Jump to ratings and reviews
Rate this book

Seri Buku TEMPO: Bapak Bangsa

Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan

Rate this book
Ibrahim Datuk Tan Malaka ialah Bapak Bangsa yang memberikan konsep "Republik Indonesia" bagi Hindia-Belanda yang bakal merdeka. Namun, serdadu dari negeri yang ia bela pulalah yang membunuhnya di Selopanggung, Jawa Timur.

Buku ini berisi reportase Majalah Mingguan TEMPO mengenai Tan Malaka dari berbagai sisi, mulai pemikiran, petualangan ke berbagai negara, sampai asmara yang bertepuk-sebelah tangan.

Seri TEMPO Bapak Bangsa ini merupakan bagian seri-seri reportase TEMPO lain mengenai para pendiri Republik Indonesia.

192 pages, Paperback

First published September 1, 2010

117 people are currently reading
1333 people want to read

About the author

Tim Buku TEMPO

44 books95 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
436 (46%)
4 stars
385 (40%)
3 stars
99 (10%)
2 stars
18 (1%)
1 star
6 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 119 reviews
Profile Image for Cory.
17 reviews10 followers
June 19, 2011
Ini buku pertama tentang Tan Malaka yang gue baca. Dari buku ini, gue sedikit lebih mengenal pejuang kemerdekaan yang misterius ini, sosok yang sempat diharamkan di era Orde Baru karena kedekatannya dengan komunisme--Tan sempat menjabat sebagai ketua PKI dan bergabung dengan Komunis Internasional (Komintern). Buku ini mengajak kita mengikuti perjalanan sejarawan asal Belanda, Harry Poeze, yang mencoba menapaktilasi kehidupan Tan Malaka, dari tanah kelahirannya di Sumatera Barat hingga di berbagai tempat perantauannya. Tan Malaka ternyata bernama asli Ibrahim, ia termasuk keturunan pimpinan adat di Sumatera Barat, dan Tan Malaka adalah nama gelar yang diperolehnya ketika mulai memasuki usia dewasa. Meskipun termasuk keturunan pemimpin adat Minang, keluarga Ibrahim bukan keluarga yang berkecukupan. Di bagian awal buku, diceritakan bagaimana Ibra yang berasal dari keluarga sederhana ini bisa mengecap pendidikan hingga ke negeri Belanda. Kemudian, cerita berlanjut dengan menggambarkan kehidupan dengan segala tantangan yang dijalaninya di negeri Belanda, hingga cerita di balik kepulangannya ke tanah air tanpa sempat membawa gelar pendidikan dari negara kincir angin tersebut.

Ibrahim Tan Malaka diceritakan memilki pemikiran tentang Republik Indonesia lebih dulu dari bapak bangsa lainnya, setidaknya Soekarno dan Hatta. Tulisan-tulisannya tentang perjuangan kemerdekaan menjadi pegangan Soekarno dan tokoh bangsa lain. Tapi sosoknya menjadi misterius dan sulit ditemui, karena Tan seringkali harus kucing-kucingan dengan tentara kolonial--karena Tan yang sempat aktif di organisasi Komunis Internasional, dianggap ancaman dan menjadi buronan pemerintah kolonial. Karena itu juga, ia selalu dalam penyamaran dan hidup berpindah-pindah di berbagai tempat, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di beberapa negara Asia lain hingga Eropa. Kedekatan Tan dengan komunisme sesungguhnya adalah salah jalan yang ditempuhnya untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Tan adalah nasionalis sejati yang meyakini komunisme dapat membantu Indonesia melepaskan diri dari belenggu penjajah. Jika komunisme seringkali diidentikkan dengan anti agama, Tan Malaka justru memiliki pemikiran bahwa komunisme di Indonesia harus bergabung dengan Pan Islamisme, racikan yang tepat baginya untuk mewujudkan kemerdekaan. Meskipun gagasan kolaborasi Komunisme-Pan Islamisme Tan sempat mendapat sambutan baik dari beberapa tokoh Syarekat Islam, tapi ternyata tak mudah menyatukan dua aliran tersebut. Selain menceritakan tentang keterlibatannya di gerakan perjuangan kemerdekaan dan di berbagai organisasi komunis, buku ini juga sedikit menyentuh kehidupan pribadi Tan Malaka. Ada beberapa nama perempuan yang sempat mewarnai hidup Tan Malaka, meski hingga akhir hayatnya, tak sekalipun Tan menikah. Buku ini juga menceritakan keterlibatan Tan di seputar masa persiapan kemerdekaan hingga proklamasi, dan bagaimana dinamika hubungannya dengan tokoh bangsa lain dan tokoh komunis lain, hingga cerita tragisnya yang hidupnya berakhir di ujung bedil oleh saudara sebangsanya sendiri.
Profile Image for Meka Kawasari.
19 reviews2 followers
June 13, 2016
Tan adalah sosok yang punya banyak gagasan filosofis dan lincah berorganisasi. Ialah orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia. Tulisan-tulisan karyanya menjadi kiblat banyak tokoh negara. Sekaliber Bung Karno pun.

"Ingatlah bahwa dari dalam kubur suara saya akan lebih keras daripada di atas bumi."

Itu salah satu prinsipnya yang menjadi kenyataan. Ketika masih hidup ia menjadi buronan, difitnah, dan disingkirkan. Namun, setelah ketiadaannya, buah pemikirannya dipakai banyak orang. Bahkan setelah ia meninggal, masih saja muncul Tan palsu seperti ketika ia hidup (Ketika masih hidup banyak bermunculan Tan Palsu di berbagai daerah yang sedang berorasi)

Buku ini enak dibaca, saya merasa tidak bosan. Penasaran dengan setiap babak kehidupan Tan Malaka. Saya jadi tahu bahwa ia beberapa kali gagal dalam percintaan, mempunyai banyak nama samaran, juga berganti-ganti profesi, juga kematiannya yang misterius dan menimbulkan banyak perdebatan.

Keinginan membaca Madilog, Naar de Republiek Indonesia, Dari penjara ke penjara, semakin membara. Tentunya juga keinginan membaca buah pemikirannya yang lain.

