Jump to ratings and reviews
Rate this book

Mulai Mengerti

Rate this book
"Mulai Mengerti"

Kumpulan tulisan dari Edward Suhadi

Buku adalah kegelisahan katanya. Tidak salah. Tulisan demi tulisan pendek ini memang lahir dari kegelisahan dan pengamatan sehari-hari. Bagaimana seseorang memang dipenjara atau dimerdekakan sesuai isi kepalanya.

Ide utama buku ini satu, yaitu hidup, walau sepertinya acak, tidak punya aturan, dan tidak bisa dipecahkan, sebetulnya tidak demikian.

244 pages

Published December 1, 2022

16 people are currently reading
125 people want to read

About the author

Edward Suhadi

2 books11 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
114 (67%)
4 stars
44 (26%)
3 stars
8 (4%)
2 stars
2 (1%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 30 of 35 reviews
Profile Image for Sintia Astarina.
Author 5 books358 followers
January 23, 2023
Resolusi 2022 yang kecentang di awal 2023: dapet mentor. ✅

Gara-gara buku ini, diingetin lagi kalau mentor nggak melulu berwujud manusia. Bisa jadi dia adalah buku, meski di baliknya ya ada sosok manusianya juga.

#MulaiMengerti adalah kumpulan tulisan Ko @edwardsuhadi yang berisi pengalaman, pengamatan, serta kegelisahan soal hidup, yang menawarkan kepada pembaca perspektif lain soal keseharian, pekerjaan, kepemimpinan, relationship, dan kebahagiaan.

Kalau udah follow IG-nya sejak lama, pasti familier dengan ceritera, gaya bertutur, juga format menulisnya.

Masiiih aja berdecak kagum dengan kejeliannya berkisah, sampai-sampai aku ngerasa kewalahan karena dari awal sampai akhir disodorin 🥓daging 🥓 terus. Enak, bergizi, gampang dikunyah. Meski menelannya harus hati-hati, percaya kenyangnya tahan lama.

Tulisan Ko Edward bukan asbun aja. Coba deh baca “Kalau Gua Ajarin Semua, Nanti Dia Lebih Pintar”, salah satu tulisan yang kusuka. He always loves building people. It’s his true calling. Apa yang dia bisa, dia punya, dia jago, dia nggak pelit buat bagiin (legacy-nya) ke orang lain.

Kalau nantinya orang lain akan lebih pintar atau bahkan berpotensi menggeser posisi kita (dalam kerjaan misalnya), nggak perlu takut. Kita punya PR jangka panjang untuk dikerjakan: memperbesar kapasitas kita.

Menariknya, “legacy” ini juga didapatkannya dari orang lain: orang yang lebih pintar, lebih bijaksana, yang hatinya lebih mulia, termasuk sosok Ibunya.

👩🏻: “Hati-hati kalau bicara.”

👩🏻: “Bini elu bukan cenayang. Ngomong.”

👩🏻: “Kalau bini atau laki orang maen gila, elu harus denger cerita kedua belah pihak. Ga ada orang yang tiba-tiba selingkuh.”

Kalo dipetakan, warisan turun-temurunnya tuh kayak gini: Orang yang “lebih” + Ibu ➡️ Ko Edward ➡️ Pembaca ➡️ Ahli waris selanjutnya (bisa jadi kamu).

Habis baca buku ini tuh rasanya pengin merenung & kembali melihat ke dalam diri. Kendati jadi punya banyak PR, dengan senang hati aku mau banget ngerjainnya.

Menurutku, ini tipe buku yang sayang banget kalau cuma dibaca doang terus udahan.

Diskusiin bareng, yuk! Biar unek-unek di kepala dan hati lebih plong keluarnya.
Profile Image for Henzi.
210 reviews16 followers
May 21, 2025
Berangkat dari video nasi telor ceplok yang viral di masa pandemi covid-19, saya mulai mengikuti Ko Edward di Instagram. Video ini merupakan reaksi atas panic buying yang tidak wajar di masanya. Keosnya masa itu membuat sebagian orang takut tidak bisa bertahan hidup; yang di antaranya pada belanja gila-gilaan. Harga bahan baku pokok melejit tinggi karena persediaan semakin langka. Akibatnya, orang-orang menengah ke bawah akan terdampak karena daya belinya rendah. Padahal, hanya dengan berbekal nasi putih dan satu telor ceplok kecap aja, manusia sudah bisa bertahan hidup. Tidak perlu sampai panik. Ko Edward mencoba untuk berpesan bahwa setiap dari kita harus BEREMPATI, untuk memikirkan satu sama lain agar semua orang kebagian bahan pokok dengan cara tidak membeli secara berlebihan. Semua pasti cukup dan bisa bertahan, kok.

