Bahkan ampe saya nulis review ini, saya masih gak tahu apa sih yang bikin saya sanggup ngabisin novel ini? Padahal novel sebagus Clara's Medal aja masih ke-pending ampe sekarang.
(Mungkin) jawabannya seperti kata Bertrand Russel ini : “There are two motives for reading a book; one, that you enjoy it; the other, that you can boast about it [on Goodreads].”
Pastinya, kalo menyangkut buku ini saya masuk kategori kedua. #ngunyahsemurhati
Jalan ceritanya singkat aja ya karena saya yakin udah banyak yang tahu juga. Rachel (di film diperankan Nirina Zubir) dan Farrel (Irwansyah) bersahabat sejak kecil. Rachel naksir Farrel tapi gak berani bilang. Dia cuma curhat ke sebatang pohon dengan cara menuliskan pesannya di pohon itu. (dia gak punya temen lain selain Farrel apa? Ngapain juga curhat ke pohon? Bahkan curhat ke kucing gang sebelah pun masih lebih mending daripada curhat ke pohon. Minimal kan si kucing bisa bahas curhatan anda dengan kucing tetangga lainnya dan siapa tahu nemu solusi. Lah kalo pohon? Apa sih yang diharapkan dari curhat ke pohon? Apa Rachel berharap angin akan menyampaikan curhatannya ke pohon tetangga? Kalo iya, berarti Rachel lupa akan sinetron fenomenal jaman dulu yang sekaligus memberikan informasi berharga untuk kita yaitu : ANGIN TAK DAPAT MEMBACA). *Buat yang gak ngerti silakan google* *dan saya baru sadar betapa penyebutan judul sinetron itu membuka rahasia umur saya* #dem!
Baiklah...kita balik ke topik sebelum saya mempermalukan diri lebih jauh. Anywaaaayyyy, Farrel naksir sama Luna (acha) dan belakangan baru ketahuan si Luna ini sakit sirosis hepatis yang udah parah banget ampe cuma bisa disembuhin dengan transplantasi hati. Di sisi lain, Rachel yang patah hati ngeliat kemesraan Farrel-Luna, lari sambil stress ke arah hutan (ato bukit?) sampe akhirnya jatuh terperosok di jurang. Bikin dia harus masuk RS, sampai diamputasi kakinya. In the end, Rachel memberikan hatinya pada Luna.
Nah sekarang waktunya saya list kejanggalan-kejanggalan di buku ini menurut saya :
1. Luna itu sakit sirosis kan? Gak dibilang sih sirosis kelas apa, tapi kalo dibilang ampe cuma bisa diselamatkan dengan transplantasi hepar, logikanya sih udah masuk ke kelas Child C dong ya. Nah masalahnya, emang penderita sirosis hepatis child C masih "sebagus" itu tampilan fisiknya? Mestinya sih udah ada asites (cairan di perut itu lho), spider nevi, kurus, matanya cekung kayak tengkorak, lemah. Pokoknya gak terlihat sebagus itu ampe si Farrel (cowoknya) gak bisa nyadar kalo si cewe ini gak sehat. Dan pastinya gak bisa diajak makan-makan cantik di pinggir kawah ato dayung-dayung perahu di danau!
2. Adegan makan di pinggir kawah diiringi pemusik itu emang romantis sih. Tapi gak logis, jenderal. Sekurang kerjaan apa sih jasa ekspedisi itu ampe mau-maunya angkat-angkat meja, kursi, makanan2 beserta pemusiknya ke samping kawah? Ini kawaaaahhhh lho yaaaa. Bukan sekedar kaki gunung. Coba bayangkan ada 4 petugas jasa ekspedisi ngangkut2 meja ke pinggir kawah, lalu cengo somewhere nunggu si client kelar makan dan bawa turun lagi itu meja dan kursi-kursi. Dan semua itu cuma karena ada 1 orang cowo kesambet yang entah kenapa mikir makan di pinggir kawah itu jenius! (jenius sih kalo dipikir. Kalo ceweknya ngeselin kan tinggal dilempar ke kawah). Untung saya gak pernah kepikir buka jasa ekspedisi.
3. Si Rachel meninggalnya kenapa sih? Kan kakinya infeksi ya sampe harus diamputasi. Trus udah gitu setelah dirawat beberapa hari, kondisinya makin parah. Kemungkinannya sih sepsis ya. Nah pertanyaan saya : emang orang sepsis boleh jadi donor? Ampe donor hati lagi. Woy....kalo sebadan2nya aja udah terinfeksi kuman ampe sepsis, hatinya pasti juga kena lah. Dan sejak kapan hati penuh kuman gitu boleh didonorin?
