Jump to ratings and reviews
Rate this book

Saat Berharga untuk Anak Kita

Rate this book
Cair, mengalir dan akrab.
Ditulis dengan gaya khas Fauzil Adhim yang renyah dan lincah, buku ini bukan hanya sekedar menyajikan cara praktis mengasuh anak, lebih dari itu kaya dengan sentuhan hikmah. Ada renungan yang mencerahkan, ada saran yang mudah dicerna, dan ada pemaparan yang menggugah. Pengalaman Fauzil Adhim memberi konsultasi kepada para orangtua membuat kita menemukan banyak sekali contoh aktual yang nyata terjadi dan boleh jadi sering kita lakukan.

Melalui buku ini kita akan diajak untuk bisa berada di titik jernih sebagai orangtua. Kejernihan emosi inilah yang akan sangat membantu kita untuk mampu bersikap tepat terhadap anak dan menjadikan masa kecil mereka bahagia dan bermakna.

277 pages, Paperback

First published January 1, 2009

37 people are currently reading
368 people want to read

About the author

Mohammad Fauzil Adhim

25 books144 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
88 (47%)
4 stars
72 (38%)
3 stars
18 (9%)
2 stars
4 (2%)
1 star
5 (2%)
Displaying 1 - 30 of 31 reviews
Profile Image for Zainuri.
17 reviews66 followers
March 2, 2010
Kalau hari ini kita masih ingat agama, dan merelakan keringat kita di jalan-Nya, maka itu boleh jadi bukan keberhasilan kita. Kalau hari ini kita ingat tentang tanggung jawab sesudah mati, sangat mungkin bukan karena kebaikan yang sepenuhnya lahir dari kesadaran kita. Boleh jadi itu semua bukan merupakan prestasi kita sendiri, melainkan justru terutama orangtua kita. Mereka menanam benih-benihnya, lalu tumbuh mengakar di dada kita. Atau para guru kita yang tulus menyemainya, lalu Allah kokohkan dalam hati kita.

Historia vitae magistra, begitu kata pepatah. Sejarah atau pengalaman adalah guru terbaik kehidupan. Orang-orang yang mengambil pelajaran dari mereka yang telah mendahului kita, Insya Allah akan tahu bagaimana memaknai tugas hidup sebagai orangtua. Dari perjalanan saya ke timur dan ke barat, saya melihat betapa tak bergunanya kebanggaan terhadap kreativitas dan kecerdasan anak, ketika mereka tidak tahu jalan hidup yang harus ditempuh. Bahkan ilmu agama yang tinggi pun akan sia-sia kalau mereka tidak mempunyai harga diri yang bersih serta tujuan hidup yang pasti. Betapa banyak anak-anak yang memiliki keluasan ilmu agama, tetapi karena kita salah menanamkan tujuan, mereka justru menjadi pembawa kesesatan dengan ilmu yang ada pada dirinya.

Ada hadis yang sangat sering kita ingat, tetapi sangat jarang menjadi landasan kita dalam berbuat. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam pernah mengingatkan kita, “Sesungguhnya setiap amal tergantung dari niatnya—dalam riwayat lain: tergantung dari niat-niatnya—dan sesungguhnya setiap orang hanya memperoleh apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang ingin diraihnya atau perempuan yang ingin dinikahinya, maka (nilai) hijrahnya adalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya itu” (H.r. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi & an-Nasa’i).

Banyak orangtua yang berhasil mendidik anaknya bukan karena kepandaiannya mendidik anak, tetapi karena doa-doa mereka yang tulus. Banyak orangtua yang caranya mendidik salah jika ditinjau dari sudut pandang psikologi, tetapi anak-anaknya tumbuh menjadi penyejuk mata yang membawa kebaikan dikarenakan amat besarnya pengharapan orangtua. Di antara mereka ada yang selalu membasahi penghujung malam dengan airmata untuk merintih kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Di antara mereka ada pula yang menyertai langkah-langkahnya dengan niat yang lurus dan bersih.