Dari sinilah saya menemukan banyak konten lain, yang mengajarkan tentang hidup, relasi kepada sesama manusia, pekerjaan, kepemimpinan, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Saking beragamnya, coba pilih aja satu konten acak di feed Instagram-nya, pasti akan menemukan caption yang memukau. Acap kali ia membuat diriku terheran-heran (in a good way), sambil berpikir: kok bisa ya, Ko, lo ngalamin begitu banyak masalah kehidupan, tapi tetep berpikir “waras”, terus bisa pulak nyelesaiin satu per satu. Salut.

Adapun buku ini merupakan kumpulan tulisan yang dibagi ke dalam beberapa segmen. Di antaranya tentang pekerjaan, hubungan dengan pasangan, kebahagiaan internal, leadership, dan juga tulisan yang sifatnya umum. Meski semuanya singkat (2-5 halaman, kalo tidak salah), tapi tepat sasaran dan bikin ‘nyes di hati.

Segmen favoritku tentu adalah Kerja Bisa Tidak Sengsara, karena di usia yang masih muda (tidak belia) ini, kekhawatiranku yang utama adalah seputar dunia profesionalitas.

Salah satu judul yang men-trigger-ku ialah Di Pekerjaan Kamu Banyak Masalah? Ko Edward mengajak kita untuk mikir lebih dalam lagi, dengan merenungkan pertanyaan berikut, kenapa kita dibayar? Kenapa ada orang mau bayar kita? Ya, jawabannya jelas supaya kita bisa memecahkan masalah. Lanjut lagi, menurut Ko Edward, “Nilai kita, ada di kecakapan kita memecahkan masalah. Semakin banyak, pelik, ruwet, dan berisiko tinggi masalah-masalah yang kita pecahkan, semakin tinggi nilai kita. Begitu juga sebaliknya.” Tentu saja, masalah yang di sini adalah masalah dalam pekerjaan, ya.

Di sini Ko Edward juga memberikan cara pandang dengan contoh yang jenaka tapi pesannya tentu saja dapet.

“Jikalau perjalanan karirmu ibarat sebuah jalan panjang dan masalah-masalah (sehat) adalah lubang-lubang menganga dan tumpukan batu longsor dan pohon tumbang penghalang di sepanjang jalan itu.

Jangan melihat dirimu sebagai pengemudi mobil yang mau pelesiran dan bersenang-senang, lalu rintangan-rintangan jahanam ini mengganggu, bikin repot, dan bikin kesal.

Tapi lihatlah dirimu sebagai sebuah crew perbaikan jalan.

Dirimu ganteng dengan rompi glow in the dark dan hardhat menyala. Cantik dengan jeans kerjamu. Pasukanmu lengkap dengan bulldozer, excavator, truj aspal, dan steam roller-nya. Sibuk menambal lubang, menyingkirkan bebatuan, dan menghilangkan halangan-halangan. Semakin kamu memperbaiki dan menambal, semakin maju kamu di jalanan itu.

Kamu memakai ID card di dadamu. Tercetak muka kamu yang berbahagia sambil mengacungkan jempol, lengkap dengan namamu.

Di bawahnya, tertulis jabatanmu:
Spesialis Perbaikan dan Pembuka Jalan, garis miring, Pemecah Masalah.”


Pekerjaan juga bisa dijadikan corong untuk dunia. Corong yang dimaksudkan adalah kesempatan untuk berbicara kepada dunia, media untuk menyalurkan kebaikan kepada khalayak ramai. Memang, selama berproses, akan ada banyak sekali masalah yang ditemui.

Lalu, muncul pertanyaan lagi, mana ada sih proyek yang tidak ada masalah? Mengutip kata Ko Edward, “A thousand moving components in a thousand variables we cannot control, trying to satisfy a hundref people including myself. That’s what a big project always looks like.” Pasti semuanya berawal dari benang kusut.