Buku ini dilengkapi infografis kehidupan Tan, komik yang lucu, dan kolom-kolom. Sehingga dapat mengetahui bagaimana Tan dan seperti apa pandangan para ahli terhadap Tan.
Profile Image for Evan Dewangga.
301 reviews37 followers
February 8, 2019
Akhirnya saya bisa mengenal sosok misterius Ibrahim Datuk Sutan Malaka. Ini buku Tan Malaka pertama saya, dan sejak dari pembukaan buku ini, saya langsung dicemplungkan ketika Tan Malaka sudah "menampakkan" dirinya secara terang-terangan dalam membantu mobilisasi massa pada rapat besar di lapangan Ikada. Kerumitan politik pada masa awal revolusi membuat saya bingung, maklum saya masih abu-abu dalam mengenal sejarah Indonesia, apalagi dari sisi Tan yang sengaja dihapus dari buku sejarah sekolahan. Asyiknya, semakin dibaca, semakin ditunjukkan sisi-sisi humanis Tan Malaka, yang sangat idealis dan perfeksionis. Turut sedih mengetahui akhir hidup Tan yang tragis, pun juga dengan kisah cintanya dan ambisi-ambisinya yang belum kesampaian (bahkan sampai sekarang). Namun, memaknai Tan berarti memaknai seorang yang konsisten, mau menjadi nobody demi cita-cita luhur, cemerlang dalam berpikir namun tetap peduli dengan bangsanya, bahkan terlalu peduli meski dia tidak memiliki kekuasaan yang besar. Di saat politisi zaman sekarang hanya terfokus pada kekuasaan, rasanya lucu sekali Tan bisa-bisanya menolak mentah-mentah jabatan politik dulu, kangen dengan sosok Tan, yang saya rasa tidak ada bandingannya di masa kini.
Profile Image for Luthfi Ferizqi.
446 reviews13 followers
March 15, 2024
Ibrahim Datuk Tan Malaka (Tan Malaka) merupakan salah satu founding fathers Indonesia. Buku ini meringkas kisah hidupnya, mulai dari masa kecil, pelarian ke mancanegara hingga kematian yang berujung tragis. Hingga sekarang saya penasaran, mengapa kisah hidupnya belum diangkat ke layar lebar, atau saya yang tidak mengetahui hal itu?

Membaca perjalanan Tan Malaka dalam melakukan penyamaran pada saat awal abad 19 mengingatkan saya pada kisah Frank Abagnale Jr (tokoh nyata dari film Catch Me If You Can). Oleh sebab itu saya berpendapat akan sangat menarik jika kisah hidup Tan Malaka diangkat di layar lebar.

Buku ini memberikan wawasan baru bagi saya seperti tanah kelahiran orang-orang hebat cenderung lahir di Sumatera Barat, sebut saja seperti bapak republik kita yang lain. Selain itu, sejarah partai yang baru berdiri di era awal kemerdekaan juga cukup dibahas seperti PKI dan Partai Murba serta pertarungannya.

Kedepannya saya berharap dapat membaca karya langsung dari Tan Malaka, apa lagi kalau bukan Madilog, buku legenda yang cukup membuat banyak orang kebingungan dengan isinya.
Profile Image for Niken Nastiti.
23 reviews2 followers
September 4, 2016
Setelah bertahun-tahun sekolah hanya mendengar secuil namanya saja (dikarenakan stigma yang dibuat oleh era orde baru), sekarang saatnya untuk menggali lebih dalam sejarah Indonesia tanpa perlu ada kekhawatiran sedikit-sedikit ditangkap (atau lenyap).

Tim buku Tempo did a great job on this book. Dari sinilah pandangan saya terbuka mengenai paham komunis (dikarenakan stigma yang dibuat oleh orde baru) dan karena saya awam mengenai paham-paham yang ada. Tapi seperti kata Einstein, "don't stop questioning. curiosity has its own reason for existing". Tidak ada kata terlambat untuk menggali sesuatu yang tidak kita pahami sebelumnya untuk menjadi mengerti asalkan kita terus memiliki rasa penasaran.

"Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi" - Tan Malaka
Profile Image for ami ☆ ⁺‧₊˚ ୭.
156 reviews18 followers
March 20, 2024
"Sepuluh tahun pada akhir kehidupannya benar-benar dia sumbangkan untuk tanah air, membangun kekuatan perlawanan rakyat melawan Jepang dan Belanda, meskipun berakhir di ujung peluru bangsa yang diperjuangkannya."

Pertama kali baca buku tentang Tan Malaka, dan bisa kubilang ini buku yang sangat ramah untuk orang awam (aku salah satunya). Selain penjelasannya yang lengkap mulai dari masa kecil Tan sampai meninggal, buku ini juga ikut menceritakan gimana Tan bertumbuh baik di Indonesia dan di negara-negara yang pernah dikunjunginya terutama Belanda. Lewat buku ini, pembaca diajak untuk sama-sama kilas balik melihat sosok Tan Malaka yang seringkali ga dikenal.

Kenapa menurutku buku ini ramah untuk awam, selain karena penjelasannya yang mudah dimengerti, buku ini juga ga cuma ceritain sisi baik atau sisi buruk Tan, tapi keduanya. Tentang Tan yang hidup penuh pelarian, dihormati sama negara lain, juga tentang kesalahan-kesalahan yang pernah dibuatnya. Menurutku, saat belajar sejarah, penting untuk kita tahu dari dua sisi. Sisi baik dan buruk. Dan buku ini punya keduanya.

Setelah baca ini, pembaca akan tahu kenapa tajuk buku ini adalah "Bapak Republik yang Dilupakan", karena mengingat kontribusinya yang jelas ga bisa dihitung buat Indonesia, pada akhirnya dia mati di tangan negaranya sendiri. Cukup tragis buatku, mengingat di Filipina misalnya, Tan adalah sosok yang dihormati dan dilindungi. Tapi Tan memilih untuk berjuang buat Indonesia, meluangkan semua waktu, tenaga, dan pengetahuannya, untuk kemerdekaan 100% yang selalu dicita-citakannya. Meski pada akhirnya Tan mati di bangsa yang ia perjuangkan setengah mati, nyaris menghabiskan setengah dari hidupnya untuk itu, gagasan dan pemikiran Tan tentu harus diingat oleh generasi-generasi setelahnya.