4. Kalo pun orang sepsis boleh jadi donor, emang dikira ngedonor organ itu segampang orang tuker baju? Banyaaaakkkk tes yang musti dilakukan untuk memastikan hati donor dan resipien bakal compatible. Gak cukup cuma sekedar tes darah aja (itu pun kalo emang bener dilakukan tes darah). It's like : "Cuy...hati gw rusak nih. Kudu ditransplan ama yang baru." "Nyante ma pren. Loe pake hati gw aja. Pasti cocok dah. Wong kita suka ama cowo yang sama. Itu aja artinya kita sehati kan?" "Cerdas abis loe, cuy."
Itu. Emang. Ide. Tercerdas. Sih. :/
5. Dan anggaplah Rachel dan Luna memang compatible dalam segala hal ampe bisa donor hati, kenapa juga si Rachel mesti meninggal? Transplantasi hati itu gak mesti dari orang meninggal kok. Kalo si Rachel emang niat ngedonorin, dia bisa aja langsung donorin tanpa perlu nunggu ampe jadi sepsis dan hati-nya penuh kuman dooonngg (tetep keukeuh degan teori si Rachel sepsis)
6. Yang paling mengganggu itu : JUDULnyaaaa.....JUDULnyaaaaaaaa. #keselektoa Itu judul aja udah "Heart" gitu lho. Kenapa pula yang ribet dibahas tentang transplantasi hati? Ini semua orang yang terlibat dalam novel ini (dan juga filmnya) nyadar gak sih kalo heart itu jantung?
Apa?
Heart itu cuma metafora? (eh bener gak istilahnya metafora?)
Tadinya saya juga mikir gitu kok.
Sampe saya ngebaca surat terakhir dari Rachel ke Farrel yang menjelaskan bahwa dia sangat mencintai Farrel dan dia mendonorkan hati-nya ke Luna sebagai bukti kebesaran cintanya. Surat itu pun ditutup dengan kalimat : dengan cara ini "my heart will always be with you". Dan sampe disitu, saya buru-buru cari kamus. Cuma buat mastiin apakah arti Heart sudah berubah sekarang ini. Dan ternyata belum sih. Yang bikin saya mikir, kapan si Rachel ngasi jantungnya ke Farrel? #riweuh ya saya#
But anyway, saya seriusan berpendapat mestinya keseluruhan cerita diganti aja jadi sakit jantung dan transplantasi jantung. Seenggaknya point 1 dan 5 bisa jadi masuk akal. Dan point 6 ini bahkan gak perlu ada sama sekali.
Mungkin emang awalnya tentang jantung ya. Tapi karena dianggap pasaran, ya diganti hati.
Eaaaa....ngapain juga saya ribet gini masalah judul? Ya maklum. Namanya juga orang bawel :p
Ninit Yunita bukan penulis jelek kok. Jauh dari itu malah. Segala kekacrutan yang ada di novel ini gak bisa disalahkan kepada Ninit seorang. Manajer sejenius Jose Mourinho pun bakal nyerah kalo disuruh ngelatih sekumpulan tukang gorengan buat main bola dan memenangkan UCL. Sama kayak Ninit. Sejenius apapun dia, gak bisa diharapkan novelnya ini bisa jadi spektakuler kalo materi dasarnya aja udah kacrut.
Kesalahan Ninit adalah mau-maunya menerima job ini. Apa dia menganggapnya sebagai tantangan? Ato karena honornya menggiurkan? Gak tau dan gak mau tau juga.
Saya masih memberi buku ini rating setengah bintang juga karena menghargai jalinan kalimat dan diksi nya Ninit. Selamat ya, mbak. Seenggaknya dalam hal rating versi saya, novel anda sukses menyamai Breaking Dawn. Tentu saja itu prestasi, karena baru 2 novel yang dapat rating setengah bintang dari saya.
Mbak Ninit, please lain kali lebih selektif lagi dalam menerima tawaran job. Buku itu seharusnya mencerdaskan bangsa, bukannya ikut menjerumuskan seperti yang sukses dilakukan oleh (kebanyakan) sinetron dan film kita. Apalagi anda termasuk novelis smart yang bisa menggabungkan The art of war dan resep tiramisu dalam 1 novel.
Dan sungguh, dari novel cerdas seperti itu ke novel kancut seperti ini adalah sebuah downgrade yang menyedihkan :'(
Banyak orang berkata bahwa persahabatan dua insan berbeda jenis kelamin itu mustahil adanya. Tidak demikian halnya dengan Rachel dan Farel yang sudah menjalin persahabatan sejak masa kanak-kanak hingga keduanya memasuki bangku kuliah. Layaknya sahabat karib, keduanya terlihat hapir selalu bersama.