Kita juga sering melihat sebuah proyek berpotensi berakhir buruk. Gak akan mulus-mulusnya, deh. Ujung-ujungnya tambal sana-tambal sini, revisi ono-ini, stakeholder/client-nya tidak akan puas dan komplain dimari dan kemari, kita pun semakin pusing.

Padahal… bisa jadi proyeknya sukses. Bahwa segala hal yang belum terjadi selalu ada kemungkinan buruk dan baik pula. Itulah yang dinamakan sebagai kesempatan. Pergunakan kesempatan sebaik-baiknya, sebaik yang kita mampu usahakan. Bagaimanapun hasilnya nanti, jangan di-overthinking-kan, apalagi sudah diberi stigma buruk.

Selain itu, mana ada pekerjaan yang lingkupnya besar tapi tanggungjawabnya kecil, dan juga sebaliknya? Ko Edward juga bilang, “Masalah dalam pekerjaan, itu adalah sebuah keniscayaan. Sebuah tak ke-tak-terelakkan.” Kita bisa menyelesaikan masalah itu, paling tidak meminimalisir itu. Bisa kok.

—Update 2nd read 2025:
Apabila prinsip hidup ditunjukkan dengan warna, maka kita adalah pelangi. Pilihannya nggak cuma hitam atau putih yang terbatas pada benar atau salah, tapi ada banyak pilihan lain yang tersedia. Jika yang diinginkan adalah putih tapi nggak kesampaian, masih ada warna lain seperti merah, hijau, biru, ataupun silver. Hidup kita tidak hanya dilimitasi oleh dua pilihan.

Stop thinking about one, single, most precious, most irritating, most bugging white or black condition that you cannot have.

Start thinking the possibilities of a rainbow.


Apabila orang lain mengkritikmu habis-habisan atau melemparmu dengan berbagai alat berat yang bisa mencelakaimu, bukan berarti kita harus terdiam mematung. Jangan lupa bahwa kita punya pilihan: menangkis. Kita boleh tidak mengizinkan orang menyakiti hati kita. Kita boleh bebas dari rasa sakit itu, selama kita tidak membiarkannya masuk. Jangan membiarkan sakit hati itu berkembang, sebab ia seperti racun, yang sedikit demi sedikit bisa menggerogoti fisik & mental kita.

Hal-hal lain, seperti kebahagiaan, harus kita yang ciptakan sendiri. Artinya, kebahagiaan orang lain tidak boleh menjadi standar kita. “Si A punya mobil, aku juga harus punya. Si B punya keluarga sakinah, aku masih belum. Si C bisa kuliah ke luar negri dan mendapatkan kehidupan luxury, aku mah apaaaa.” Standar hidup orang lain bukanlah standar kita. Sejatinya bahagia kita & mereka nggak ada hubungannya. Kita bisa menjalani kehidupan bahagia dengan cara kita sendiri—tanpa ikut campur orang lain tentunya.

Ah, buku ini wholesome. Pemilihan kalimat-kalimatnya tuh brilliant. Kayak sederhana, tapi… nusuk. Bikin mikir gitu lho, bukan sekadar lewat aja.

__
Sebetulnya masih banyak (banget) pelajaran yang bikin ngebuka mata dan ngangguk-ngangguk sendiri. Selalu berdecak kagum setiap membaca tulisan demi tulisan. Kepengin bahas segmen yang lain juga, nih. Pan kapan mau revisi lagi reviu ini, ah.
Profile Image for Nur Reti Jiwani.
109 reviews27 followers
March 22, 2024
[ Kumpulan tulisan yang bikin hati & pikiran jernih ]

Itu kalimat pertama yang kepikiran di otak pas selesai baca buku ini. Sebagai salah satu pengikut instagram @edwardsuhadi, rasa baca buku ini tuh kayak baca caption Koh Edward (yang adem itu) tapi dalam dosis besar sekali HAP! 🍰☕️

Tulisannya cliche sih, iya... Tapi aku suka 🩷

Meskipun nggak kenal secara personal, lewat buku ini kayak dengerin Koh Edward ngomong. Mungkin kalau jadi staff di @ceritera_id yang lagi open vacancy itu bakal bisa denger setiap hari, ya? 🤭

Kayak dengerin Koh Edward ngomong karena buku ini ditulis seperti layaknya orang bicara. Bisa kedengeran nadanya, intonasinya, intensinya, duh.. enaaaak bener pokoknya. Semua cerita-cerita baik yang disampaikan tuh langsung meluncur masuk gitu ke sanubari 🥹

Belum lagi penulisnya pandai sekali bercerita menggunakan perumpamaan, seperti cerita soal cadence & speed dalam bersepeda, padahal intensinya adalah ngomongin fokus hidup tuh mau pilih yang mana.