Kadang seperti tak berkait langsung. Tetapi amal bergantung pada niatnya. Seorang ibu menyedekahkan hartanya karena mengharap ridha Allah dan penjagaan iman atas anak-anaknya, lalu Allah tegakkan dinding di hati anak sehingga tak terjangkau oleh kerusakan yang ada di sekitarnya. Boleh jadi seorang istri bersikeras meminta suaminya menyucikan harta, lalu Allah sucikan hati anak-anak mereka dari keruhnya hati dan kotornya pikiran. Boleh jadi pula ada bapak-bapak yang sibuk dengan perkara yang seakan tak bersentuhan dengan agama, tetapi sesungguhnya ia sedang menolong agama Allah, sehingga Allah berikan pertolongan kepada mereka. Allah datangkan pertolongan kepada mereka dengan jalan yang tak terduga.

Teringatlah saya dengan firman Allah, Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, pasti Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Q.s. Muhammad [47:]: 7).
Ya Allah, alangkah masih sering lalai hati kita. Kita berbuat, tapi tanpa berniat. Bahkan di saat kita sedang sibuk berbicara agama pun, yang memenuhi hati seringkali bukan niat yang bersih. Akibatnya hati kita risau dan jiwa kita gelisah. Alih-alih membincangkan agama, yang ada justru perdebatan yang mengeraskan hati. Inilah antara lain yang menyebabkan sebagian ulama hilang kharismanya.
Astaghfirullahal ‘adzim. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Di zaman ketika wibawa sebagian ulama semakin rapuh, rasanya kita perlu menguatkan hati anak-anak kita. Di masa ketika masjid-masjid justru sibuk mengundang artis, kita perlu memperbanyak amal untuk memohon barakah Allah bagi kebaikan hidup kita dan anak-anak kita. Sesungguhnya Allah yang menggenggam hati manusia.

Semoga Allah mengampuni kelalaian kita. Semoga pula Allah menggerakkan hati kita untuk lebih mengingat-Nya, sehingga apa pun yang kita kerjakan mempunyai nilai di hadapan Allah. Semoga apa yang kita kerjakan sekarang, bisa menjadi bekal pulang ke kampung akhirat.

Telah berlalu masa orang-orang terdahulu. Setiap saat masa beralih dan zaman bertukar. Orang-orang yang dahulu berteriak lantang, sekarang mungkin sudah tinggal tulang belulang. Anak-anak yang dulu lucu-lucu, sekarang mungkin sudah menjadi penyejuk kalbu yang membawa haru karena tulusnya perjuangan mereka. Tetapi sebagian lagi mungkin justru menjadi penyebab airmata pilu para orangtua. Anak-anak yang dulu mengeja a-ba-ta-tsa, sekarang mungkin sedang aktif berdakwah. Tetapi sebagian lagi mungkin justru sedang sibuk menjual agama…

Masa berganti, zaman bertukar. Hanya hukum Allah yang tak pernah berubah, meskipun kita menggantinya setiap saat. Allah menyuruh kita mengambil pelajaran dari mereka yang telah pergi; baik mereka yang meninggalkan kebaikan maupun mereka yang membawa keburukan. Di dalamnya, ada hukum sejarah yang patut kita catat.

Ya… ya… ya… masa terus berganti. Kita tak bisa meminta anak-anak untuk menjadi seperti kita. Seperti nasihat ‘Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhahu, kita didik anak-anak kita untuk sebuah zaman yang bukan zaman kita. Terserah mereka akan jadi apa, yang penting ‘akidah, iman dan komitmen mereka sama dengan kita atau lebih teguh lagi.

