Jump to ratings and reviews
Rate this book

Forgiven #1

Forgiven

Rate this book
DIALAH YANG PERTAMA.

Maniak Fisika. Pengagum Albert Einstein. Setia kawan. Si iseng dan suka usil, kalau sisi kekanak-kanakannya sedang kumat. Karla bisa menyebutkan sederet lagi hal unik tentang Will. Betapa tidak, selama bertahun-tahun, laki-laki itu adalah sahabat terbaiknya. Dan bagi Will, dia adalah tempat berbagi rahasia dan mimpi-mimpi yang tak sembarang orang tahu. Namun, siapa sangka, ternyata itu tak cukup untuk membuatnya merasa mengenal laki-laki itu.

DIALAH SATU-SATUNYA.

Takada yang bisa menggantikan Will. Ke mana pun dia pergi, dengan siapa pun diaakrab, Will tetap yang paling spesial. Seperti bintang Polaris yang selalu berada di utara Bumi, demikianlah keberadaan Will di hati Karla. Selamanya.

DIA, YANG TAK TERLUPAKAN.

Kepergian Will tak ubahnya bagaikan El Nino—memporakporandakan hati Karla habis-habisan.Jarak membuat rindu Karla merajalela. Dia kehilangan bagian terbaik dalam hidupnya. Tapi perasaan kehilangan itu tak seberapa dibanding rasa kaget saat mendengar berita buruk tentang Will. Karla mendengarkan suara hatinya sekali ini—dia tak akan membiarkan Will menghadapi semua itu seorang diri....

FORGIVEN, sebuah kisah tentang lelaki pemuja Champagne Supernova dan perempuan yang selalu menanti bintang itu.

266 pages, Mass Market Paperback

First published August 1, 2010

39 people are currently reading
906 people want to read

About the author

Morra Quatro

7 books159 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
450 (38%)
4 stars
384 (32%)
3 stars
252 (21%)
2 stars
73 (6%)
1 star
15 (1%)
Displaying 1 - 30 of 154 reviews
Profile Image for Aveline Agrippina.
Author 3 books69 followers
September 5, 2010
Hai Morra,

Aminkan saja bahwa kita pernah bertemu, tetapi antara siapa yang paling sombong mungkin ada dari sisiku karena aku sudah diberitahukan oleh seseorang itulah Morra Bandoputih alias Morra Quatro yang pernah kubaca tulisannya kali pertama dan hebatnya pula kau membuatku jatuh cinta pada diksimu, pada caramu bercerita.

Jadi kau pikir ini adalah sapaan seorang pembaca kepada sang penulisnya? Ya, bisa jadi. Seorang pembaca yang diam-diam jatuh cinta kepada rangkaian kalimat seorang penulis dan ketika mereka bertemu, aku malah memilih menyapa penulis lain dalam pertemuan itu. Ah, kalau kau tahu aku adalah orang yang duduk tepat di sampingmu pada saat diskusi terbuka itu. (Aku tak pernah absen dalam kunjungan di pameran itu setiap tahunnya).

“Itu Morra Bandoputih,” kata seseorang yang kalau kau tahu dia juga ambil bagian dalam bukumu.
“Yang mana?” tanyaku lagi.
“Itu, di sebelah lo!”
“Oh...”

Sekali lagi, jadi kau pikir ini adalah sapaan seorang pembaca kepada sang penulisnya? Dan kujawab, ya. Pastinya. Lalu untuk apa?

Satu dari lima naskah datang ke tanganku. Salah satunya berkaver merah dan di halaman wajahnya bertuliskan “Champagne Supernova dan Morra Bandoputih”. Arlan -pembaca sebelumnya- mengatakan ini yang cukup apik dari seluruh naskah yang kupegang.

Aku tidak berpikir bahwa ini naskah yang cukup apik sampai aku sendiri yang melarutkan diri dalam kosakatanya. Pulang dari Jl. H. Montong 57, ranselku yang penuh dengan naskah langsung kubuka. Di antara buku-buku fisika dan kimia, tumpukan soal-soal trigonometri, limit, dan deferensial, tentang fotokopian anatomi tubuh manusia yang membuatku muak karena aku bukanlah anak yang menginginkan duduk di kelas IPA, buku-buku yang masih menungguku untuk kubaca dan kertas coret-coretan, naskahmu bersatu di atas mejaku bersama antrian naskah lain. Ah, harus kubaca yang mana? Dan tangan meraih satu-satunya naskah berkaver merah darah.

Champagne Supernova.

Kupikir kau hendak bercerita kepadaku tentang Oasis. Jauh sebelum membaca novelmu, aku sudah menjadi pendengar Oasis, White Lion, sampai pada yang paling membuatku jatuh cinta, Michael Jackson.

Karla-mu bercerita tentang masa-masa SMA-nya yang begitu gila bersama Will. Langsung kupegang kepalaku dan berkata: “Hei Aveline, kau terjebak dalam ilmu-ilmu eksak di mana berapa lilitan kumparan dalam besi saja patut dinyatakan penting.” Sial!

Lantas, aku menutup naskahmu dan meninggalkannya? Nyatanya tidak. Aku tetap melanjutkan Karla memulai ceritanya di laboratorium Fisika dalam proyek sederhana William Hakim yang melakukan pembuatan listrik statis. Kemudian muncul lagi dengan kata-kata nuklir, nobel, laboratorium, dan masih banyak lainnya berkaitan dengan eksak. Aku suka dengan caramu bercerita. Jujur saja, aku suka kau bermain dengan berbagai macam majas yang ada di mana semakin sering kutemukan di novel sastra dibandingkan dengan novel remaja lainnya.

Aku mulai tak percaya kalau ini adalah novel pertamamu, mungkin kau sudah pernah menulis cerpen di surat kabar, menerbitkan buku antologi cerpen atau puisi, bahkan pernah ambil bagian dalam penulisan keroyokan di suatu buku. Mana mungkin seorang yang dikatakan baru belajar menulis dan menerbitkan novel sudah bermain diksi dengan begitu manis, sangat manis?!

Karla melanjutkan cerita lagi. Sampai pada ide membuat malu Pak Juandi dengan seekor tikus yang meregang nyawa dengan leher setengah putus setelah Laut-mu menghajarnya dengan sekop. Aha, suatu perencanaan sempurna sebelum Will berangkat ke MIT untuk membuat nuklir yang bukan hanya dapat menghancurkan rumah Pak Juandi, tetapi juga dapat menghancurkan Pulau Jawa menyeluruh.