Saranku, sebelum baca buku ini, kosongin dulu gelasnya. Soalnya kalau skeptis dan sinis duluan yaaa isi tulisannya cuma akan kamu tanggapi dengan kenyinyiran akan sulitnya hidup ini dan bahwa penulis bisa menyampaikan 'seindah' itu ya karena hidupnya udah enak 😬 kosongin dulu gelasnya, and ready for that ✨️enlightment✨️

Jujur, beberapa tulisannya sudah pernah aku baca di halaman instagrammnya, tapi tetap senang dibaca berkali pun! Definitely book that I will keep on my shelf. Thank you Koh Edward!

Personal Rate: 4.5/5 ⭐️
Profile Image for Woro.
95 reviews3 followers
April 24, 2023
Mulai Mengerti berisi tulisan-tulisan ko Edward yang sebelumnya sudah pernah Beliau bagikan di Instagram maupun blognya. Buku ini membahas banyak hal, misalnya hubungan, arti bahagia, dan hidup itu sendiri.
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
February 15, 2023
Pertama tahu IG-nya Edward Suhadi adalah yang tentang telur ceplok di masa awal pandemi. Sejak itu saya jadi follower beliau, dan membaca setiap postingannya. Kemudian di akhir tahun kemarin, ada info bahwa beliau menyusun sebuah buku. Tanpa pikir panjang, saya langsung PO di awal tahun ini.

Beberapa tulisan dalam buku ini pernah saya baca di IG-nya beliau. Tapi tetap saja menarik untuk dibaca kembali. Dan jujur saja, hanya satu bab yang saya baca kalimat per kalimat dengan baik, sisanya saya skimming. Bukan karena 'tidak menarik' atau 'sudah pernah baca nih...', tapi sebaliknya, buku ini sangat menarik, dan seharusnya ga dibaca dalam sekali duduk. Saya hanya ingin tahu artikel apa saja dalam buku ini. Sehingga jika suatu waktu nanti saya akan membuka dan membaca ulang artikel yang membuat saya merasa mendapatkan penguatan atau teguran.
Profile Image for Ernaldo Sanyoto.
2 reviews3 followers
April 11, 2023
Salah satu buku terbaik yang ditulis oleh penulis lokal Indonesia. Bagaimana cara menjalani hidup dengan lebih baik dengan hal - hal simpel di sekitar kita.
Banyak topik yang dibahas mulai dari karir, persahabatan, pernikahan, dan tips kehidupan lain nya yang dibahas dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti.
A must-read book for everyone 😊
Profile Image for Joshua Tanuwidjaya.
37 reviews4 followers
January 28, 2023
Enggak cukup dibaca sekali.
Ceritanya pendek-pendek, tapi dampaknya bisa panjang di kehidupan kita, kalau kita maknai.

Thank you ko Ed for sharing this with us :)
Profile Image for ayu amaradipta.
69 reviews18 followers
March 11, 2024
Udah sering baca tulisan Edward Suhadi, dan selalu kena. Terasa nyata, dekat dengan keseharian, berikutnya bikin cara pandang baru yang lebih ideal, tapi do-able. Kayak diajak ngobrol sama mentor.
Salah satunya di bagian pengingat bahwa kita ga bisa nolongin prosesnya orang lain, ga bisa bantu menjawab permasalahannya, karena cuma dia yang bisa melakukannya sendiri, kalau dia mau. Secara ga langsung ini juga bikin berpikir, bahwa diriku sendiri juga ga bisa berharap prosesku dibantu orang lain, karena aku juga ga jadi belajar. Supaya ga bawa mental sebagai korban, karena aku yang punya kontrol untuk merubah kondisi atau sudut pandangku sendiri.
Salah satu buku yang perlu punya untuk dibuka2 lagi sebagai pengingat. Atau setidaknya, ngikutin cara berpikirnya beliau dari tulisan2nya di media sosial.
Profile Image for Vinka Maharani.
147 reviews7 followers
February 14, 2023
Membaca buku Mulai Mengerti rasanya seperti berbincang, dengan suasana yang santai, selipan canda kecil dan banyak senyum. Senyum kecut, senyum pahit, senyum simpul, ada semua. Persis ketika membaca caption di Instagram om Edward Suhadi, karena memang apa yang ada di buku ini bersumber dari sana.