Zaman bertukar dan dunia terus berubah. Pada masa kita kecil, alat pengirim berita paling cepat adalah telegram. Sekarang, ketika kita belum terlalu tua, telegram sudah tidak dipakai lagi. Telegram sudah menjadi teknologi yang ketinggalan zaman. Sekarang melalui perangkat kecil di tangan yang bernama komunikator, berita dari manca negara lengkap dengan fotonya bisa kita akses setiap saat. Anak-anak yang masih ingusan bisa mendapatkan ilmu-ilmu berharga lewat internet dengan kecepatan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Tetapi pada saat yang sama, lihatlah di bilik-bilik warnet itu, bagaimana sejumlah anak kaum muslimin sedang terombang-ambing di hadapan situs-situs porno.

Kita mungkin bisa mencegah dengan kekuasaan atas anak-anak itu. Tetapi apa yang sanggup kita kerjakan sesudah kita tiada? Tak ada. Itu sebabnya kita mulai perlu berpikir tentang bekal buat anak-anak kita sesudah jasad terkubur tanah. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ mengingatkan, “Dan hendaklah orang-orang pada takut kalau-kalau di belakang hari mereka meninggalkan keturunan yang lemah, dan mencemaskan (merasa ketakutan) akan mereka. Maka bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan qaulan sadidan (perkataan yang benar).” (Q.s. an-Nisâ` [4:]: 9).

Di tempat ini, kita sudah pernah berbincang tentang qaulan sadidan. Adapun tentang takwa, rasanya tak ada yang dapat saya sampaikan. Iman masih lemah, ilmu nyaris tak ada, sementara amal hampir-hampir tak ada yang dapat dibanggakan. Ingin sekali saya berpesan tentang takwa, tetapi saya lihat hati ini masih amat keruh. Padahal ketika Allah berpesan agar kita takut kalau-kalau di belakang hari meninggalkan generasi yang lemah, hanya dua yang menjadi jalan keluarnya, yakni takwa dan berbicara dengan perkataan yang benar.

Inilah dua hal yang amat sederhana, tetapi butuh perjuangan yang tak pernah usai. Seperti anak-anak kita kelak, setiap saat bertarung pada diri kita bisikan-bisikan kepada kesesatan dan bisikan-bisikan takwa. Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha. Di hati kitalah semua bertarung.

Ya, dua hal itulah yang dapat kita harapkan menjadi bekal bagi anak-anak kita kelak. Bukan psikologi. Bukan sosiologi.

Semoga Allah kuatkan iman kita. Semoga pula Allah memperjalankan kita dalam takwa kepada-Nya. Semoga langkah kita senantiasa berada di atas niat yang kokoh dan tujuan yang baik. Semoga setiap langkah kita membawa kepada ridha-Nya dan meninggalkan bekas yang mantap di hati anak-anak dan keturunan kita, sehingga mereka senantiasa memenangkan bisikan takwanya.
Selebihnya, ada yang harus kita benahi. Tentang iman kita. Tentang ilmu kita. Juga tentang amal-amal kita.

Kepada Allah kita menggantungkan harapan. Hari-hari mendatang anak kita, di tengah tantangan yang semakin menakutkan, semoga dapat memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illallah. Semoga Allah memperjalankan mereka sebagai penolong-penolong-Nya. Allahumma amin.

Diambil dari Buku yang berjudul ‘Saat Berharga Untuk Anak Kita’
Penulis: Mohammad Fauzil Adhim
Harga: Rp. 36.000,-
Penerbit: Pro-U Media





Profile Image for Aneukmuda Blangbintang.
17 reviews2 followers
December 5, 2012
Jika membelai kepala anak kita adalah agar kelak kita tua ia memuliakan, menjaga dan menghormati kita. Maka siapa jamin kita bisa berumur lebih dari 70 thn.

Jika mengajarkan anak bisa mendoakan kita sepeninggalan kita nanti. Maka siapa jamin kita lebih dahulu menninggal dan ia sempat tua lalu mendoakan kita yang sudah meninggal.