Aku jatuh cinta pada William Hakim, kepada Karla, dan kepada lelaki kecil yang kau namakan Troy. Aku suka kepada William Hakim yang lepas dari sosok yang dingin dan malah sebaliknya, sosok yang periang dan iseng. Aku suka kepada Karla yang perhatian dan peduli. Dan bisa jadi Troy adalah gabungan dari William dan Karla.

Suatu rancangan sempurnamu adalah membuat Will bukan hanya menjadi bayangan yang menggetarkan hati Karla, tetapi juga membuat Nicholas menjadi marah dan memutuskan untuk mendepak Will dari proyek nuklir di mana otak Will hampir keseluruhannya digunakan dalam proyek itu. Almost, Mr. William Hakim! Tetapi tuhanmu itu tidak ingin kau melanjutkan proyek itu, William.

“Some mistakes need to be punished. Some need to be forgiven – and that’s what we’re doing.” Ya, aku percaya penuh kepada kata-katamu, Morra. Tak semua dapat dimaafkan, tak semua dapat diadili. Terlalu mutlak sebagai acuan jika hukum itu adalah hukum manusia. Ukuran apa yang dapat menyetarakan kesalahan dengan hukuman dari pikiran insan?

Selepas dari itu, kejutan-kejutan kecil masuk ke dalam naskahmu. Malam itu juga, kuhabiskan membaca seluruh isi naskahmu, kubalik halaman demi halaman, mataku melintasi seluruh barisan kata bagai bumi mengorbit kepada matahari. Kulahap semalaman dan paginya akan kutulis resensi yang meyakinkanku bahwa naskah ini memang harus terbit. Aku percaya kepada kata Arlan jika ini adalah novel yang akan menjadi menarik jika berhasil menjadi sebuah buku.

Pada saat rapat besar, aku dan keempat pembaca sebelumnya terus mencari cara untuk menggugah hati para editor. Percayalah akan satu hal ini, Morra! Aku tahu bahwa novel ini bukan hanya sekadar bercerita seperti kebanyakan novel lainnya. Novelmu akan memberikan suatu pencerahan kepada mereka yang tahu dan berharap jika Indonesia bukan hanya akan berhasil di berbagai macam olimpiade, tetapi suatu hari nanti Indonesia akan memiliki seorang yang berhasil menyabet nobel.

Beberapa bulan tak ada kabar tentang naskahmu, datanglah pesan bahwa naskahmu akan dijilid menjadi buku. Berwarna biru dengan sayap terbentang di wajahnya. Ya, suatu penantian akan berujung. Entah itu kabar suka atau duka, entah kita akan menjadi Will, Karla, atau Nicholas. Entah apa yang akan kita lakukan untuk terus melanjutkan suatu babak kehidupan di berbagai macam permasalahannya. Will dan Karla adalah dua karakter berlawanan namun memberikan perpaduan yang manis, sangat manis.

Ah Morra, aku tak tahu bagaimana aku harus terus bercerita kepadamu. Ini suguhan yang cantik di mana tak semua orang memiliki ide yang gemilang sepertimu.

Never stop to write, Madam Morra!


Jakarta, 5 September 2010 | 7.07
A.A. – dalam sebuah inisial
Profile Image for Lelita P..
628 reviews60 followers
June 29, 2017
Usai membaca buku ini, saya terdiam beberapa jenak, lalu mengambil ponsel dan membuka YouTube, mencari-cari video yang membuat saya heartbroken dengan tingkat kepatahhatian melebihi apa yang telah buku ini berikan sebelumnya.

Karena, ya, Forgiven sampai sebegitunya membuat heartbroken.

Saya sudah lama tahu buku ini dari review-review teman-teman Goodreads yang berseliweran. Satu nama yang sering disebut: William Hakim. Entah kenapa kok sosok ini populer sekali. Ternyata....


Membaca Forgiven rasanya seperti menonton film Hollywood yang menceritakan perjalanan hidup karakternya dengan . Betapa kita dihadapkan bahwa hidup memang kadang demikian; we made mistakes when we were young, lalu ada banyak what-ifs ....

Forgiven benar-benar membuat saya merenung. Sometimes life sucks. Tapi seperti kata Will, life is fair. Duh, saya sebetulnya paling nggak tahan cerita-cerita kayak begini,

Kembali ke soal film Hollywood. Ya, entah bagaimana rasa novel ini Hollywood sekali bagi saya. Mungkin karena latarnya di USA, dengan kehidupan baratnya yang sudah sering saya lihat di film Hollywood. Apalagi kebanyakan dialog percakapannya pakai bahasa Inggris, yang mana, terasa natural sekali jika dibayangkan sebagai movie script. Bahkan alur romansanya terasa sangat Hollywood, juga selipan-selipan fisika ilmiahnya. Pokoknya "film drama barat" banget--meskipun awalnya dikisahkan juga masa remaja Karla & William di Indonesia.


Yang saya sangat sangat sangat sukai dari novel ini adalah cara Mbak Morra Quatro bercerita. Dibuka dengan prolog yang sudah membuat bertanya-tanya, apalagi bab satunya langsung lompat ke kilas balik yang jauh. Pembaca jadi terus penasaran, ingin buru-buru mencapai bagian di mana penjelasan tentang prolog itu diuraikan. Bagian awal cerita masa remaja mereka--yang layaknya masa remaja Indonesia biasa--beralur lambat, tapi saya paham hal itu harus diceritakan untuk memberi gambaran pada pembaca kenapa perasaan Karla dan Will sangat dalam untuk satu sama lain. Namun, semakin ke sini alurnya semakin cepat, dikisahkan dengan lugas tapi tidak buru-buru.

Mbak Morra Quatro benar-benar piawai memadukan unsur "tell" dan "show" di sini. Karena novel ini bersudut pandang orang pertama, sementara misterinya terletak pada sosok William Hakim, banyak penjelasan (dari orang lain) yang mau tidak mau harus diceritakan dengan "tell". Tapi cara penulisannya itu enak banget dibaca; tetap bisa dibayangkan dan dirasakan sebagaimana "show", meskipun banyak emosi dan perasaan yang dituliskan secara gamblang dan bukannya menjadi satu adegan tersendiri.


Begitulah. Sampai sekarang saya masih heartbroken kalau mengingat keseluruhan kisah Karla dan Will. Namun itu heartbroken yang pasrah, yang tidak menuntut "Harusnya nggak gitu!". Layaknya menonton bagian akhir film La La Land, kita hanya bisa terhenyak, sedikit menyesal dengan beberapa what-ifs, tapi pada akhirnya menerima meski pahit, karena hidup memang kadang harus seperti itu.


Ini bukan novel remaja. Ini novel drama dewasa (muda), dengan pelajaran untuk orang dewasa pula.