Buku ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu perspektif, work, leadership, relationship dan happiness. Hampir kesemuanya menyentuh hati. Jika ada satu atau dua yang saya kurang setujui pun, saya dapat memahami dari mana ia berasal.

Kalaupun ada yang mengganggu, barangkali ia berangkat dari ekspektasi yang saya taruh terlampau tinggi. Sehingga detil kecil, yang mungkin bagi orang lain bukan perkara, membuat saya berpikir "ah, andai saja ini...". Semisal tentang pemanfaatan keleluasaan medium buku. Di halaman 97 disebut bahwa penulis pernah belajar tentang apa yang dicari oleh orang bekerja. Apakah ada referensinya yang kami bisa turut pelajari atau gali? Buku memiliki ruang yang sangat luas untuk catatan kaki atau sumber yang dikutip, atau bahkan perihal trivial yang membuat cerita itu lebih kontekstual dan kaya, jika dibandingkan kolom caption Instagram. "Ah andai saja ini ada catatan kakinya..."

Juga peletakan nomor halaman yang ditaruh di sudut dalam halaman, menjadi friksi saat melihat kembali kutipan yang ingin dicatat. "Ah andai saja ini nomor halamannya di tepi..."

Terlepas dari pengandaian yang terkesan rewel ini, saya tetap menikmati buku ini. Semoga kamupun begitu.

Instagram || YouTube || Newsletter
Profile Image for Amanda Puspita.
67 reviews2 followers
February 25, 2023
Awalnya, aku ngerasa enggak bakal dapat insights baru dari buku yang "hanya" kumpulan tulisan dari Edward Suhadi ini. Wong aku follow sosial medianya sudah lama, bisa dibilang hampir 80% tulisan di buku ini sudah aku baca di unggahan sosmednya.

Ternyata aku salah. Tepat sekali keputusan Koh Edward membukukan tulisannya.

Karena bukan soal sudah pernah baca buku ini atau belum, tapi soal gimana tulisan-tulisan itu kembali menyentuhku, mengingatkanku, menamparku, menginsipirasiku.

Tulisan Edward bukan tipikal buku self-dev yang bullshitting dan sugar coating. Dia nulis dari pengalaman dan refleksinya pribadi. Karena pengalamanku dan pengalamannya jauh berbeda, ada beberapa tulisannya yang aku enggak sependapat dan sebenarnya bisa kujabarkan detail.

Tapi buat apa? Aku dan pembaca lainnya tidak harus sepakat dengan pola pikirnya. I respect his PoV and try to get the most wisdom out of it.

Susah dijabarkan, kalau kamu belum baca bukunya. Jika tertarik membaca buku ini, bacalah dengan penuh kerendahatian. Hanya dengan cara itu, maka kumpulan tulisan ini akan menemanimu dalam perjalanan refleksi diri dan kehidupan.

"Buku yang membuat hati jadi lapang untuk menghadapi tantangan", mungkin itu penjabaran yang tepat bagiku untuk 'Mulai Mengerti'. Karena seberapa kecotnya hidup kamu pun, selalu ada cara untuk mulai mengerti, untuk memilih menjalaninya dengan hati yang damai.
Profile Image for Stefanie Sugia.
731 reviews178 followers
May 6, 2023
"Harapan saya untuk buku ini, dan kenapa saya akan terus menulis, ya, cuma satu itu. Yaitu semoga para pembacanya sadar bahwa ternyata insan-insan, perasaan-perasaan, dan kejadian-kejadian yang berderet berbaris membentuk kubus yang namanya kehidupan, bisa dipelajari.
Sehingga di dalam kehidupan, kita bisa bukan hanya tubruk sana tubruk sini, coba putar sana coba putar sini, tapi kita bisa, mulai mengerti."