"Kalau kesuksesan berpolitik diukur dari seberapa besar kekuasaan yang diperoleh, bukan di sana tempat Tan Malaka."
Profile Image for nasywa.
12 reviews1 follower
June 5, 2024
as someone with no prior insight of Tan Malaka, this book serves as an excellent introduction. his unique genius and ambitious idealism were impressively showcased, marking him as a truly extraordinary thinker and revolutionary; he was so impactful that his statements often left me awestruck. credit must be given to Tempo for their detailed yet accessible biography, it makes me look forward to reading other editions about our nation’a fathers. by the way, i welcome any recommendations for books or enlightening discussions about Tan Malaka’s contributions and historical role.
Profile Image for haya ★.
56 reviews1 follower
February 14, 2025
Ibrahim Datuk Tan Malaka, the important forgotten founding father. His name is poorly known to the inhabitants of his own nation. His name was deliberately tarnished by the New Order (Orba) government because of his proximity to the communists, but it does not reflect the fact that he was a true nationalist, anti-imperialist as well as a reliable, and intelligent thinker.

He is the first who wrote the concept of the Republic of Indonesia. At the end of his book “Massa Actie” which became the inspiration of W.R. Soepratman in creating the national anthem of Indonesia. He has 23 fake names and has explored two continents with a total journey of 89 thousand kilometers—twice the distance traveled by Che Guevara in Latin America.

He fought for the rights of romusha workers. He built schools for the children of porters because education is the right of all human beings. And according to him the purpose of education was to sharpen intelligence, strengthen willpower, and expand feelings.

Ten years at the end of his life, he contributed and sacrificed himself for the homeland, building a people's resistance force against the Japanese and the Dutch, despite ending up at the bullet of the nation he fought for.

After reading his biography, it makes me curious about why is this nation so afraid of people who are smart, critical, and brave enough to fight for injustice and ended up killing them?.
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book52 followers
September 25, 2016
Menilik kisah tokoh bangsa satu ini membuat kita jadi bertanya-tanya, mengapa ada orang dengan keteguhan dan cita-cita luhur yang begitu teguh pendirian seperti beliau. Kisah hidupnya yang penuh dengan penderitaan tak menyurutkan semangatnya melihat Indonesia merdeka 100%, berbagai ide dan gagasan politiknya bagi kemajuan bangsa dapat dinikmati anak muda kita sekarang, tetapi justru itulah yang menjadi satu-satunya jembatan untuk menghargai jasa beliau bagi bangsa ini. Saya lalu berpikir, apa benar sebuah perjuangan utk sebuah hasil yang besar selalu membutuhkan pengorbanan seumur hidup bagi Ibrahim Datuk Tan Malaka? Di antara begitu banyak orang Minang dalam peta politik jaman itu, beliau menjadi orang yang terasing dan diasingkan bahkan menjemput maut oleh peluru bangsa yang dia cintai ini. Kisah penelusuran tim Tempo dalam mengangkat kisah hidup Tan Malaka begitu mendalam, membuat setiap cerita begitu dekat dan personal. Sebuah catatan penting yang layak di koleksi bagi para penggemar sejarah bangsa.
Profile Image for Panji.
64 reviews33 followers
June 24, 2018
Buat yang ingin mengenal Tan Malaka lebih jauh, bukunya sendiri memberi pandangan baru tentang bagaimana Tan Malaka berpikir dan apa yang dicari. Melalui beberapa bab, buku ini memaparkan proses dialektika - Tan sebagai orang yang terus menguji pemikirannya/alih-alih seorang dogmatis. Juga sebagai orang dengan ilmu yang dalam seputar politik, namun tidak menjadikan politik sebagai tujuan; bayangkan menjadi orang yang dihormati oleh Presiden RI, masuk dalam testamen, namun tetap berada dalam oposisi demi proses republik berdialektika. juga berbagai kesempatan di mana beberapa jabatan bergengsi ditinggalkan atau tolak saat tidak sesuai dengan yang ia yakini. Dia berjuang atas nama cause.

Kumpulan bab perjalanan Bapak Bangsa dari berbagai tinjauan, ditambah beberapa kolom menarik yang meninjau pemikirannya ditarik konteks kekinian, menjelaskan hal-hal di atas. Saya tidak berani memberi kurang dari 5 bintang.
Profile Image for Mutiarizki Hapsari.
39 reviews
December 29, 2021
Semua serial pahlawan dari TEMPO memang keren! Saya sangat menyukai gagasan Tan Malaka mengenai pendidikan. Sungguh disayangkan dan tragedi besar ketika beliau mati di tangan orang Indonesia.
Profile Image for Indira.
200 reviews5 followers
September 1, 2022
Not bad, but I felt that it was a little confusing. Somehow it just didn't flow well enough for me.
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
July 12, 2014
** Books 179 - 2014 **

"Ingatlah bahwa dari dalam kubur suara saya akan lebih keras daripada di atas bumi - Tan Malaka di buku Dari Penjara ke Penjara Jilid II, 1948

Siapa yang tidak kenal akan Tan Malaka. Seorang tokoh yang pernah memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) (meskipun dikatakan tidak akur dengan Aidit dan Musso). selain itu beliau menulis buku tentang gagasan konsep republik Indonesia yang berjudul Naar de Republiek Indonesia pada tahun 1925. Jauh sebelum adanya mohammad Hatta dan Bung Karno yang mereka berdua terinspirasi dari tulisan beliau.

Pejuang yang kesepian. Itu yang saya tangkap dari membaca kisahnya dibuku ini. Beliau meninggal di usia 52 tahun di tahun 1949. Setengah dari usia beliau dilewatkan di luar negeri: enam tahun belajar di negeri Belanda setelah lulus sekolah di Padang dan 20 tahun sisanya mengembara dalam pelarian politik mengelilingi hampir separuh dunia mulai dari amsterdam, rotterdam pada 1922, diteruskan ke Berlin, moskow, kanton, HOngkong, Manila, Shanghai, Tiongkok sebelum dia menyelundup ke Rangoon, Singapura, Penang dan kembali ke Indonesia dengan waktu sejak 1933 hingga 1942 dengan menetap terlama di Hongkong. Selama itu pula dia menggunakan 13 alamat rahasia dan sekurang-kurangnya tujuh nama samaran. kasian sungguh kasian dimana ia berjuang memikirkan republik ini namun seakan kurang tiada tanggapan yang berarti.