I never know an Indonesian could write this good. Terima kasih Mbak Morra sudah menulis Forgiven.
Profile Image for Winna.
Author 18 books1,966 followers
September 14, 2010
Baca draft awal buku ini beberapa tahun silam dan masih belum mengira ke mana plotnya akan berjalan. Membaca buku ini selama penerbangan ke Taipei dan menyelesaikannya dalam tiga jam straight tanpa berhenti.

Saya suka.

Pahit, manis. Cerdas. Tidak terlalu bertele-tele. Karakternya manusiawi - kita menyukai dan membencinya pada saat yang bersamaan. Menurut saya cerita yang bagus seperti itu :) dan ciri khas Layla alias Morra sangat tercermin di setiap lembarannya.

Masalah kecil menurut saya hanyalah plot bagian awalnya yang agak jumpy. Melompat sedikit dengan random, strukturnya sedikit kurang tertata rapi. Pengenalan karakter-karakter kecilnya agak kurang, dan karakter-karakter yang tampaknya penting di awal sama-sekali hilang di bagian tengah hingga akhir.

Menunggu buku-buku Morra yang lain :)
Profile Image for Kenanga W..
6 reviews83 followers
September 25, 2010
FORGIVEN , deeply touching my emotion.
saya menghabiskan buku ini dalam sekali baca dalam waktu 2,5 jam. dan 1 jam terakhir selama saya membaca buku itu saya menangis -- hingga terisak.
saat saya bercerita kepada teman saya yang juga sudah membaca buku ini, mereka malah berujar bahwa saya terlalu berlebihan. ya mungkin saya memang agak berlebihan, tapi mungkin juga karena buku ini benar-benar menyentuh saya.
Buku yang bercerita tentang kisah persahabatan Karla dan Will yang dijalin sejak SMA ini benar-benar membuat saya seperti sedang dibacakan dongeng oleh Karla (si tokoh utama) yang bercerita tentang betapa hebatnya Will, betapa karla sangat memuja Will, betapa bersahabat dengan Will adalah hal yang terindah yang pernah terjadi dalam hidup Karla. Hingga saya menemukan bahwa akhir cerita dari Karla dan Will ini benar-benar tidak pernah saya duga sebelumnya. Akhir yang cukup tragis dan sangat menyentuh, dimana Will yang diceritakan Karla adalam murid yang jago fisika, bahkan menggilai segala hal tentang fisika nulkir, sering menjurai olimpiade fisika nasional dan internasional, dan begitu memimpikan nobel sebagai tjuan jangka panjang dalam hidupnya itu harus mengakhiri mimpi2nya, mengakhiri persahabatannya dengan Karla, bahkan mengakhiri hidup laki-laki itu dalam suatu kondisi yang tragis yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
ya mungkin itulah yang menyentuh saya, membuat saya menangis, yaitu karena diam-diam saya menjadi seperti Karla yang memuja Will, yang mengagumi betapa hebatnya laki-laki itu, yang juga ingin memiliki sahabat seperti Will, yang juga tidak rela saat Will harus mengakhiri segala mimpi-mimpinya.
buku ini benar-benar banyak memberi pelajaran tentang kehidupan kepada saya.
"some mistakes need to be punished, some need to be forgiven , that's what we're doing"
Profile Image for miaaa.
482 reviews420 followers
March 26, 2011
An eye for an eye will make us all blind
- Mahatma Gandhi quoted by Karla's mum

People make mistakes, even our closest ones, and when they hurt us we think they deserve the worst. But then the bravest thing we can do is to forgive and to have some peace with the past.


***


Adalah satu kesenangan tersendiri membaca sebuah karya seperti ini, dengan karakter yang membuatmu bertanya-tanya, 'ada apa sih dengan orang ini?'. Seiring berlanjutnya cerita semakin sulit memutuskan haruskah menyukai atau membenci, maaf, si brengsek ini. Dan saat semuanya terungkap tak ada yang bisa dilakukan selain menghormati keputusan yang diambil William Hakim.


-------------------------

Baca bareng Amang dan Nike :D
Profile Image for Fakhrisina Amalia.
Author 14 books200 followers
December 27, 2018
Baiklah, sebenarnya alasan aku nggak bikin review dari Forgiven adalah karena ceritanya yang terlalu bagus sampai aku nggak bisa mengungkapkannya dengan kalimat-kalimat reviews (karena takut kehilangan makna sebenarnya kalau aku yang coba ngereview)

Tapi, setelah novel itu udah dua bulan lebih nggak ada sama aku (karena lagi dipinjam teman dan nggak balik sampai sekarang, ditagih juga orangnya pura-pura nggak mengerti) akhirnya demi kerinduan itu aku memutuskan untuk membuat reviewnya.

Jadi, novel ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Karla yang punya sahabat SMA bernama William Hakim dan 4 orang lainnya.
Persahabatan mereka lekat, erat, -like, Will is everything for Karla and Karla means a whole world for Will, gitu.

Kedekatan mereka itu terus berlanjut hingga sama-sama lulus SMA.
Will, saat itu selalu mengetahui apapun yang ada pada Karla, namun Karla tidak pernah tahu hal-hal mengenai hidup Will selain yang ia tahu, you know, kayak fisika, penggemar Albert Einstein, jahil, setia kawan dsb.
Will selalu punya hal-hal yang disembunyikannya dari Karla.

***

Aku -pada awalnya beli cuma karena desain covernya dan sinopsis nama belakangnya, yang mengingatkanku sama teman akrab satu SMA yang nama panggilannya juga Will.

Awal-awal baca, sempat bingung dan menggumam "Ini maksudnya apa, sih?"
tapi entah kenapa ada sesuatu yang bikin aku penasaran dan bikin aku tetap membaca meski, secara jujur banget baru pertama kalinya aku baca novel dengan genre dewasa (biasanya baca teenlit atau majalah bobo)
Semakin ke tengah, semakin senyum-senyum sendiri, dan semakin ke akhir, semakin galau.
Dan hebatnya, untuk pertama kalinya setelah tokoh-tokoh di teenlit macam Ari, Davi yang pernah menjelma seolah nyata.
SI William Hakim ini justru yang paling kuat kehadirannya. Feels like he was real, bener-bener nyata, ada, dan semua ketulusan dan cinta yang disajikan Kak Mo dalam buku ini berada dalam porsi yang pas dan berhasil bikin aku galau hingga sekarang, terutama kalau inget itu buku lagi dipinjem :'(

And...
my most favourite scene adalah... *jeng jeng jeng*
Waktu di Singapore, Karla sakit dan tiba-tiba Will muncul.. huaaaa kapan gitu, aku sakit terus tiba-tiba gebetan muncul di depan pintu dan nanya "Kamu sakit?", sambil memegang keningku :p

Oya selain itu, aku juga suka part Karla dihukum sama mamanya dan cuma Will yang berhasil masuk ke rumahnya.
Aku juga suka part lainnya, dan part yang aku nggak suka..
NGGAK ADA!