Sesungguhnya membesarkan anak kita adalah untuk menunjukterangkan bahwa Rabb yang patut disembah itu adalah hanya ALLAH RABBUL JALAL..

"Sesungguhnya tidaklah Ku-ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku"
Profile Image for Hayatuddin Al Qassam.
2 reviews7 followers
April 11, 2013
Baru beberapa hari yang lalu saya 'melahap habis' buku ini. Cair, mengalir dan akrab, sebagaimana dituliskan di sampul belakang buku ini, benar-benar terasa saat kita membacanya. Gaya penulisan yg dipakai oleh Ust. Fauzil ini memang khas sekali, sama khasnya dengan buku-buku pro-u yg lainnya. hehe... Cocok untuk tipe pembaca dari berbagai kalangan. :)

Di buku ini kita akan diajak untuk mengevaluasi lagi pola-pola pendidikan terhadap anak kita. Sudahkah ia sesuai dengan yang dituntunkan, dianjurkan dan diperintahkan agama kita atau belum. Kita juga diajak untuk bernostalgia mengingat masa kecil kita, bagaimana orang tua kita memberikan pendidikan pertama pada kita.

Setelah membaca buku ini saya merasa tertampar, ternyata apa-apa yang saya lakukan selama ini sangat jauh dari yang seharusnya dilakukan. Akhirnya saya berharap hal itu bisa menjadi bekal bagi kami (saya + istri) untuk mendidik anak-anak kami kelak. aamiin.

Strongly recommended book. :)
Profile Image for Ar Rifa'ah.
Author 1 book1 follower
January 17, 2013
Sebuah buku yang mengajak kita untuk lebih serius dalam upaya membangun peradaban; mendidik anak-anak untuk siap menghadapi zamannya. Kombinasi apik antara ilmu syar'i dengan tinjauan psikologi modern yang tentu sangat dikuasai oleh penulisnya. Bahwa masa-masa berharga untuk menanamkan nilai luhur kepada anak memang tidaklah panjang, maka diperlukan kejelian orang tua untuk dapat memanfaatkannya dengan baik. Penekanan pada aspek 'niat' juga menjadi suatu sorotan yang penting dalam buku ini. Sebuah buku yang sangat layak untuk dibaca oleh mereka yang akan -apalagi yang sedang, mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua :)
Profile Image for Tresna Putri.
71 reviews
Read
September 30, 2016
Good book. Setuju sama ust. Fauzil Adhim. Banyak orang tua yang memerangkap anaknya dalam kata-kata kebebasan dengan tujuan kreativitas. Sebagai contoh menonton TV. Saat orang tua memberi statement "Bagus dong anak nonton kartun X kan mengajarkan berbuat baik kontennya". Jadi yang perlu mengajarkan anak itu TV atau orang tua? Heee. Di sini banyak mengupas perilaku orang tua dan dampak terhadap anak. Mari besarkan anak dengan kasih sayang dan pengertian. Memarahi boleh, tapi tidak cuma sekedar marah :)
Profile Image for Kurnia Dwi Aprilia.
216 reviews4 followers
February 17, 2017
Buku yg bagus untuk dibaca para orangtua atau para calon orang tua atau siapa saja yg menginginkan keluarganya, anak2nya, anak2 didiknya, tetangganya dan atay orang2 terdekatnya menjadi lebih baik. Sebab, buku ini membahas hal2 yg sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yg ternyata kemungkinan besar tidak berdampak baik bagi perkembangan jiwa anak2. Misalnya di sini dibahas mengenai kemarahan orangtua yg seringkali lebih dikendalikan oleh emosi bukan karena dalam rangka mendidik anak. Tentang orangtua yg meninggalkan anak2nya dalam jiwa2 yg kosong dan rindu alan kasih sayang. Tentang orangtua yg meremehkan kemampuan anaknya. Tentang orangtua yg memberikan kebebasan berbahasa dengan mengatasnamakan 'sayang anak'. Tentang orangtua yg seringkali 'membohongi' anaknya agar anak tidak rewel, berhenti menangis. Tentang tauladan2 yg dicontohkan oleh Rasul dan para sahabat Rasul dalam memperlakukan anak2. Tentang kau dan aku, yg mengalir seperti air (*eaaa... tepok jidat).