Sewaktu akan diadakannya penculikan Soekarno-Hatta oleh pemuda ke Rengasdengklok dan pengumuman proklamasi kemerdekaan di 17 AGustus 1945 Tan Malaka tidak diikutsertakan dimana itu adalah titik demokrasi indonesia yang pertama. Sempat juga Soekarno membuat testimen mengenai pemindahan pemerintahan apabila ada kondisi darurat yang berisikan apabila beliau dan Hatta tidak bisa melanjutkan pemerintahan akan diteruskan oleh Tan Malaka namun sayangnya pada akhirnya testimen itu dimusnahkan karena ditolak dari beberapa pihak

ada beberapa kata-katanya di buku ini yang saya anggap agak fenomenal dan membuat saya bertanya-tanya terutama yang kutipan beliau yang terakhir

"Orang tak akan berunding dengan maling di rumahnya - Tan Malaka Pidato di rapat pertama persatuan perjuangan ke-1 purwokerto tahun 1922

Hal inilah yang membuat perbedaan pandangan Tan malaka kepada Soekarno pada akhirnya. Ia kecewa tidak seharusnya mereka berunding. kemerdekaan yang dengan berunding akan menghasilkan kemerdekaan yang tidak 100%

"Ketika menghadap Tuhan saya seorang muslim, tapi manakala berhadapan dengan manusia saya bukan muslim - Tan Malaka pidato di Kongres komunis Internasional ke-4 di Moskow tahun 1922

Buku ini saya berikan 3,2 dari 5 bintang :)
Profile Image for Roffi Ardinata.
30 reviews2 followers
May 15, 2019
Tim tempo menuliskan gambaran Tan Malaka dengan cara baru tanpa mengurangi Makna Perjuangan dari salah seorang Bapak Pendiri Bangsa ini. Tetap menarik dibaca, walau telah melumat berbagai sisi cerita tentang Pejuang kemerdekaan yang digelari 'Pacar Merah Indonesia' ini, karna kali ini disajikan dan dikupas dari sudut pandang yang sedikit berbeda dan mudah untuk dipahami tanpa mengurangi fakta sejarah tentunya.

Tan Malaka tetap mempesona dari sisi pandang baru ini, tetap menguatkan pemahaman kita akan pentingnya semangat kemerdekaan 100% yang mengalir deras pada setiap langkah dan pemikiran Tan malaka. Seperti kata Harry Poezze, orang yang paling lengkap memburu fakta tentang perjuangan Putra Minang Ini, Kisah hidupnya mempesona bak legenda yang melebihi sebuah karya fiksi. Kisah hidup yang seakan tak pernah selesai dengan perjuangannya, bahkan sampai akhir hayat-pun Ia tetap diburu, dengan keliber pemikiran super besar namun begitu sempit panggung untuk dia hadir mewujudkan cita-cita kemerdekaan bagi bangsanya. Sedihnya dalam moment paling berharga yang Ia rancang dan perjuangan dalam setiap helaan nafasnya, Proklamasi Kemerdekaan', Ia bahkan tak diikutsertakan. Namun tetap saja Ia tak pernah lari dari perjuangannya, tetap bersikukuh dengan pendirian menuntut Indonesia untuk merdeka 100 % dengan ikut menimang dan mendidik membesarkan bayi kecil bernama Republik Indonesia saat awal-awal kemerdekaan . Ironisnya langkah dan sikap konsisten pemikirannya ini harus berakhir di ujung senapan tentara Republik yang Ia dirikan.

Maka tepatlah jika Bonnie Triyana (Wartawan dan sejarawan) menuliskan "Kalau kesuksesan berpolitik diukur dari seberapa besar kekuasaan yang diperoleh, bukan disana tempat Tan Malaka. Bukan pula pada pelajaran sejarah di sekolah-sekolah yang tak mencantumkan namanya, kendati dia pahlawan yang dikukuhkan melalui Keputusan Presiden No 53 tahun 1963. Kesuksesan Tan Malaka terletak pada sikap konsisten dalam berpolitik dan orisinalitas pemikiran yang berpihak kepada rakyat.

Itulah mungkin sebabnya, berbicara Tan Malaka selalu terbayang semangat Pemuda Idealis yang kukuh berjuang.
Profile Image for Natha.
780 reviews74 followers
Want to read
February 23, 2017
FYI, sudah lama sekali aku ingin buku ini. xD Siapa yang sangka akan mendapatkannya, hadiah dari #UnjukJariKuisKPG di IG @penerbitKPG saat Pilkada 15 Feb'17 yang lalu. <3
Profile Image for deusian.
14 reviews3 followers
March 13, 2021
Definisi dari sad ending adalah: Tan Malaka.

Setengah dari hidupnya dihabiskan untuk berkelana dari satu negara ke negara lain membawa penyakit paru nya, setelah kembali ke tanah air dibuang ke belanda sebagai buangan politik, cinta selalu bertepuk sebelah tangan dan kandas di tengah jalan, serta matinya pun dipenuhi dengan konspirasi yang misterius. Di bab tentang kematiannya, mataku sempat berkaca-kaca karena Tan diperlakukan sebegitunya😭 Buku ini menceritakan detail tentang Tan! Yang sebelumnya aku cuma tau Tan secara “putus-putus” karena masih banyak sisi yang masih samar, Tempo menyajikan informasi Tan dengan sangat rapi dan terstruktur! Lalu aku kagum penyajian cerita bentuk komik yang meringkas perjalanan Tan!!
Di dalam Kongres Komunis Internasional Keempat, Tan menyampaikan pidatonya sebagai perwakilan dari negeri jajahan di Asia dan Hindia Belanda, berikut adalah kutipan dari pernyataan Tan di pidatonya yang aku suka dan mungkin banyak juga orang yang udah tau:

““Ketika menghadap Tuhan saya seorang muslim, tapi manakala saya berhadapan dengan manusia saya bukan muslim, karena Tuhan sendiri bilang ada banyak setan di antara manusia!” — Tan Malaka.
Profile Image for Arliawan A.
15 reviews1 follower
May 21, 2021
Selalu menarik membaca tentang Tan Malaka, tokoh yang tidak pernah disebut di buku sejarah sekolah, tapi diam-diam banyak dikagumi.

Sayang, hampir semua riwayat Tan Malaka di seri buku Tempo ini sudah saya baca di autobiografi Tan Malaka sendiri: 'Dari Penjara ke Penjara'.