Namun ketika akhirnya panah sang cupid menembus hati Farel dan menambatkannya pada sesosok peri manis nan rapuh, akankah persahabatannya dengan Rachel bertahan? Benarkah seorang sahabat sejati tak'kan pernah meninggalkan sahabatnya sekalipun hatinya tertambat pada orang lain? Ketika Farel harus memilih antara cinta yang baru saja ditemukannya dengan persahabatan yang telah lama teruntai, manakah yang akan ia pertahankan?
Perjuangan Farel untuk terus memberi semangat kepada Luna yang pendar kehidupannya mulai memudar akibat penyakit sirosis yang menggerogotinya justru sempat membuatnya dijauhi gadis manis itu. Sebaliknya, Rachel sang cewek tomboy kini mulai menyadari perasaan istimewanya terhadap sahabatnya itu. Meski demikian ia tetap memberi semangat kepada Farel untuk terus berusaha mndapatkan hati gadis pujaannya. Luna pun berusaha tetap tegar menjalani hari-harinya dan memutuskan menjauh dari kehidupan Farel demi kebaikan mereka bersama.
Sampai kapankah Rachel sanggup bertahan menyembunyikan perasaannya? Akankah Farel menyadari perasaan Rachel dan membalasnya? Sanggupkah Luna menang melawan penyakitnya?
Buku ini difilmkan pada tahun 2006. Kala itu Rachel diperankan oleh Nirina Zubir, Irwansyah didapuk sebagai pemeran Farel dan Acha Septriasa memerankan Luna. Buku dan filmnya sama-sama mengharu biru.
[blockquote]"Cinta itu saling berbagi..., saling mendukung..., saling mengisi. Dan buat gue yang paling penting... Cinta itu... Senangmelihat orang yang dia cintai..., bahagia." [halaman 53][/blockquote]
Review Heart... mumpung lagi mood. 😐 Sekedar informasi, buku ini sudah lecek banget di kamar saya. Bacanya jarang, tapi nyimpennya lama. Dulu saya pikir ceritanya romantis banget dengan ending yang bahagia pula. Semua orang senang kalo Luna bahagia. Dua belas tahun kemudian, saya baru paham. Farel itu cowok yang kurang punya rasa bertanggung jawab. Cuek. Lha, kenapa tiba-tiba di hadapan Luna dia jadi sosok yang kuat menghadapi segalanya? Perubahan sikap itu terlalu mendadak! Terus, dari awal sebenarnya Rachel sudah tersingkir ya? Bahkan Luna pun jarang bergaul sama Rachel. Katanya, kita harus menghargai sahabat dari kekasih kita? Ini novel justru mengajarkan sebaliknya. Gimana, sih! Romantis iya, membiarkan tokoh utamanya celaka juga iya...
Satu hal lagi yang baru saya tau, gambar komik itu dibuat dengan peralatan serba digital. Melukis manual ya kelamaan. Belum lagi harus konsentrasi bikin gambar yang bener. Apakah Farel mengganggu Luna yang semestinya serius menggambar dengan media kertas? Saya aja gambar peta nggak boleh diganggu.
BTW, versi novel Heart lebih to the point, tidak bertele-tele. Tidak mencantumkan lokasi /setting tempatnya harus dimana. Anggap aja kehidupannya Rachel, Farel, dan Luna terjadi di kota yang padat, ya! Seiring bertambahnya usia, kemampuan bernalar, dan melihat tren sastra saat ini nilai " Heart " jadi nggak seberapa. Tapi dulu, apresiasinya tinggi kan? Dan memorable.
Konon, Salah satu kekuatan manusia bertahan hidup, adalah cinta konon... Bila seorang anak manusia telah jatuh cinta, setinggi2 gunung akan ia daki, sedalamnya lautan akan diselami...konon... Cinta itu betul2 buta kawan... Secara logika gw sepakat ama reviewer lainnya bahwa banyak "gep" cerita yg masih membingungkan "secara logis dan alamiah" Cuma, kalo ud bicara baper, romance storm (istilah gw sendiri coeg), bawaan mewek mulu kalo kata orang, nih ya...orang ga peduli si Rachel ninggal nya disebabkan apa,sekalipun rachel meninggal gegara kena cubit orang ga bakal peduli, yakin dah... Kalo ud baper abiss...orang2 juga ga bakal peduli si Luna sebenernya sakit apa...mau sekarat ato stadium berapa...masalah nya ini film mengedepankan tingkat rasa, menggali rasa baper penonton...seberapa mewek iya kan... Dah gitu aja
Kisah yang diceritakan dalam novel ini sungguh menyentuh jiwa, dimana pengorbanan yang diberikan untuk cinta yang kita miliki tak akan pernah ada habisnya. Cinta itu bahagia melihat orang yang dicintai bahagia. Selain itu juga memperlihatkan betapa berartinya seorang sahabat. Dalam keadaan apapun selalu ada, baik itu dalam suka cita maupun duka lara. Tampilan gambar sebagai cover depan bagus dan menarik minat para penggemar baca untuk mengetahuinya. Dalam novel ini tidak diceritakan bagaimana keadaan orang tua Rachel setelah ditinggalkan oleh Rachel. Tidak dijelaskan mengapa Luna tinggal sendiri sementara ayahnya tinggal di Bogor. Dari segi bahan kertas yang digunakan kurang bagus, karena bahan yang digunakan adalah kertas yang warnanya agak gelap seperti kertas buram.