(oh, kecuali bagian akhir, that was too sad)

Kak Mo, jodohkan aku sama Will :')
Profile Image for R.A.Y.
292 reviews47 followers
December 30, 2014
Forgiven adalah novel pertama yang membuat saya, tak sampai tiga detik setelah menutup lembar terakhirnya, membantingnya secara spontan ke kasur sambil berteriak, “DAMN!!! Damn, damn, damn!” Dan bahkan sebelum selesai membacanya, saya sudah memberinya lima bintang penuh.

Untuk menunjukkan betapa tercengang saya dibuatnya, lemme tell ya this:

Saya menemukan novel ini di sebuah toko buku yang tak terduga. Novel ini novel bagus yang langka. Sangat langka. Bahkan saya mengira dia telah ludas di toko buku mana pun. Saya mengira saya terlambat mendapatkannya. Lalu di toko buku yang tak terduga itu (toko buku itu tidak terlalu terkenal dan koleksi novelnya tidak terlalu banyak. Tetapi koleksi buku sekolahnya cukup lengkap sehingga banyak pelajar datang ke sana), dia tergeletak di antara novel-novel Tere Liye. Tanpa teman-teman sesama novel remajanya, dengan sampulnya yang manis namun berwarna gelap sehingga tidak terlalu menarik perhatian (saya bersyukur untuk ini), hanya satu eksemplar. Kondisinya masih bagus, hanya plastik segelnya yang tidak tertutup rapat dan dua lembar kertas di dalamnya menguning. Walau begitu, saya tetap terkesiap ketika melihatnya, dan dia menjadi satu-satunya buku yang saya bawa pulang (dengan diskon 20%--dunia harus tahu) dari toko buku itu. Setelah melakukan beberapa kegiatan lain yang tak terlalu berguna, saya pun berdiam di kamar membacanya. Saat itu, siang di Jumat yang cerah terasa abadi. Jam seakan membeku di angka dua. Saya tak sanggup melepaskan diri dari kisah Karla dan Will. Ketika menengok jam di ponsel, ternyata sudah jam empat sore. Saat itulah saya memberikan lima bintang penuh secara cuma-cuma untuk novel ini, tanpa mengacuhkan kekurangan-kekurangan yang sebenarnya bertebaran banyak sekali. Dan matahari masih bersinar terang ketika novel itu selesai saya baca.

Hebat, unik, aneh. Awalnya kisah remaja ingusan, ke belakangnya kisah remaja-dewasa. Morra membawa serta pembacanya menyaksikan perjalanan hidup Karla dan Will, dari sudut pandang Karla dan (sedikit) orang ketiga yang sama-sama menyampaikan satu hal yang sama tentang Will, bahwa dia adalah genius yang misterius. Tema besar (salah satu, barangkali, karena saya rasa tema besarnya bisa macam-macam) dalam novel ini, bisa jadi, adalah sahabat yang saling jatuh cinta. Klise memang. Tapi eksekusinya luar biasa. Novel sahabat-jadi-cinta terkeren yang pernah saya baca dan yang paling saya suka. Tidak menye-menye, tidak keterlaluan galaunya, tidak bertebaran kata cinta. Novel ini juga cerita dengan foreshadowing yang berhasil; selalu ada ancaman spoiler di setiap foreshadow, tetapi foreshadow di novel ini hanya membuat saya semakin penasaran alih-alih kesal (karena disodori spoiler. Saya tidak suka mengorek-orek spoiler dalam novel yang ceritanya seru). Lebih dari itu, saya menyukai plot, alur, dan gaya bahasa Morra. Membaca cerita Morra ini seperti membaca novel luar negeri, dengan kesan-kesan dalam deskripsi dan narasi yang khas, yang bisa kaurasakan ketika telah terbiasa membaca karya bule, hanya saja dalam bahasa Indonesia. Bukan seperti gaya cerita terjemahan, melainkan benar-benar seperti gaya bercerita novel luar yang diterapkan dalam bahasa kita. Saya menyukainya dan terpukau karenanya, tapi akibat buruk dari gaya bercerita itu adalah struktur kalimat yang kacau karena kurang sesuai dengan aturan bahasa Indonesia.

Plotnya yang kompleks, bertebaran subkonflik, dan melibatkan bom mengingatkan saya pada plot Bulan Terbelah di Langit Amerika. Saya menyukai keduanya; cerita mereka mengandung kejadian-kejadian sinkron yang sekilas hanya seperti kebetulan belaka, tetapi sebenarnya adalah rangkaian kejadian yang membawa pembaca ke kejutan-kejutan mengagumkan di sepanjang cerita. Mungkin ada yang menilainya tak masuk akal, tetapi untuk ukuran fiksi, cerita sekompleks itu sudah bisa dibilang luar biasa. Setidaknya bagi saya. Terlebih, banyak sekali informasi yang dibagi-bagikan kepada pembaca dalam adegan-adegan dan kejadian-kejadian yang tak terduga, seperti kebutaan tiba-tiba Will atau saat Will meninggalkan Karla di science center.

Karakter-karakter tokoh di novel ini terasa kabur karena kurangnya deskripsi fisik. Untungnya, kebanyakan dari mereka yang kabur itu hanyalah tokoh pendukung sehingga tidak terlalu mengganggu. Malah, ada tokoh pendukung yang digambarkan dengan sepotong-potong, tapi anehnya meninggalkan kesan yang kuat (sampai-sampai saya terancam jatuh cinta kepadanya): Nicolas Hakim. Tokoh-tokoh utamanya, terutama (tentunya) Will dan Karla, memiliki karakter yang kuat sehingga saya yakin saya tidak akan mudah melupakan mereka. Kabar teman-teman mereka di akhir cerita patut dipertanyakan. Saya ingin tahu bagaimana pendapat mereka tentang apa yang terjadi pada Will di akhir cerita. Ada beberapa hal lain yang rasanya seperti tertinggal, bikin bertanya-tanya dan penasaran, tapi jawabannya tidak ada sampai lembar terakhir buku.

Typo banyak sekali, mengingatkan saya pada penyakit lama GagasMedia. Struktur kalimat juga ada yang kacau, entah karena ada banyak kata yang lupa dihapus atau memang editor/penulisnya sedikit bermasalah. Namun, karena saya sangat menyukai dan menikmati ceritanya, kekurangan-kekurangan itu tidak terlalu berpengaruh.