Yg belum baca, saya rekomendasikan untul baca. Biar pengetahuannya bertambah. Kesadaran dirinya bertambah. Kematangannya bertambah. Keterampilannya bertambah. Dan, kesabarannya juga bertambah.

Saya tutup dengan kutipan yg juga menjadi doa untuk kita semua:
"Semoga kita kelak bisa melihat anak2 yg dadanya dipenuhi kasih-sayang, tangannya kokoh menegakkan kebenaran dan sikapnya tegas memegang prinsip. Semoga pula anak2 kita menjadi pengantar kita masuk ke surga-Nya yg tertinggi. Allahumma amin."
Profile Image for Sarah Az Zahra.
41 reviews
December 5, 2021
"Selain mencerdaskan otaknya, salah satu bekal yang harus kita berikan kepada anak-anak kita adalah kedekatan emosi yang hangat. Mereka bahagia jika berdekatan dengan kita, bukan karena uang yang kita berikan, tetapi karena waktu yang kita luangkan untuk bercanda dan berbincang bersama mereka."

Salah satu kutipan yang ada di bukunya Pak Fauzil Adhim dan berhasil membuat saya sepakat dengan hal tersebut. Meski saat ini belum berstatus istri dan orang tua, sebagai anak, waktu yang diberikan orang tua kepada saya amat sangat berarti. Kehadiran mereka sepulang kerja selalu saya nanti. Cerita-cerita serta hadiah karena saya sudah berhasil melakukan sesuatu juga selalu berhasil membuat hati kecil ini bahagia. Segala puji hanya bagi Allaah.

Semua nasihat yang termaktub dalam buku terbitan Pro-U media ini menjadi salah satu buku parenting yang cukup penting untuk dimiliki dan dibaca sebagai pengingat untuk diri saat Allaah telah amanahkan menjadi seorang istri sekaligus seorang ibu nanti. Jazaakallaahu khoir, Pak Fauzil Adhim.☺
Profile Image for Sabrina Kerana Wahyu Pertama.
13 reviews
January 31, 2022
Buku yang menarik untuk para ibu bapa untuk mengingat kembali mengapa amanah Alla yang diberikan kepada kita harus dijaga dan dilayani dengan sebaiknya.
Banyak sisi-sisi yang membuatkan muhasabah kepada ibu bapa di saat mendepani kerenah anak-anak.
Siapakh yang lebih keanakan, mereka atau kita yang dewasa.
satu bacaan yang menyegarkan kerana setiap contoh pasti mengdekatkan kita kembali kepada peringatan mengapa mereka menjadi amanah kita.
Dan apa sepatutnya yang kita lakukan untuk mereka.
Profile Image for Muhamad Rifai.
15 reviews1 follower
September 4, 2020
Belajar memahami bagaimana bersikap lemah lembut kepada anak dan bagaiaman membentuk karakter anak saya kira kalian wajib baca buku ini.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Meta Morfillah.
665 reviews23 followers
August 20, 2015
Judul: Saat berharga untuk anak kita
Penulis: Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit: Pro-U media
Dimensi: 278 hlm, cetakan 2009
ISBN: 978 979 1273 54 1

Tidak harus menjadi orangtua untuk membaca buku parenting semacam ini.