Udah baca dulu banget waktu kakakku masih SMA. Dia pinjam temannya, jadi aku ikutan baca. Eh nggak taunya kakakku sekarang udah mau wisuda aja :D Okeskip.
Berkisah tentang Rachel yang suka sama sahabatnya sendiri, Farrel. Tapi si Rachel ini nggak mau bilang. Nggak tahu tuh kenapa.
Sampai suatu hari Farrel jatuh cinta pada Luna, yang pada akhirnya diketahui memiliki penyakit hati (?) yang parah.
Rachel yang patah hati lalu lari-lari di tebing (?) dan akhirnya jatuh jumpalitan sampai kakinya diamputasi, lalu meninggal. Lalu hatinya disumbangin ke Luna.
Spoiler.
Eaaaa~~~~
Yang aku bingung dari awal film ini muncul, kenapa judulnya Heart kalo yang diomongin hati? Kenapa nggak hepar aja? *dikutuk penulis naskah*
Dari dulu aku nggak pernah suka novel adaptasi. Kesannya maksa aja, udah gitu nggak dari hati, mana tipisnya kebangetan lagi, udah gitu ceritanya yaampuuuunn aku nggak suka deh pokoknya.
Katanya novel ini adaptasi film. jadi saya ngga terlalu menyalahkan penulis (kok mau aja nulis buku kaya gini)diliat dari cover nya, novel ini mengingatkan pada film india tahun 1998 yang waktu itu booming yaitu Kuch Kuch Hota Hai. Ternyata MEMANG ada beberapa adegan yang sama. Ngga perlu jauh-jauh saat pertama kali baca juga udah ada adegan yang sama PERSIS. Udah gitu ada karakter yang diceritakan sama persis. Makannya saya menjuluki ini film plagiat.
Dibanding baca novelnya, mending nonton filmnya. itupun masih MENDING. Karena di film kita disuguhi pemandangan yang bagus dan akting pemainnya yang bagus juga. terus lagu nya banyak yang enak didengar.
Dilihat dari segi cerita memang banyak yang kurang nyambung dengan kenyataan alias diluar logika sekali. apalagi bagian si Luna sakit dan Rachel juga
Mungkin karena saya gak suka ceritanya dan penulisannya yah, jadi saya kasih dua bintang.
Ceritanya sendiri klise banget tentang seorang cewek yang suka sama sahabatnya dan sahabatnya itu menyukai seorang cewek lagi yang usut punya usut punya penyakit parah.
Banyak yang bilang bagus banget, sedih banget, tapi ketika baca buku ini jujur saja saya gak merasakan apa-apa. Sedihnya maksa kalau saya bilang
Sebenarnya belum pernah baca buku ini tapi kan udah nonton filmnya jadi yah...ga terlalu minat lagi baca bukunya soalnya filmnya biasa aja...
Cerita tentang seorang cewek yg memendam rasa suka pada sahabat cowoknya. Ternyata cowok tersebut malah jatuh cinta sama cewek lain yang punya penyakit parah.
baca bukunya sama nonton filmnya kok gue ngerasa bgs bukunya...apa emang imajinasi gue yang terlalu tinggi jadi saat gue nonton filmnya malah ngerasa jadi gregetan kayanya ga pol bgt gitu ekspresinya....kebetulan gue bc bukunya dl br ntn filmnyaa
kalo firabas punya rojak, buku yang gak mau kubaca lagi, heart ini bukunya ninit yunita yang gak mau kubaca lagi, menyelesaikannya saja membutuhkan waktu yang cukup lama, soalnya merasa gak adil dengan tokoh buku ini...hiks...hiks...
Yah memang selalu lebih enak melihat filmnya dulu, kita dibuai dengan visualisasi yang memanjakan mata, tapi melambatkan imaginasi kita karena jadi males baca bukunya, tapi okelah buat koleksi.