Aku pertama kali membaca tulisan Edward Suhadi saat melihat salah seorang teman membagikannya di sosial media. Pada saat itu, Edward Suhadi menceritakan tentang perjalanannya berusaha memiliki anak selama beberapa tahun dan bagaimana proses yang menyakitkan itu justru membuat hubungannya dengan istri jadi semakin dekat. Tulisannya yang sederhana itu terasa begitu menyentuh untukku, sehingga aku langsung memutuskan mengikuti akun sosial medianya dan terus membaca postingan yang ia buat selanjutnya. Oleh karena itulah, saat mengetahui bahwa Edward Suhadi akan menerbitkan buku yang berisi tentang pemikiran-pemikirannya, aku tidak ragu untuk langsung memesan dan kemudian membacanya. Meskipun ada beberapa tulisan yang sudah pernah aku baca di sosial media penulis, untungnya masih lebih banyak yang aku belum pernah ketahui sebelumnya. Membaca buku ini benar-benar membuatku merenungkan tentang kehidupan dan belajar melihat banyak hal dari perspektif yang baru 😊.
"Bersyukur adalah tahu persis bahwa hari-hari penuh dengan masalah, tapi kita punya kesempatan untuk menyelesaikannya satu per satu. Masalah adalah tempat kita belajar jadi lebih pintar."

"Saya jadi percaya ini, bahwa keadaan sulit, jika dilalui bersama orang yang tepat, ternyata bisa jadi kenangan manis. Dan kenangan-kenangan termanis dalam hidup, selalu sesudah kita bisa melalui kesulitan-kesulitan besar."

Kumpulan tulisan Edward Suhadi dalam buku ini dibagi menjadi 5 tema besar: Perspective, Work, Leadership, Relationship, dan Happiness . Dalam review ini, aku akan membagikan beberapa bagian yang paling berkesan untukku agar bisa memberikan gambaran tentang isinya. Dari 5 topik yang ada, favoritku adalah bab yang membahas tentang Relationship dan Happiness. Sejak membaca tulisannya di sosial media, aku sangat terinspirasi oleh pernikahan Edward Suhadi dan istrinya, Francy. Di bab Relationship, salah satu hal penting yang ditekankan adalah pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan. Pembaca diajak untuk belajar mendengarkan untuk mengerti dan bukan hanya untuk membalas. Ada juga cerita yang mengingatkan bahwa pasangan kita, atau dengan siapapun kita berhubungan, bukanlah cenayang yang bisa mengerti perasaan dan pemikiran kita dengan sendirinya. Jika ingin orang tersebut mengerti perasaan kita, menyampaikan dan mengkomunikasikan hal itu dengan baik adalah tanggung jawab kita.

Bab Happiness membahas pemikiran-pemikiran penulis tentang arti kebahagiaan. Salah satu bagian yang berkesan untukku adalah ajakan penulis untuk belajar tidak mengingini kebahagiaan orang lain dan sungguh-sungguh berbahagia atas kebahagiaan mereka. "Bahagia orang lain, sama sekali tidak harus diikuti pertanyaan-pertanyaan mengenai bahagia saya." Kutipan ini menekankan bahwa membandingkan kehidupan kita dengan orang lain adalah sesuatu yang dengan cepat merenggut kebahagiaan yang kita miliki. Selain itu, Edward Suhadi juga menulis tentang pentingnya berempati agar kita tidak mudah tersakiti oleh tindakan maupun perkataan orang lain. Empati akan membuat kita sadar bahwa kita bukanlah pusat dunia dan orang lain selalu punya alasan mereka juga. Dengan demikian, kita tidak akan mudah merasa sakit hati karena hal itu hanya bisa terjadi jika kita mengizinkannya.
"Saya merasa hidup itu bahagia, terasa penuh, terasa damai, terasa puas, bukan ketika kita hidup nyaman dan punya segalanya, tapi ketika kehidupan itu penuh dengan kegiatan mengisi dan menggunakan."

"Jadi saya mulai perjalanan panjang latihan tidak mengijinkan orang menyakiti saya.
Ada satu cara ampuh teman-teman.
Empati.
Sadar bahwa kamu bukan pusat dunia, dan orang lain selalu punya alasan mereka juga."