Seperti seri buku Tempo lainnya, buku ini menggunakan gaya penulisan khas jurnalis yang sederhana dan mudah dipahami, dan mungkin menarik bagi orang-orang yang baru ingin mengenal Tan Malaka. Namun bagi saya yang sudah membaca kisah yang sama, dituliskan Tan Malaka dengan berapi-api dalam "Dari Penjara ke Penjara", buku ini terasa hambar.

Boleh setuju boleh tidak.
Profile Image for 3clair.
19 reviews4 followers
March 13, 2017
Biografi tentang salah satu pahlawan Indonesia yang terlupakan dari sejarah Indonesia. Saya kira buku ini merupakan pengantar yang tepat untuk karya-karya Tan Malaka tetapi sayang penyusunan buku ini rasanya tidak terlalu koheren dari satu bab ke bab lainnya. Atau mungkin hal tersebut terjadi karena kisah hidup Tan Malaka yang sangat ajaib dan dinamis.

Mandilog, saya datang!.
Profile Image for Sevma.
70 reviews14 followers
November 20, 2023
"Negara Belandalah, sebenarnya, yang telah membentuk wataknya: membaca, belajar, dan menderita."
Profile Image for Yuli.
58 reviews1 follower
August 20, 2021
Sebelum membaca review ini, perlu diketahui bahwa saya masih sangat minim pengetahuan dalam hal sejarah, terutama sejarah bangsa Indonesia. Review yang saya tulis hanyalah sedikit refleksi pengalaman dan pendapat pribadi saja.

Saya masih ingat sekali, tahun 2019 lalu pernah menghadiri diskusi buku "Dari Penjara ke Penjara" karya Tan Malaka. Sejujurnya, sampai saat ini saya belum baca buku tersebut hehe. Saat itu, salah seorang teman saya begitu berapi-api mengemukakan pendapatnya membela Tan Malaka. Mengapa Beliau yang merupakan pencetus awal konsep Republik Indonesia, tetapi akhir hidupnya begitu tragis?. Yang lebih aneh lagi, setelah Ia diberi gelar pahlawan nasional, mengapa namanya dihapus dari buku-buku pelajaran sekolah?. Menurut teman saya itu, baginya Tan Malaka jauh lebih berani dibanding Soekarno. Beliau menginginkan kemerdekaan Indonesia 100%, bukan karena pemberian dari Jepang.

Setelah membaca buku ini, saya berpikir pendapat Tan Malaka benar. Namun, seperti tidak sesuai dengan kondisi pada saat itu. Yang akhinya membuat Beliau tidak begitu banyak mendapat dukungan politik. Terlepas dari hal itu, sungguh, saya sangat kagum dengan sosok Beliau. Beliau seperti tokoh nyata di film-film hollywood yang sering saya tonton. Setengah dari usianya dilewatkan di luar negeri: enam tahun belajar di Belanda dan 20 tahun mengembara dalam pelarian politik mengelilingi hampir seluruh dunia dengan macam-macam nama samaran. Ia juga menguasai banyak bahasa yang membuat penyamarannya berhasil. Wah, banyak sekali orang-orang hebat di negeri ini.

Tan Malaka adalah seorang Marxis, tapi sekaligus nasionalis. Ia seorang komunis, tapi kata Tan, "Di depan Tuhan saya seorang muslim" (siapa sangka Ia hafal Al-Quran sewaktu muda). Berbicara mengenai komunisme, saya rasa tujuan awalnya baik, yaitu untuk meniadakan kelas-kelas antara kaum borjuis dan proletariat. Namun, realitanya sepertinya tidak seperti itu.

Kalau melihat negara seperti Tiongkok yang menganut sistem komunisme karena kemerdekaannya dimenangkan oleh kaum proletariat dengan Mao Zhe Dong pemimpinnya, rasanya tujuan komunisme yang awalnya meniadakan kelas-kelas sosial malah berbalik menjadi kaum proletariat yang harus memimpin. Hal ini menimbulkan kediktatoran. Tentu saja, sistem ini, mungkin cocok untuk negara tersebut. Saya perlu mengkaji lebih jauh soal ini.

Pada akhirnya, tidak ada sistem yang sempurna. Tiap-tiap ideologi punya plus minusnya. Sama juga dengan manusia, ada plus minusnya. Tan Malaka, Soekarno, Hatta, Sjahrir, atau pun tokoh pergerakan lainnya luar biasa hebat. Namun, mereka tentu masing-masing punya kekurangan. Tapi entah mengapa situasi politik saat itu, rasanya sama saja seperti saat ini. Setelah merdeka, kekuasaan pun banyak diperebutkan.
Profile Image for Astala.
99 reviews
September 3, 2022
Tan Malaka
⭐4,8

Tan Malaka, Bapak Republik yang Dilupakan.
Judul yang setelah aku baca bukunya sangat sesuai sekali.

Mengenal Kisah Tan aku tahu dari koran Suplemen Kompas Menuju Milenium III edisi 1 Januari tahun 2000 halaman 33 yang ditulis oleh Noriaki Oshikawa seorang Associate Professor pada Southeast Asian Culture Studies, Faculty of International Relations, Daito Bunka University, dengan judul "Tan Malaka Berpikir tentang Nasib Gagasan Politik".

Tan diceritakan sebagai tokoh legendaris yang misterius, di buku ini pun Tan diceritakan demikian. Orisinalitas gagasan yang dipertahankannya membuat Tan Malaka tidak pernah menang dalam pergulatan merebut kekuasaan politik di masa itu.

Meski demikian, banyak sekali pemikiran Tan yang terdapat dalam bukunya Naar de Republiek dan Massa Actie (1926) yang menginspirasi tokoh² pergerakan seperti Soekarno, Ir Anwari, W.R Supratman dan lainnya.

Ideologi Tan sebenarnya sangat bagus, merdeka 100 persen dan merdeka tanpa campur tangan Jepang, namun mungkin di masa itu mengingat situasinya sehingga pemikiran² Tan banyak ditentang dan tidak memiliki persetujuan dari beberapa/banyak tokoh. Namun balik lagi, tidak ada ideologi yang sempurna juga.