Ah. Novel pertama yang saya banting sambil mengumpat saking kerennya. Indonesia berhak memiliki lebih banyak novel remaja yang sekeren atau lebih keren dari ini. Lima bintang penuh! Selamat, Mbak Morra!

PS:
Saya lebih menyukai Nicolas daripada Will. Auranya dapet!
Profile Image for MAILA.
481 reviews121 followers
July 3, 2016
saya teringat akan banyak nama-nama di masa lalu saat selesai membaca ini.
tidak ada ekspetasi apa-apa saat mulai membaca. agak bingung juga sebenarnya, buku ini bercerita tentang apa. selesai dalam waktu 40 menit tapi saya mengulang lagi membacanya karena merasa ada yang kurang sreg. dan masih, 2x saya baca, 2x juga saya menangis.

***
pada masa saya sekolah, semua teman saya yakin bahwa saya akan kuliah di PTN ternama, membuat banyak prestasi dan menjadi semakin kutu buku.

semua keyakinan teman saya itu tidak ada yg terbukti.

saya memilih sekolah berdasarkan lokasi-yang dekat dari rumah agar tidak usah ongkos. dan sampai saat ini saya masih "hanya" menganggap bahwa sekolah itu ya tempat kita pernah belajar saja. begitu lulu, ya kita bukan apa2 lagi.

saat membaca buku ini, saya baru menyadari bahwa ternyata lulusan dari mana itu akan selalu penting. saat membaca ini saya teringat lagi wajah-wajah teman saya yang memiliki keyakinan pada saya-yang padahal saya sendiri sebenarnya tidak pernah yakin pada apa yg saya inginkan.

saat membaca kisah will, nama-nama universitas yang saya bahkan tidak bisa mengucapkannya dengan baik, saya jadi teringat lagi pada mimpi-mimpi saya. seandainya, dulu, saya berjuang, akan menjadi seperti apa ya hidup saya?

***

ini karya pertama mbak Morra yg saya baca, buku pertamanya juga ya. pada waktu saya jual buku bekas dulu, mbak morra pernah beli. itu awal saya tau ttg keberadaan mbak morra.

saya tidak mau mereview buku ini tentang apa dan hal2 seperti itu.
saya hanya ingin mengatakan, buku ini layak kamu pertimbangkan sebagai bahan bacaan disaat kamu sedang bingung.

tidak ada kumpulan motivasi atau cerita sedih yang dijual disini. kamu cuma perlu berkenalan dengan will dan karla.

dan semoga, setelah membaca ini kamu tidak akan bingung lagi.


#hubungannyaapa

btw, kisah hidup sahabatnya gak ada lanjutannya. lumayan kecewa walau bisa maklum saat penjelasan "semua meninggalkan will kecuali karla" tapi ya, setidaknya kasih taulah kisah2 yg lainnya gimana :'(
Profile Image for naiyu.
79 reviews37 followers
March 10, 2022
3.8 stars, aku BINGUNG BGTT BGTT pas pertengahan.... tapi aku suka endingnya hahaha
Profile Image for Eva.
Author 24 books121 followers
June 13, 2015
Sudah lama saya ingin membaca novel ini. Awalnya mengenal novel ini dari hasil stalking-stalking di Goodreads. Melihat begitu banyak review positif, saya jadi tergoda membacanya. SEtelah sekian lama baru kesampaian. Daaan, ternyata saya memang sangat menyukai novelnya.

Saya setuju dengan salah satu reviewer yang mengatakan bahwa Forgiven novel berkisah sahabat jadi cinta terkeren!

Sebelum membaca novel ini kebetulan saya baru menonton film tentang Hawking di "The Theory of Everything", jadi agak-agak nyambung karena sama-sama ada latar fisikanya.

Meskipun kejadian-ejadian dalam Forgiven berlangsung cepat dalam kurun waktu yang panjang, tapi penjabarannya terasa pas. Chemistry antara semua tokohnya kuat, karakternya kuat, dan tidak ada bagian yang percuma. Perasaan saya campur aduk membacanya. Antara kesal pada Will dan pemikirannya yang enggak saya mengerti, suka dengan persahabatan SMA geng mereka--yang omong-omong perpisahan SMA selalu bikin saya sedih--sampai kisah cinta bersegi-seginya yang bikin gereget. Di bab-bab akhir saya menangis bombay.

Banyak quotes yang jleb juga.

Salah satu novel berisi yang bikin saya pengin baca karya Morra lainnya. Novel debut yang sangat bagus!
Profile Image for Indah Prayascita.
27 reviews
June 7, 2017
Baca buku ini atas rekomendasi teman. Jadi udah ada ekspektasi dikit lah yaaa sebelumnya tentang betapa bagusnya buku ini. Awalnya emang gak mau berharap lebih (padahal udah diiming-imingi review bagus), karena emang belakangan lagi males baca novel indonesia. Tapi ternyata novel ini beyond my expectation. Faaaar beyond my expectation.

Bittersweet.
Pahit dan manis sekaligus.
Saya suka.

Saya membaca bagian akhir novel ini sambil menangis terisak. Bahkan perasaan ini gak kunjung mereda setelah selesai menutup novel ini. Mungkin ini berlebihan. Tapi sudah lama rasanya setelah terakhir kali saya merasa begitu "attached" sama sebuah novel. Saya gak bisa move on bahkan setelah selesai membacanya.

Tanpa sadar saya ikut mengagumi Will dan mimpi-mimpinya, membenci Will, menyesali keputusannya, keputusan Karla, menyesali keadaan, pokoknya segala emosi campur aduk jadi satu.

Setelah baca 2 novel Mbak Morra Quatro yang sama-sama dahsyat (Notasi dan Forgiven), yah walaupun sangat telat, dengan ini saya menyatakan diri sebagai fans :"))

P.S. Quotes favorit saya (dan mungkin semua orang yg baca novel ini):
"Everyone makes mistakes, but only a few could forgive. Padahal ada banyak kesalahan yang hanya perlu dimaafkan, bukan dihukum. An eye for an eye will make us all blind."
Profile Image for Annie.
86 reviews7 followers
February 13, 2016
Hukum sebab akibat berlaku di setiap sendi kehidupan.

Saat kau mengambil pilihan dalam hidup, maka kau harus menanggung semua konsekuensinya. Entah pilihan itu berujung bahagia atau tidak.

Saat kau telah memilih kepada siapa hatimu akan berlabuh, kau harus memperjuangkan dia. Meski kau tau kelak dia akan membuat hatimu patah.

Dalam kisah ini Karla mengajarkan banyak hal, salah satunya adalah jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu, jangan pernah berhenti berjuang untuk hal yg sangat berharga untukmu, setiap orang tak pernah luput dari kesalahan, dan.. yg paling penting adalah makna memaafkan itu sendiri.