Itulah yang saya rasakan saat membaca buku ini. Meski sasaran utamanya adalah orangtua yang memiliki anak, tapi saya merasa buku ini pun sangat tepat bagi yang masih lajang dan pernah menjadi anak. Buku ini mengajak saya kembali bercermin tentang diri saya di masa kecil, pola pengasuhan orangtua saya, dan bagaimana saya harus memperlakukan mereka yang lebih muda dari saya. Banyak sekali kata-kata yang menurut saya mutiara dalam buku ini dan ingin saya beritahukan pada dunia, tapi itu hanya akan mengurangi kelebihan buku ini, jatuhnya saya spoiler. Dengan gaya penulisan yang mengalir, mengambil contoh keseharian, disertai bahasa yang mudah dicerna, hasilnya begitu menggugah saya.

Buku ini menekankan bagaimana cara menjadikan masa kecil anak-anak kita sebagai saat paling berharga untuk membangun kedekatan emosi, menciptakan pola komunikasi, dan pentingnya menata niat kita dalam mendidik anak. Sebab semuanya bermula dari niat. Apa saja yang harus disiapkan demi masa depan mereka, meliputi bekal yang tepat dan jiwa yang kuat.

Terdiri atas 5 bab yang tiap judul babnya merupakan inti pesan buku ini, yaitu semuanya bermula dari niat, membangun jiwa anak, titip rindu buat anak, menghukum dengan kasih sayang, dan mempersiapkan masa depan anak.  Semua menyadarkan kita--sebagai orangtua--untuk menyadari esensi niat kita dalam membesarkan dan mendidik anak. Bahwa semua dilakukan atas dasar amanah Allah, bukan demi mengharapkan pujian manusia lain atau pun berharap agar anak berbakti pada kita di hari tua. Tentunya dengan menjadikan diri kita saleh dulu, memilih pendamping yang saleh juga untuk bersama saling mengingatkan tentang cara mendidik yang sesuai ajaran Allah. Disertai beragam tips seperti bagaimana memaksimalkan kualitas waktu bersama anak, apa saja yang harus dilakukan agar anak berbakti pada orangtuanya kelak, menanamkan tekad untuk berbagi atau memberi, dan apa saja yang perlu diperhatikan ketika harus memberikan hukuman pada anak.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang. Saya juga merekomendasikan buku ini untuk dibaca.

"Khairul kalam kalamullah, khairul huda huda Muhammad. Sebaik-baik perkataan adalah firman Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Muhammad SAW." (Hlm. 201)

Meta morfillah
Profile Image for Fitria Mayrani.
521 reviews25 followers
July 26, 2013
Buat bekal, beb... :)

Dua minggu lalu saya mengikuti talkshow buku ini. Menarik, karena saya memang sengaja membekali diri biar bisa jadi ibu dan istri yang baik. *tsaahh #uhuk

Ngomong-ngomong soal mengasuh anak, saya jadi inget gimana ortu (terutama ibu) saya dulu mendidik saya. Saya inget betul dulu ketika masih kecil, saya tuh pengen banget nyuci piring. Tapi Ibu saya ngelarang dengan alasan I am too little to do that. Nah, ini adalah salah satu kesalahan orangtua dalam mendidik anak. Harusnya ortu memberikan kesempatan kepada anak membantu pekerjaannya. Tentu ortu harus memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana cara memcuci piring yang benar. Kalau anak sudah diajari dan dia bisa melakukannya maka akan timbul rasa percaya diri yang tinggi.

Membaca buku ini memaksa saya membuka memori masa kecil. Hihihihi, saya memang suka menyulut amarah ortu. Walaupun gak nakal sih sebenernya. Cuma bandelnya itu lho... Mudah-mudahan anak saya nanti gak bandel kayak saya :D