Aku menyayangkan sikap Soekarno yang memenjarakannya tanpa pengadilan selama 2,5 tahun, dimana itu bahkan lebih lama daripada waktu ditahan Belanda, Inggris, Amerika dalam pergerakannya selama 10 tahun di masa kolonial. Akhir hidupnya pun cukup membuatku merasa miris, karena nyawanya dihilangkan oleh orang² yang berpijak dan lahir di tanah yang sama dengan sosok Tan Malaka. (Padahal Tan selama di Filipina sangat dihormati orang² sana :").

Tan Malaka, sosok pemikir yang brillian namun kesepian yang separuh usianya dihabiskan dalam pelarian, pengejaran dan pembuangan di berbagai belahan dunia seperti Belanda, Rusia, Cina, Filipina, Hongkong dan Singapura.

Beberapa gagasan beliau yang sangat aku suka..

“Ingatlah bahwa dari dalam kubur suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi”
"Tan menyebut, anggota parlemen sebagai golongan tak berguna yang harus diongkosi negara dengan biaya yang tinggi."
"Islam, kata Tan Malaka, telah mengajarkan sosialisme dan antipenjajahan 12 abad sebelum karl marx lahir."

Bagus, bukunya!
Profile Image for Kanya Sros.
13 reviews
June 8, 2025
"Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan" adalah sebuah karya luar biasa yang menggali kembali jejak perjuangan Tan Malaka, seorang tokoh revolusi Indonesia yang sering terlupakan dalam sejarah. Buku ini menelusuri kehidupan dan perjuangan Tan Malaka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, serta peran pentingnya dalam membentuk pondasi Republik Indonesia.

Tan Malaka, seorang intelektual dan pemimpin revolusi, memiliki visi yang jelas mengenai kemerdekaan dan keadilan sosial, yang berbeda dengan banyak tokoh lain pada masanya. Namun, perjuangannya seringkali tak mendapat tempat yang layak dalam catatan sejarah. Buku ini mencoba untuk mengungkap kisah hidup Tan Malaka secara menyeluruh, dari awal perjuangannya hingga pengorbanannya yang harus dibayar dengan pengasingan dan akhirnya kematiannya yang misterius.

Buku ini sangat berharga untuk para pembaca yang ingin lebih memahami perjuangan kemerdekaan Indonesia yang sering terlupakan, serta bagaimana pemikiran Tan Malaka memengaruhi perjalanan bangsa ini. Karya ini juga memberikan sudut pandang yang berbeda tentang sejarah Indonesia dan pentingnya mengenang para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan.

Membaca buku ini mengingatkan kita untuk tidak melupakan tokoh-tokoh besar seperti Tan Malaka yang seharusnya dihargai kontribusinya dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk para pencinta sejarah Indonesia dan mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang perjuangan bangsa ini.

Sebagai tambahan, saya juga ingin berbagi informasi mengenai Missluna.io, sebuah situs yang menawarkan pengalaman bermain slot game yang aman dan menyenangkan. Sebagai bagian dari komunitas perjudian yang bertanggung jawab, Missluna.io mendukung pentingnya menjaga keseimbangan dalam bermain dan menjaga perilaku perjudian yang sehat. Jika Anda tertarik untuk menikmati game yang menyenangkan, kunjungi Missluna.io. Semoga ini bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang setelah membaca sejarah pahlawan seperti Tan Malaka!
Profile Image for Quinnzel.
4 reviews
April 13, 2024
Seri Buku Tempo yang satu ini adalah kumpulan buku yang mengulas kehidupan dan pemikiran salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia, Tan Malaka. Tan Malaka dikenal sebagai pemikir revolusioner yang memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Seri ini mencakup berbagai aspek kehidupan Tan Malaka, mulai dari latar belakang keluarganya, perjalanan politiknya, hingga pemikiran-pemikiran revolusionernya.

Seri ini mampu menghadirkan Tan Malaka sebagai sosok yang kompleks, bukan sekadar figur sejarah. Penulis berhasil membawa pembaca untuk memahami visi dan misi Tan Malaka dalam konteks keadaan politik dan sosial pada masanya. Seri ini juga memberikan wawasan yang mendalam mengenai perjuangan politik di Indonesia pada awal abad ke-20.

Namun, saya menyoroti bahwa analisis dalam buku-buku ini seringkali bersifat subjektif dan terlalu memihak pada Tan Malaka, sehingga mengurangi objektivitasnya sebagai karya sejarah. Selain itu, fokus yang terlalu mendalam pada Tan Malaka sendiri juga membuat seri ini kurang memperhatikan konteks sejarah yang lebih luas, sehingga saya kesulitan memahami peran Tan Malaka dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia secara lebih komprehensif.

Menurut saya juga seri ini kurang kritisisme nya. Penulisnya mungkin kurang menghadirkan sudut pandang yang berbeda atau tidak mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pemikiran Tan Malaka. Hal ini dapat mengurangi kedalaman analisis dalam memahami peran dan pemikiran Tan Malaka dalam sejarah Indonesia.

Terakhir, gaya penulisan yang cenderung akademis dan penuh dengan rujukan mungkin membuat seri ini kurang menarik bagi pembaca yang mencari bacaan yang lebih ringan atau populer. Beberapa pembaca mungkin merasa tertantang oleh bahasa dan terminologi yang digunakan dalam buku-buku ini, sehingga mengurangi daya tariknya sebagai bacaan yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan pembaca.
Profile Image for Rashilaah.
36 reviews
April 22, 2025
Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan adalah buku pertama yang saya baca dari empat buku Seri Bapak Bangsa terbitan Tempo. Saya memutuskan membaca kisah Tan Malaka karena nama beliau begitu asing pada kisah sejarah di buku teks yang saya pelajari di sekolah tapi begitu lumrah terdengar dewasa ini. Dalam beberapa novel fiksi sejarah, nama beliau kerap disinggung, dan dalam pembahasan politik kontemporer, pemikiran Tan Malaka sering dijadikan rujukan.

Awalnya, saya mengira buku ini berupa memoar naratif yang kronologis. Namun ternyata, penjelasan per bab disajikan tidak berurutan—secara periode waktu—sehingga saya perlu menonton terlebih dahulu video berdurasi satu jam di youtube yang menceritakan kisah beliau. Meski demikian, kekuatan buku ini ada pada riset yang mendalam, bukan hanya berdasarkan asumsi. Pernyataan selalu disertakan arsip, bukti dan dialog dengan kerabat dari tokoh-tokoh yang dibahas.

