratama sebagai dealer atau server pulsa elektronik dan membawahi sejumlah agen outlet kecil. Sayap ia kembangkan dengan menerima tawaran teman membuka bisnis laundry & dry clean bernama Prima Laundry. Untung bersih Rp 2.000.000,00 ia terima di bulan pertama. Tahun berikutnya, bisnis kuliner diliriknya dengan hasil kafe D’Green House yang berlokasi di food court & café di daerah Cihampelas, Bandung. Dari sinilah, Riezka mulai serius dan memfokuskan bisnisnya di bidang kuliner dengan masterpiece yang dia ciptakan berupa Pisang Ijo, bisnis makanan dengan sistem franchise dan booth.
Bukan hal yang mudah bahkan terkesan tidak mungkin untuk seorang mahasiswi yang memulai bisnis dengan nominal Rp 150.000,00 kini telah memiliki aset sekitar Rp 500 juta. Rahasianya tanpa ragu dia bagikan kepada pembaca melalui Hukum Wirausaha #23: Naik Kelas. Riezka menganalogikan proses berwirausaha layaknya jenjang sekolah yang harus mengalami kenaikan kelas untuk bisa menjalaninya dengan baik dan lancar. “Kalau Anda tidak naik kelas, maka Anda hanya punya dua pilihan ini: menerima kenyataan dengan menjadi usahawan bodoh, atau Anda pindah sekolah (pindah usaha) dan memasuki dunia usaha yang membuat Anda lebih cocok, lebih adaptif.”
. . . . . . .
“Maka dari itu, bergeraklah, bergegaslah, jangan hanya berpikir, berpikir, dan berpikir di atas kertas terlalu lama. Kembangkan imajinasimu dan carilah pintu-pintu itu, ketuk satu persatu dan dari puluhan atau bahkan ratusan pintu yang Anda ketuk itu kelak ada “magnet” yang tertarik. Anda diundang masuk ke dalam karena aromanya “fit” dengan jiwa Anda. Namun ruangan itu belum tentu berpintu kea rah dalam. Jangan-jangan ia Cuma ruang penjaga gedung atau ruang tunggu yang hanya menjadi persinggahan sementara Anda. Anda harus keluar dan mencari pintu-pintu lainnya. Namun apapun yang terjadi, sebuah keyakinan telah terbentuk, bahwa dunia usaha welcome terhadap kehadiran Anda.” (Prof. Rhenald Kasali Ph.D., kata pengantar Wirausaha Mandiri)
Kisah kisah yg keren tentang anak-anak muda yg berani mengambil jalur di luar kebiasaan orang Indonesia pada umumnya (terjun ke dunia usaha). Setiap tokohnya memiliki karakteristik yg cukup unik dalam membangun kerajaan bisnisnya. Ada yang hobby, ada yang coba-coba setelah gagal 10 kali, ada juga yg balas dendam sama kemiskinan.
Buku ini bisa menjadi inspirasi bagi kaum muda (termasuk saya) untuk menambah kalangan pengusaha yang saat ini merupakan minoritas di Indonesia.
Layout bacaan cukup mengganggu karena kadang-kadang ceritanya udah asik, eh nyambung bukannya ke halaman berikut, tapi ke belakang.
Untuk memulai berwirausaha kita jangan hanya terpaku pada rencana, mulai dari hal kecil, buang semua ketakutan akan kegagalan, berani berpikir dari sudut pandang yang berbeda mengenai suatu masalah. karena masalah tersebut kadang kala dapat memberikan inspirasi dan inovasi dalam bidanga usaha. Selain itu belajar dari setiap kegagalan merupakan tolak ukur untuk menuju kemantapan dalam berwirausaha. Intinya selalu melihat peluang dari setiap peristiwa karena berwirausaha membutuhkan kenaikan kelas seperti layaknya ketika kita sekolah guna memperoleh level kemampuan yang lebih baik.
Buku ini sangat cocok bagi pemuda yang ingin memulai usaha, wirausaha muda, dan siapa saja yang ingin mengembangkan mentalitas wirausaha yang kuat. Bagi saya yang sedang memulai untuk merintis usaha online kecil-kecilan, buku ini membuka pikiran saya bahwa menjadi wirausahawan itu tidak harus kaya dulu atau berpengalaman dulu, melainkan bagaimana kita mempunyai keberanian dan konsep, selain itu harus memiliki ide kreatif yang harus selalu berkembang. Mampu membaca peluang disekitar kita untuk dijadikan sebagai target pasar. Percayalah, menjadi seorang wirausahawan itu menyenangkan dan mendebarkan. Seperti roller coaster, deg-degan tapi candu!
Buku Wirausaha Muda Mandiri karya Rhenald Kasali ini merupakan kumpulan kisah inspiratif dari para wirausahawan muda Indonesia yang berhasil membangun bisnis mereka dari nol. Buku ini tidak hanya berisi kisah sukses, tetapi juga berbagai tantangan dan kegagalan yang mereka alami, serta pelajaran berharga yang dapat dipetik dari pengalaman mereka. Buku yang sangat inspiratif dan bermanfaat bagi para pembaca yang ingin belajar tentang kewirausahaan. Buku ini memberikan gambaran yang jelas tentang tantangan dan peluang dalam berwirausaha, serta memberikan berbagai tips dan trik praktis untuk memulai dan mengembangkan bisnis.
Entah betul Bapak Rhenald Kasali yang menuliskan buku ini, atau ada ghost writer khusus di bagian profile para pelaku wirausaha yang diekspos di sini, yang jelas setelah membaca beberapa profile ada terasa semacam pengulangan. Sepertinya penulis profile pelaku wirausaha tidak terlalu mengeksplorasi sosok yang ingin ditampilkan. Tapi bisa jadi juga ini disebabkan keterbatasan halaman, dimana ada sosok yang dibahas berlembar-lembar dan ada yang cuma sedikit.
Bagian yang lebih menarik dari buku ini justru adalah bagian "Hukum Wirausaha", yang menyarikan pengalaman riil para pelaku wirausaha, diinduksi sehingga menghasilkan teori-teori marketing.
Yang menjadi perhatianku adalah, sepertinya semua pelaku wirausaha yang menekuni bisnis kuliner yang ditampilkan dalam buku ini sepakat bahwa kesuksesan bisnis mereka berkat menjual sistem waralaba (franchise). Tidak persis semua sih, karena ada satu entrepreneur bernama Dwi Kartika Sari pemilik Goeboex Coffee yang jelas-jelas menolak membuat franchise dari bisnis cafe miliknya. Menarik untuk kita lihat berama lama dia bisa bertahan dibandingkan rekan-rekannya di dalam buku ini.
Ada beberapa kisah yang menginspirasi dan menarik, tapi semua itu tertutupi oleh desain bukunya yang bikin proses membaca jadi gak menyenangkan. Ditambah lagi masih saja terdapat salah ketik di beberapa tempat. Hukum Wirausaha yang diberikan juga kadang-kadang gak nyambung dengan tema kisah yang diceritakan di depannya.