Teruntuk Will, caramu melindungi Karla.. it's quite beautiful. Love ya :')
Profile Image for Raya.
222 reviews19 followers
July 22, 2020
Menemukan ini dalam tumpukan play book yang belum kubaca padahal sudah kubeli sejak... entahlah, beberapa tahun silam? Nggak inget, sumpah.

Anyway it's nice to read book in bahasa Indonesia after quite a long time. Ceritanya nggak ngebosenin, gaya tulisannya nggak bikin pusing, dan karakternya unik. I mean what's not to like, though.

Profile Image for Dan.
3 reviews
November 2, 2024
staying up all night just to get my heart crushed, damn it!!
Profile Image for ama ૮ • ﻌ - ა.
128 reviews14 followers
March 25, 2022
william hakim, you have my respect. you have all of my sadness. you have the hole in my heart that shaped you. so, i wish you happiness, there💐
Profile Image for Fenny Wong.
Author 6 books70 followers
April 16, 2013
Selengkapnya, lihat di: http://fennywongjournal.blogspot.sg/2...



Sebenarnya saya menyelesaikan novel ini sekitar satu atau dua minggu yang lalu, tapi baru sempat menulis review lengkapnya sekarang. Beberapa bulan ini saya memang kurang aktif di blog, karena --- seperti yang bisa ditebak --- kuliah sudah mulai lagi sejak Januari lalu. Jadi saya memilih vakum untuk nulis review-review, kecuali buku seperti Forgiven ini. Ada efek pasca membaca yang cukup besar pada diri saya, yang mendorong saya untuk menceritakan kesan saya terhadap novel ini.

Fisika. Itu adalah tema utama Forgiven. Saya bukan anak sains --- saya lebih suka ilmu sosial dan bahasa. Angka membuat saya sakit kepala, dan kekuatan saya memang terletak pada hapalan. Tapi saya tidak merasa terganggu dengan tema ini, karena Morra menyajikannya tanpa kesan menggurui. Narasinya cerdas, seringkali melankolis, selalu mengalir. Saya cukup terkesan dengan prolog pembukanya yang memberi kesan BHAM! in your face.

Alfred Hitchcock pernah berkata, sesuatu yang kautahu akan datang lebih menakutkan daripada yang kau tidak tahu. Di prolog, telah diceritakan Will itu dipenjara, dan serangkaian kejadian yang akan dipaparkan sepanjang perjalanan membaca Forgiven ini. Itulah yang memberikan saya suspens, mendorong saya untuk membuka lembar demi lembar, sembari berharap kejadian mengerikan takkan terjadi di paragraf berikutnya.

Karakternya. Oh, saya tidak bisa melewatkan itu. Karakter dalam Forgiven adalah salah satu karakter yang paling kuat dari novel-novel lokal yang pernah saya baca. William Hakim itu kompleks, tipikal anti-hero yang memiliki banyak lapisan dan dimensi. Sulit dimengerti, terkadang menyebalkan, tapi tetap loveable. Membuat saya bertanya-tanya mengapa saya menyukainya, padahal begitu banyak kekurangan yang ia punya. Tetapi justru karena semua kekurangan dan ketidaksempurnaan itulah, dia begitu menarik.

Forgiven itu sebuah kisah asmara, tentu saja, apalagi karena dituturkan dari sudut pandang Karla, si tokoh utama perempuan. Tapi di balik semua melankoli ini, cerita yang disajikan itu bukan cinta melulu. Lebih penting daripada cinta, ada makna yang dalam tentang penyesalan, pengampunan, dan pendewasaan. Ada sepenggal kata-kata dalam Forgiven yang bermakna, di mana Morra bertutur ada poin-poin dalam hidup yang mengharuskan manusia mengambil keputusan. Dan setelah mereka mengambilnya, mungkin hidup mereka akan berubah sepenuhnya. Setelah itu, tidak ada kata kembali, dan yang tersisa adalah penyesalan.

Dan yang dapat mengangkat seseorang dari penyesalan itu... hanyalah kata maaf.
Profile Image for Kha Monica.
1 review
September 4, 2020
pertama kali saya baca buku ini waktu kelas 1 SMA. waktu itu bukunya minjem dari temen, maklum saja duit jajan cuma cukup beli makan biar nggak lapar siang2 ahaha.
tapi selama bertahun2 William Hakim dan Karla tidak pernah saya lupakan, mereka tetap ada di pikiran saya dan forgiven menjadi standar novel bagus setiap saya baca novel-novel lain. rasanya seperti haus ingin baca cerita lain yang seperti forgiven. setiap ke gramedia, saya selalu ngecek ada kah novel forgiven di raknya. tapi sulit sekali ditemukan, maklum saja kota saya kota kecil dan waktu itu gramedia cuma ada satu di provinsi saya.

hingga pada suatu masa, saya kangen sama Will. saya search di google dan ketemulah IG authornya. ternyata penulisnya cantik sekali. beruntungnya, tak berapa lama kemudian, penulisnya mengumumkan Break Even akan diterbitkan. waktu itu saya tak langsung ikut PO. baru PO keberapa saya baru pesan bundle sama forgiven. akhirnya dua novel itu bisa menempati rak buku saya, akhirnya saya bisa punya kisah Will setelah bertahun-tahun.

will itu, gimana ya ... karla menceritakan will sampai mampu menyentuh hati terdalam saya. setiap karla mengingat Will dalam kenangan SMA, di benak saya, saya seakan melihat kenangan sosok WIll dalam slow motion, dengan wajahnya ... dan sorot matanya yang cemerlang. setiap karla mengingat sosok will semasa SMA entah mengapa hati saya kebas.

lucunya, dulu saya nggak tau kenapa karla bisa hamil. sampai-sampai saya tanya ke teman saya yang punya novel, dia jelasin tapi saya tetap nggak tau wkwk entah karna saya terlalu polos waktu itu atau memang penjelasannya tidak terlalu gamblang. bertahun tahun itu jadi pertanyaan saya dan akhirnya saya menemukan jawaban.

jujur saja, saya benci sad ending. kenapa? karena kalau mau melihat/merasakan yang sedih2 ya tinggal lihat saja di dunia nyata. kenapa baca fiksi harus berakhir sedih juga? tapi alasan itu kayaknya nggak tepat untuk buku ini. kenapa? saya benci ending buku ini karena bikin saya nggak move on bertahun tahun. will oh will. dari sekian banyak cerita teenlit dan novel yang ku baca sewaktu SMA, baik itu pinjaman, rentalan, atau beli, WIlliam Hakim adalah nama yang selalu terpatri di benak saja. kisahnya selalu ada di pikiran saya, tentang anak cerdas penggila fisika. dan yang pernah saya lupa adalah bagian " gue bisa ledakin kantornya pak junaidi kali gue mau"
Author 4 books21 followers
December 27, 2014
Cerita ini dibuka dengan adegan William Hakim dan Karla berada di ruang jenguk sebuah penjara di Massachusetts.