Selain dua bab itu, banyak juga tulisan yang tidak kalah menarik di bab yang lain tentang merasa cukup dan bersyukur, bagaimana reaksi kita terhadap sesuatu menunjukkan karakter kita, melihat kesempatan di bidang pekerjaan, dan lain sebagainya. Aku rasa setiap orang bisa memiliki bab favorit masing-masing tergantung dari musim kehidupan maupun pergumulan yang sedang dijalani. Meskipun membahas topik-topik berbobot, penulis berhasil menyampaikannya dengan cara yang mudah untuk dicerna. Di samping itu, ada halaman-halaman berisi ilustrasi yang menggambarkan beberapa tulisan—yang membuat pengalaman membaca buku ini jadi tidak membosankan. Highly recommend this book to everyone! Semoga Edward Suhadi terus berkarya sehingga buku ini bukanlah buku terakhir yang akan ia terbitkan 😊.
"Perjalanan setiap orang pasti tidak sama.
Sama dengan titik awal hidup kita yang berbeda-beda.
Banyak orang memulai hidupnya mulus dan penuh dukungan dan kasih sayang, dan lebih banyak lagi orang yang memulai hidupnya dengan kesepian, kekurangan, dan kepahita.
Tapi bisa, teman-teman.
Mungkin akan lebih lama, mungkin akan lebih sulit.
Tapi bisa.
Hidup berdamai dengan pikiran, sehingga mau mencoba berjuang dan akhirnya berhasil di keluarga, hubungan, karir, dan kebahagiaan."


Baca review selengkapnya di:
http://www.thebookielooker.com/2023/0...
Profile Image for Andrew.
48 reviews
January 29, 2023
Buku yang tidak tebal, tapi isinya berbobot seperti daging tebal.
Bukan hahya daging. Banyak sayuran dan buah buahan juga. Seperti kehidupan
Beragam, menjadi satu, tapi memiliki kesan masing masing.

Ko Edward benar benar storyteller handal, buanyaaak sekali life values dalam buku ini, dan membaca sekali tidaklah cukup.
Dan walau buku ini sebenarnya kumpulan tulisan singkat, tapi saat membacanya terasa semuanya bertautan.

Bakat Ko Edward sebagai penulis terlihat sekali di buku ini.
Saya doakan, Ko Edward terus mengembangkan bakatnya, dan menginspirasi calon penulis lain untuk meninggalkan jejak hidupnya dalam bentuk tulisan seperti Koko ini.

Salah satu quote (paraphrased) yang berkesan:
Gw dari dulu pengen kurus. Tapi ga semua hal kita bisa punya.


Aduh ngena sekali.

Thanks Ko, sudah menulis buku ini.
Ditunggu tulisan tulisan dan karya berikutnya.
Profile Image for Tyaaaaah.
1 review
January 28, 2023
Buku ini berisi kumpulan tulisan yang ditulis langsung penulis, untuk saya pribadi tulisan-tulisan ini menjadi pengingat, menjadi penyemangat, menjadi bekal untuk saya menghadapi hari-hari esok.
Ada satu tulisan yang paling saya ingat, intinya dia mengatakan, kita gak bisa membandingkan masa tabur dengan masa tuai seseorang.
Hari ini saya mulai mengerti, bahwa hidup orang yang menurut saya enak itu merupakan hasil dari apa yang mereka tabur di masa lalu. Dan mulai hari ini, besok, hingga seterusnya, saya akan mulai menyebar beberapa benih atau banyak benih untuk saya tabur. Agar suatu saat nanti, tiba masa dimana saya menuai apa yang sudah saya tabur.
Profile Image for Malik Wibowo.
2 reviews
January 29, 2024
Pertama kenal Ko Edward dulu dari blog pribadi beliau (http://edwardsuhadi.com/), baca satu dua tulisan, lalu keterusan, tulisan beliau tiba-tiba terbaca semua di blognya.

Setelah itu, tentu follow IG beliau.

Dari dulu, tata penulisan Ko Edward ini menurut saya enak dan mengalir, tulisan seperti sangat membumi, dibalut dengan lelucon khas beliau.

Melihat pengumuman di IG bahwa beliau habis menulis buku, tentu jari saya secara otomatis checkout di olshop.

Benar saja, buku ini seperti yang saya harapkan. Tulisannya sangat membumi, dengan bahasa yang terasa merangkul.