Selama membaca, saya banyak menemukan momen reflektif yang membuka wawasan—semacam "Ohhh, jadi Tan Malaka juga berperan dalam peristiwa ini" sambil mengingat pelajaran sejarah masa SMA. Membaca buku ini memberikan informasi dan perspektif baru terkait kondisi politik Indonesia zaman dulu dan relevansinya dengan masa kini. Namun, pastikan untuk tetap berhati-hati dalam menyaring informasi dan mengeksekusi ide yang beliau miliki. Saya pribadi membaca ini masih sebatas pelengkap literasi sejarah saja.

Bagian penutup buku menyajikan kolom-kolom dari sejumlah tokoh . Di bagian ini, ada tulisan yang sangat saya suka tentang Republik dalam Mimpi Tan Malaka. Narasinya sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini dan memberikan banyak bahan refleksi.

Secara keseluruhan, buku ini mampu menceritakan kisah Tan Malaka yang mengagumkan dengan begitu santai dan menggugah. Sebab demokrasi hanya cocok untuk bangsa dengan manusia yang cerdas, saya rasa semua dari kita perlu untuk membaca kisah ini sebagai salah satu cara untuk memperluas wawasan kebangsaan dan menajamkan nalar dalam menghadapi situasi politik Indonesia yang dinamis.
Profile Image for Femi.
205 reviews18 followers
June 6, 2017
Apa yang aku tangkap dari buku ini: Tan Malaka ini seorang pejuang kesepian dan tidak begitu mementingkan egonya. Bagaimana tidak? Bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia (berisi tentang gagasan negara republik Indonesia) bahkan dibawa-bawa Soekarno kemana pun. Bukunya yang lain, Massa Actie, dijadikan pedoman untuk para pemuda bahwa kita harus berjuang untuk merdeka seratus persen. Malangnya, tak banyak orang yang mengenalnya sebagai bapak bangsa, ia lebih dikenal sebagai sebuah misteri. Dua belas tahun aku menjadi pelajar, tak pernah kujumpai namanya dalam buku pelajaran sejarah. Namanya memang sengaja dihapus oleh rezim orba, namun begitu, ia tetap pahlawan bagi Indonesia.

Membaca biografi ini, aku dibuat getir dan terharu. Tan Malaka adalah seseorang yang kita anggap mitos, hidupnya selalu berpindah-pindah dari negara satu ke yang lainnya dalam persembunyian dari polisi negara. Dalam buku yang dikeluarkan Tempo ini, aku sedikit lebih tahu tentang seluk beluk hidup seorang buronan internasional. Buku ini terdiri atas sekumpulan artikel yang ditulis oleh wartawan Tempo yang mengulas jejak hidup Tan Malaka. Tulisannya mudah dipahami dan tidak begitu pretensius. Selain itu, juga dilengkapi berbagai foto tentang Tan Malaka saat sekolah hingga bertemu orang-orang yang tak asing di telinga kita seperti Sukarni dan Soekarno.

Mungkin salah satu risiko dari membaca kumpulan artikel adalah tidak urutnya timeline hidup Tan Malaka. Terkadang aku harus membuka kembali artikel sebelumnya untuk mengetahui bagaimana urutannya. Selain itu, ada beberapa bagian yang terkesan diulang (karena para penulis artikelnya berbeda-beda)

Namun begitu, buku ini tetap cukup mudah dipahami bagi orang awam yang jarang membaca memoar. Secara keseluruhan, buku ini bagus untuk dibaca agar kita tahu sejarah orang-orang yang mengupayakan kemerdekaan negara ini.
Profile Image for Anastasia Sijabat.
59 reviews
May 27, 2018
Jadi begini, saya biasanya tidak suka membaca biografi dan jarang tertarik membaca biografi. Ini mungkin dilatarbelakangi oleh ketidaksukaan saya kepada narsisisme dan keengganan saya untuk ditulis biografinya suatu saat nanti (misalnya saya menjadi Presiden NKRI - yang mana sebenarnya tidak mungkin sih).

Namun, koleksi buku saku TEMPO ini sangat menarik. Mungkin karena tokoh ini sendiri misterius dan jauh dari narsis. Saya lahir di tahun 1994, dan di masa saya sekolah tidak pernah terdengar nama Tan Malaka di buku-buku sejarah. Ia hanyalah desas-desus yang saya dengar saat saya mulai belajar mengenai gerakan kiri zaman kuliah. Bahkan, judul buku “Madilog” telah saya kenal saat saya duduk di bangku SMA sebelum tahu siapa Tan Malaka itu sendiri.

Tidak dapat saya pungkiri, sama seperti banyak tokoh di zaman kemerdekaan, saya sendiri juga tidak setuju dengan semua pemikiran Tan. Ada hal-hal yang menurut saya seharusnya dijauhi oleh kelompok kiri, yakni militer (karena perang hanya merupakan manifestasi maskulinitas) dan agama (karena membuai manusia dan tidak berdasarkan ilmu pengetahuan) yang justru menjadi buah pikiran otentik Tan. Ini mungkin unik. Saya jadi ingin berdiskusi dengan Tan empat mata untuk bertukar pikiran tentang hal-hal ini. Sayang, hal itu tidak mungkin dilakukan.