Keduanya adalah sahabat sepuluh atau sebelas tahun yang lalu, waktu mereka masih sama-sama sekolah di Yogya. Bersama 4 orang lainnya, mereka tergabung dalam geng sekolah. Khas anak SMA, mereka pernah membuat masalah di sekolah, tapi masalah itu justru mengeratkan persahabatan mereka.

Will itu siswa yang cerdas. Dia cinta fisika. Matanya selalu bersinar, memancarkan kecerdasan yang dimilikinya. Karla mengagumi sahabatnya itu. Dia bisa membayangkan suatu hari Will akan kuliah di MIT dan menerima nobel fisikanya.

Lulus SMA, Karla pergi ke Singapura sebelum melanjutkan sekolahnya di Boston. Sebelum pergi, dia mencari Will, tapi laki-laki itu menghilang, entah ke mana. Sampai suatu hari, Will menemuinya di Singapura. Ternyata Will juga akan melanjutkan kuliah ke Amerika, ke MIT. Will ingin mengejar cita-citanya di sana.

Seharusnya mereka bisa bahagia karena berada di negara yang sama, bisa menjalin perasaan yang mereka punya. Tapi hidup tidak berjalan semudah itu. Will meminta Karla untuk tidak menemuinya lagi. Hingga akhirnya mereka kembali bertemu dan hanya penyesalan yang tersisa.

"Everyone makes mistakes. But only a few could forgive. Padahal ada banyak kesalahan yang hanya perlu dimaafkan, bukan dihukum. An eye for an eye will make us all blind."


Review:

Huaa..., sukses dibikin nangis sama William Hakim. Hiks... T_T

Aku baca buku ini setelah mendapat rekomendasi dari Fakhrisina, penulis Seri Bluestroberi Confession. Ini pertama kalinya aku membaca karyanya Miss Morra, and yes, I'm falling in love with this novel.

Tema yang diangkat dalam novel ini adalah fisika. Iya, pelajaran yang paling aku benci sejagat raya itu, dibahas di sini Tapi Morra berhasil menyuguhkan cerita ini tanpa membuat kepalaku pusing. Narasinya cerdas. Ceritanya mengalir. Prolognya sukses membuatku penasaran dengan apa yang terjadi sama Will sampai dia bisa dipenjara seperti itu.

Baca review lengkapnya di sini: https://girlwithwritingproblems.wordp...
Profile Image for Hairi.
Author 3 books19 followers
April 23, 2012
Cerita Forgiven dimulai dengan cerita persahabatan Karla dan Will, di mana Will diceritakan begitu gandrung dengan fisika yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam di dalam lab melakukan penelitian yang tak dimengerti Karla. oya, ada nama2 lain juga yang berada dalam lingkaran persahabatan mereka, ada Wahyu, Laut dan lain2, di mana mereka selalu pulang sekolah bareng dan selalu bersama2 di masa SMA mereka. Dan Karla adalah satu2nya cewek di lingkaran persahabatan itu.

Cerita2 tentang masa SMA pun bergulir di situ, kenakalan2, pahit manisnya persabatan antara mereka, saling menguatkan dan saling berbahagia ketika salah satu dari mereka mewujudkan impiannya.

Sampai kemudian masa SMA mereka berakhir. Di titik inilah Karla begitu tak ingin kehilangan Will yang hilang tanpa jejak. Di cover belakang novel itu tertulis kepergian Will tak ubahnya bagaikan El Nino yang memporakporandakan hati Karla habis-habisan. Will adalah sahabat terbaik Karla, tempat berbagi rahasia dan mimpi-mimpi yang tak sembarang orang tahu. Bagaimana ujung dari persahabatan Karla dan Will? Sekedar bocoran, ending dari novel ini benar2 tak terduga :)

Dari segi kepenulisannya si Morra ini saya suka. Cara penulis membawa pembaca hanyut dan berpenasaran ria memang piawai sekali. Ketika membaca cerita SMA mereka saya seperti membaca teenlit dan ketika periode waktunya berubah saat mereka sudah dewasa, sy pun merasa kesan teenlitnya menghilang, menjadi cerita novel bergenre dewasa yang tetap asyik dinikmati. Intinya.. sy suka dengan gaya menulis penulis ini.

"Everyone makes mistakes. But only a few could forgive. Padahal ada banyak kesalahan yang hanya perlu dimaafkan bukan dihukum."
Profile Image for Lin Ulfah Minnati.
33 reviews4 followers
July 8, 2013
Jujur aja, waktu itu.. ehm, empat tahun lalu kalau ngga salah ya. Aku dapet rekomendasi dari temenku (yang rated novel ini juga jauh sebelum aku) kalau ada novel bagus banget, temanya fisika, secara dia jago banget sama fisika, dia suka sama astronomi. Aku langsung mikir.. "Novel? dengan tema fisika? gimana ceritanya?" penasaranku ga ilang-ilang. Iya, aku langsung penasaran pas temenku cerita begitu, dan aku inget-inget terus judul novelnya "Forgiven, Forgiven,".
Dua tahun abisnya kejadian itu, tepatnya pas aku lagi sekolah di ujung timur Pulau Jawa itu, aku main lah ke Gramedia, iseng aja lihat-lihat kalau ada yang menarik ya aku beli, novel khususnya. Pas lagi jalan di rak-rak novel.. sepintas aku liat kata-kata forgiven-forgiven gitu dengan cover mix antara jingga hijau biru. Mataku difokusin lagi ke novel itu, dan aku.. nyaris teriak kegirangan "Aaaaaaa Forgiven!!!!"
Ga banyak kata, aku beli, langsung aku baca.
Iya, bener apa kata temenku waktu itu.. ini.. fisika banget.Dan ini.. keren banget!
Gimana ngga?
Tokoh William Hakim yang ga aku lupa sampe sekarang tuh nempel terus baik di otak maupun hati. Tentang kisah hidup seseorang yang pintar fisika, sekolah jauh ke MIT ninggalin cewek yang dia suka demi cita-citanya, dia sukses di sana. Tapi apalagi yang dia dapet setelah itu? Di luar dugaanku. Sumpah ya bikin emosi terkuras. Belum lagi sama bahasanya yang asik banget, banyak quotes yang bisa diambil dari situ. Entah ya, aku suka aja baca tulisannya Kak Morra, ga berlebihan tapi ngena, kiasan-kiasan yang sederhana tapi indah.
Seandainya aku punya sepuluh jempol, aku kasih semua deh buat Mbak Morra.
Profile Image for liez.
180 reviews20 followers
February 9, 2017
Aahhh... buku ini terlalu lama ditimbun dan akhirnya selesai dibaca juga. Buku ini adalah karya pertama Morra Quatro yang saya baca. Prolog dibuku ini membuat saya penasaran dan bertanya-tanya hal besar apa yang dialami kedua tokoh. Saat penulis memberikan flashback dan apa saja yang telah Will dan Karla alami saya bertanya2 bagaimanakah kisah ini akan berakhir.