Buku ini menjadi salah satu buku favorit saya. Worth to read 🫶
Profile Image for Naura Athaya.
12 reviews
December 17, 2024
Reading this book feels like having a heartfelt conversation with a mentor, exploring life’s many dynamics. The discussions flow calmly—sometimes lighthearted with laughter, sometimes reflective, even the smallest moments in life that we discuss turned into valuable lessons. It’s the kind of book that, when you turn the final page, leaves you with a wide, contented smile, ready to embrace life with more gratitude. I can say that a lot of insights from this book will remain with me for a long time. :)

Definitely one of the books I really needed to read (and annotate a lot) this year. Thank you, Edward.
Profile Image for Wienny Siska.
51 reviews3 followers
February 4, 2023
Mesti bilang apa? 😁 Pastinya, buku ini pengingat akan hidup. Bacanya sambil mengingat apa yang sudah dijalani. Gw udah kaya begitu apa belon, ya? Gw kayanya masih suka kaya gini deh. Atau komen… Ah bener banget nih si Ko Edward😁. Pokoknya suka banget sama buku ini plus saat baca PENUTUP trus langsung tertohok, tapi sambil ngakak ya… ah, terbaca sudah klo gw ga mau ngacak itu rubik yang jadi bonus. Jadilah aku acak itu rubik saat menutup buku keren ini. Mari belajar lagi buat menyusunnya. 😂😂😂
14 reviews
July 23, 2023
Buku sekali duduk bagi saya, karena isinya yang memikat, ringan, namun tak kehilangan kedalamannya. Ada beberapa tulisan panjang, ada beberapa tulisan pendek, ada juga yang sifatnya personal. Semuanya bernas dan berisi. Bagi saya yang sudah mengikuti tulisannya semenjak lama pun tak bosan ketika membaca ulang. 👌
Profile Image for Asri Marwa Umniati.
6 reviews
March 13, 2023
I really recommend for everyone to read this. this explores interesting topics such as leadership, how to cope stress, relationship, work and happiness. this is a book that's worth your time to stop at the moment and reflect to it.
Profile Image for Elsa.
1 review
March 26, 2023
Buku pertama di tahun 2023. Teringat jelas rasa haru saat membaca kisah tentang pekerjaan dan tersenyum sepanjang membaca bagian setelahnya. Buku yang hangat yang bisa membantumu berpikir dan merasa dengan cara baru, menciptakan bahagiamu sendiri serta menjalani hidupmu dengan hangat.
Profile Image for Sarah Az Zahra.
41 reviews
February 23, 2024
Ah, suka buku ini! Maa syaa Allaah.. padat, bahasanya ringan, dan jelas. Tipikal buku yang bisa dibaca berulang kali mulai dari bagian mana saja. Di setiap ganti judul selalu nemu insight menarik! Ditunggu karya selanjutnya Ko Edward. :)
Profile Image for Ryan Christian.
15 reviews
April 1, 2023
Renungan dari sang penulis tentang cara pandang hidup. Saya dapat perspektif baru tentang hidup. Thanks !
Profile Image for Imam  Sihombing.
16 reviews3 followers
January 27, 2024
Membaca buku ini, ibarat berbicara tentang hidup dengan teman dekat. Terima kasih Ko Edward sudah menulis buku ini.
Profile Image for artbens.
23 reviews
February 7, 2024
For me while reading this book I imagined how I could organize myself with the many simple and straightforward advice present in this book.

Thanks koh edward!
This entire review has been hidden because of spoilers.
1 review
January 14, 2025
Buku ini super duper bagus dan seperti ngasih pelajaran hidup! Tulisan Ko Edward sangat ringan tapi penuh akan makna.
Profile Image for arsalanhere.
18 reviews
August 27, 2025
Suka banget sama buku ini. Beneran berasa dibantu buat jalanin problem hidup yg rasa-rasanya ga pernah kelar. Pelan-pelan aja. One step at a time.
Profile Image for Dinda.
118 reviews6 followers
April 4, 2023
Membeli buku ini karena senang sekali dengan tulisan-tulisan Edward di Instagramnya. Kalau tiba-tiba lewat di timeline, hati rasanya jadi hangat.

Baca bukunya juga begitu. Walau semacam redundant, karena isinya ada yang sudah di publish di instagramnya, tapi senang-senang aja. Jadi bisa punya dalam bentuk cetak yang bisa dibaca ulang kalau perlu boost semangat.
Displaying 1 - 30 of 35 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.