Di sisi lain, saya merasakan kesengsaraan Tan. Barangkali dengan banyaknya orang yang dipenjara saat itu, penjara bukanlah bentuk penderitaan utama. Kesepian adalah kesengsaraan itu. Saya tidak tahu bagaimana menderitanya memiliki pengetahuan sebanyak itu, seotentik itu, tanpa ada lawan debat atau sekedar rekan diskusi. Waktu saya baru belajar feminisme dan menemui hal-hal yang bukan arus utama, saya merasakan kesepian ini. Kesendirian ideologi membuat kita merasa terisolasi, padahal ideologi ini menuntut gerakan massa untuk membuatnya nyata. Tan Malaka - how did you suffer in silence?
Profile Image for tiq's.
10 reviews1 follower
December 3, 2024
Latar belakang budaya dan pengalaman memang membentuk pemikiran seseorang, termasuk Ibrahim Datuk Tan Malaka. Orang Minangkabau yang hidup mengembara di luar negeri, berpuluh tahun, tapi tak henti berpikir dan berjuang untuk negerinya. Buah pikirannya ditulis dalam buku-buku dan brosur, dipakai banyak orang, bahkan pendiri bangsa seperti Sukarno. Namun Tan, si pejuang revolusioner yang kesepian, berujung ditembak mati oleh sebangsanya. Tan dianggap sebagai legenda, yang tak nyata, dia populer sekaligus tidak populer. Perjuangan politiknya di Indonesia sulit dan sepi, Tan sering dituduh macam-macam, bahkan penjara terlama yang didiaminya terjadi di Indonesia, tanpa pengadilan pula. Tan dianggap membahayakan, penolakannya terhadap diplomasi dengan penjajah dan terjadinya konflik kekuasan, membuatnya terkucil, bahkan teman-temannya diambil. Sungguh menyedihkan saat Tan berkeliaran di Jakarta, namun tak tahu proklamasi kemerdekaan telah dilakukan. Ia banyak berperan di belakang layar dalam kegiatan pasca kemerdekaan, peristiwa-peristiwa besar yang menandai pergolakan revolusi. Ia bergelar pahlawan nasional, tapi namanya dihapus dalam buku-buku sejarah. Apa sejarah memang ditulis oleh pemenang saja? Tapi, seperti kata Tan,

"Dari dalam kubur suara saya terdengar lebih keras daripada di atas bumi."

Melalui magnum opusnya, Madilog, Tan ingin rakyat Indonesia berpikir berdasarkan sains, dengan realistis, pragmatis, dan fleksibel. Tan bukannya ingin pemikiran dan kepercayaannya diikuti mentah-mentah, yang ia inginkan adalah anak bangsa bisa memiliki cara dan semangat berpikir seperti dirinya.

☆ 4,25 (alur waktu bisa membingungkan dan kurang mengalir, mungkin karena bentuknya yang berupa kumpulan artikel)
Profile Image for Ibnu Nashr.
84 reviews13 followers
August 2, 2022
Saat baru membaca kata pengantar, saya langsung disuguhkan fakta-fakta yang selama ini tidak pernah saya tahu. Pertama, bahwa ternyata buku yang ditulis Tan Malaka berjudul Masa Actie dan Naar de Republik menjadi bacaan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia seperti Soekarno, Ir Anwari, hingga WR Soepratman.

Tokoh Radikal Pejuang Kemerdekaan, Sayuti Melik, suatu ketika mengatakan bahwa buku Tan Malaka Masa Actie menjadi bahan bacaan Soekarno sewaktu menjadi pemimpin klub debat di kota Bandung. Buku itu-seperti biasa- dicoret-coret oleh Soekarno untuk menandai hal-hal penting dan memberikan kritik pada ide yang disampaikan oleh Tan.

Kedua, buku Naar de Republik juga dibaca oleh WR Soepratman. Frasa "Indonesia Tumpah Darahku" terilhami dari bagian buku Naar de Republik, "Di muka barisan laskar itulah tempatmu berdiri.. Kewajiban seorang yang tahu kewajiban putra TUMPAH DARAHNYA"

"Revolusi tidak dibangun berdasarkan kekuatan logistik belaka, bukan juga karena bantuan orang lain, namun dengan kekuatan massa." Bagi saya ini sebuah kalimat yang melebihi zamannya dan masih berlaku hingga saat ini. Yang dengan kalimat tersebut ia dimusuhi rekan-rekan 1 partainya (PKI). Baginya hal itu tidak mengapa, partai bukanlah segalanya. Yang terpenting baginya adalah Kemerdekaan Nasional Indonesia.

Sebuah perumpamaan menarik yang disampaikan Tan Malaka terkait kemerdekaan sebuah bangsa. Diibaratkan sebuah bangsa yang baru lahir itu seperti sebuah burung gelatik. Ketika ia terbang rendah, ia mesti siap dimangsa oleh kucing yang dapat menerkamnya kapan saja. Namun ketika ia terbang tinggi dan hingga di pohon-pohon yang tinggi, ia mesti siap dimangsa oleh elang. Sepanjang hidupnya penuh kewaspadaan.

Akan tetapi, saat ini gelatik ini berkumpul dalam jumlah yang banyak, seketika mereka dapat menjadi kawanan burung yang mengerikan, memangsa jumputan padi yang susah payah ditanam oleh petani. Maka bagi Tan, kemerdekaan itu seperti perumpamaan tadi. Bebas merdeka dari ketakutan tetapi tidak menebar teror bagi orang lain. Maka itulah kemerdekan sejati. Kemerdekaan 100%.
Profile Image for Rei.
10 reviews
November 9, 2025
Buku dan isi tokoh yang diceritakan ini sangat spesial dan BERKESAN SEKALI bagi aku. Mau cerita pengalaman aku membaca buku ini, buku ini sebenarnya pemberian dari alumni sekolahku untuk menunjang data pembuatan naskah pementasan drama (kebetulan aku salah satu penulis naskahnya). Awalnya buku ini dipinjamkan buat aku, aku baca dan aku cermati siapa itu Tan Malaka.

Dan semakin kesini aku semakin kagum dengan sosok Tan Malaka yang sangat cerdas, berwibawa, dan pemikirannya tak lekang oleh waktu dan tidak habis begitu saja oleh zaman. Bahkan ketika pementasan drama kemarin yang aku tulis berdasarkan data dari buku ini berlangsung, aku ikut merasakan betapa harunya perjuangan Tan Malaka yang dilempar kesana kemari dan disalah pahami, bahkan dilupakan oleh bangsanya sendiri. Makin terharu lagi karena buku ini akhirnya berpindah tangan menjadi hak miliku yang kukira awalnya hanya dipinjamkan.

Berawal dari tugas sekolah untuk kepentingan theatrical justru membuka wawasan aku mengenai perpolitikan sayap kiri yang belum lumrah dibahas. Dan aku mengerti mengapa Tan Malaka sangat idealis setelah membaca buku ini, bahkan aku menyadari sepertinya aku selama ini juga sama idealisnya dengan beliau. Kelas kami bahkan membuat lagu yang seakan2 seperti tribute untuk beliau, sayangnya tidak diupload ke platform musik digital. Namun tak apa, terima kasih sudah membaca review aku
Displaying 1 - 30 of 119 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.