Saya menyukai buku ini walau saya harus bersabar dengan alurnya yang agak lambat. Bagian Will dan Karla di masa SMA sedikit membuat saya mengenang masa2 SMA saya. Walau agak nyesek dengan ending yang diberikan, tapi saya menyukainya. Karena tidak semua hal berakhir sesuai dengan yang kita harapkan. Saya juga berpikir seandainya Nick tidak mengambil keputusan itu, seandainya Will tidak mengambil langkah itu, seandainya Karla seperti itu dan seandai-seandai lainnya yang mungkin saja ada akhir yang lain untuk Will dan Karla, tapi yah seperti kata Will, kita yang menentukan bagaimanakah hidup yang ingin dijalani.

3,5 bintang untuk Will dg proyek nuklirnya dan nobel yang diinginkannya.
Profile Image for Naza N.
359 reviews10 followers
January 1, 2021
Aku mulai mencari novel ini karena racun dari para pengikut LitBase di twitter. Dan sayangnya, mungkin karena terlalu di-hype, jatuhnya di aku malah nggak se-wow itu. Entah kenapa jadinya selalu seperti itu ketika aku baca novel yang sangat digembar-gemborkan 😭

Tapi tapi tapi, bukan berarti novel ini tidak bagus. Bagus sekali! Kisah yang dituturkan Miss Morra selalu indah, sedikit melankolis, dan meski tidak selalu berakhir bahagia selamanya, tapi terasa sangat realistis.

Setiap konflik dipaparkan dan diselesaikan dengan baik, dengan penyelesaian yang baik pula. Semuanya memiliki sebab dan akibat yang jelas sehingga pembaca tidak dibuat bertanya-tanya.

Baru kali ini aku membaca sebuah novel yang tidak bisa kulihat ending bahagianya, tapi entah kenapa, aku merasa baik-baik saja. Hidup memang jarang yang sebahagia itu 😄

4 dari 5 bintang, aku harap bisa membaca Break Even dalam waktu dekat.
Profile Image for Amelia Aura.
100 reviews11 followers
July 14, 2015
I dont know what to say... Gaya bahasanya datar tapi menyentuh & emosional, tapi juga masih kerasa 'ngambang' sehingga dibagian sedihnya, walaupun aku akui itu sangat bikin miris, mengenaskan, sekaligus mengharukan, a perfect time that will make a reader--especially me--tearing up... but i dont. Entahlah, cuma ngerasa sendu, bukan sedih.
Tapi buku ini berhasil menginspirasiku untuk jadi seseorang seperti Will, dalam bidang yang berbeda tentunya.
Buku ini juga berbobot, dengan penjelasan khas Will, fisika nggak terlalu bikin pusing.

Will. Oh, Will. Why would you end up like that? You deserve much more. Why the world could be so cruel?

Good job, Morra Quatro. You just told the ironic truth with a great case that will make everyone who's sane enough to finally open their eyes.
Profile Image for e.c.h.a.
509 reviews258 followers
January 2, 2015
Everyone makes mistakes, but only a few could forgive.

Kisah Karla dan William Hakim mengajarkan satu hal penting dalam hidup, bahwa semua orang pernah melakukan kesalahan. Dan terkadang hanya perlu maaf dalam memperbaiki kesalahan.

Some mistakes need to be punished. Some need to be forgiven.
Profile Image for Sinta Nisfuanna.
1,022 reviews63 followers
June 26, 2013
Awalnya sempat penasaran pas baca bagian prolog, kenapa Will bisa ada di penjara?? Dan untuk mencapai bagian tersebut ternyata menyimpan cerita persahabatan dan cinta, dengan sentuhan sains yang cukup membuat kepalaku berkerut. Tapi sayangnya, aku gak terlalu menyukai cerita persahabatan/cinta antara Will dan Karla yang rasanya klise dan mudah ditebak
Profile Image for Gita AF.
15 reviews
November 12, 2023
3/5

Secara keseluruhan ini buku banyak meninggalkan tanda tanya sih. Pada awalnya saya langsung dilanda rasa bingung begitu membaca prolognya, kenapa? karena prolognya berlatar waktu di masa depan sih. Begitu dibawa kembali ke latar waktu awalnya saya merasa... agak cringe dengan gaya tulisannya yang sedikit-sedikit memasukkan kosakata bahasa Inggris kedalamnya, tapi karena penasaran baiklah saya lanjutkan saja.

Waktu di awal sih saya ngerasa karakter Karla ini agak pick-me ehehe habisnya ia memilih bergeng dengan cowo dan mengatakan jika berteman dengan cowo lebih menyenangkan daripada cewe. Tapi ya pada akhirnya dugaan saya tidak sepenuhnya benar. Dari awal karakter Will ini memang cukup menarik perhatian sih, setia kawan, jago Inggris (I mean look at his dialog??), genius fisika + matematika pula, wajar aja sih Karla jatuh hati.

Hanya saja di awal cerita agak aneh saja, Will sudah punya pacar, begitupun Karla, tetapi mereka tidak terlalu menampakkan keterikatannya pada pasangan masing-masing. Pada akhirnya saya merasa, mereka ini friendzone tingkat dewa atau ttm. Karla disini merupakan karakter yang agak plin-plan, setidaknya menurut saya. Di satu waktu ia kesal dan terkesan membenci Will, namun begitu Will muncul ia akan langsung luluh dan menarik pemikirannya tersebut, namanya juga bucin ygy.



Akhirnya saya senang karena impian Will untuk membangun reaktor nuklir di Indonesia pada akhirnya dapat terwujud, . Karla juga menjadi tokoh yang cukup tangguh, dan sekarang ini menerima fakta bahwa . Momen dimana akhirnya Karla dapat melihat bintang "Champagne Supernova" untuk kedua kalinya juga menyejukkan hati pembaca.

P.S.
Ternyata oh ternyata novel ini ada lanjutannya, namun saya tidak yakin apakah akan membeli lanjutannya karena sepertinya tidak bisa dibeli secara online.
Displaying 1 - 30 of 154 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.