Buku ini bagus, beneran. Karena buku ini ditulis berdasarkan perspektif seorang ayah, coba deh yang ngerasa sudah siap jadi ayah baca buku ini.
Profile Image for Ulfa.
14 reviews1 follower
April 17, 2011
buku ini mengingatkan aku tentanng banyak hal, ada keteladanan dari seorang ayah, ahhh.
buku ini ringan dan enak dibaca untuk semua kalangan, baikyang mau menikah, yang akan punya anak, atau seorang pendidik, em dibaca buat psikolog juga bisa.
berisi panduan praktis aar kita tidak melupakan masa berharga perembangan anak.
yaaa, lebih mengarahkan kepada bahasanya " bapak " karena yang membuat adalah seorang bapak tapi, it's no problem, yang penting ilmu yang ada diambil dan diamalkan,,, ^^.
senang bisa baca karya ust ini tulisannya enak dibaca.
Profile Image for Siska Nurohmah.
48 reviews23 followers
April 17, 2011
Ia bercerita dengan hati.
Ketulusannya terasa untuk berbagi dengan pembaca.
Mungkin banyak yang berteori segala macam tentang psikologi anak dan parenting. tapi bagi saya Bapak Fauzil Adhim menyatakannya dengan tulus dan sederhana, lahir dari pengamatan yang lekat, serta keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi generasi kemudian.
Semoga penulis beroleh pahala karenanya.
Profile Image for Zulfina Ariestyananda  Panatagami.
16 reviews
November 12, 2014
Empat jempol untuk pak Ustadz.
Yah, nyaris tiap lembarnya saya buka dengan beriring linangan bulir bening di sudut mata saya. Mungkin karena saya pribadi merasa sebagai terdakwa, atas nasihat-nasihat yang diasampaikan pak ustadz. Yah, betapa saya belum bisa mewujudkan akhlaq yang benar-benar baik dalam mempergauli putra saya. saya sangat menyayanginya.
Profile Image for Lia Aprilia.
28 reviews8 followers
November 12, 2010
kata temen-temen buku ini keren.
tentang mendidik anak, lumayan buat bekal :D
tapi aku belum punya.
ntar deh kalo dah selesai baca buku api sejarah baru beli buku ini.
urutan;
baca buku
men jadda wa jada - api sejarah 1 - api sejarah 2 - baru deh buku ini :D
Profile Image for N,sy..
51 reviews4 followers
January 6, 2021
Sekali lagi membacanya setelah punya 2 anak dan sekali lagi tersentuh dengan cara bapak ustadz bertutur yang mendalam, lugas, shahih, jujur, rendah hati.

Highly recommended bagi para orangtua yang ingin semakin mencintai ananda karenaNya 🧡
23 reviews8 followers
October 7, 2014
I like the way Ustadz Fauzil Adhim tought us how to treat children and to grow their goodness. I learn that the most important thing to be emphasized in parenting is how to ensure the children have the salimul aqidah, true belief in Allah.
Profile Image for Monika Putri.
27 reviews8 followers
February 8, 2013
Secara keseluruhan bagus dalam isi, melihat pendidikan anak dari berbagai aspek.. tetapi penyampaian terasa agak kaku dan kurang luwes serta beberapa kalimat yang diulang2 membuat agak bosan hehehe
Profile Image for Adriyan Achda.
93 reviews7 followers
July 13, 2013
setelah belum lama nonton drama Aishiteru dan kemudian baca buku ini, tau cara menghadapi dan membesarkan anak dengan baik itu sangat penting.
Profile Image for Sirot Fajar.
Author 3 books3 followers
July 2, 2014
Biar belum punya anak, setidaknya buku ini akan mendorong untuk menjadi anak yang baik buat orang tua kita..
Profile Image for ayanapunya.
338 reviews13 followers
January 28, 2012
bagus..sayang kurang banyak contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Profile Image for Sarah Aini.
2 reviews1 follower
April 19, 2017
Satu kalimat yang saya dapat dari buku ini, "Jangan marah pada anak."
kalau diibaratkan mahasiswa yang dimarahin dosen pembimbingnya, saya sebagai mahasiswa yang dimarahin itu akan mengumpat, ngegosipin beliau, dan males bimbingan, nantinya nggak lulus-lulus, dan pada akhirnya hilang motivasi.
Displaying 1 - 30 of 31 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.