Jump to ratings and reviews
Rate this book

Tajuk-tajuk Mochtar Lubis di Harian Indonesia Raya: Seri 2: Korupsi dan Ekonomi, Pendidikan dan Generasi Muda, Hukum, ABRI

Rate this book

Paperback

First published September 1, 1997

33 people want to read

About the author

Mochtar Lubis

92 books200 followers
Mochtar Lubis lahir tanggal 7 Maret 1922 di Padang. Mendapat pendidikan di Sekolah Ekonomi INS Kayu Tanam, Sumatera serta Jefferson Fellowship East and West Center, Universitas Hawai. Aktif sebagai penerbit dan Pemimpin Redaksi Harian Indonesia Raya Jakarta. Memperoleh Magsaysay Award untuk jurnalistik dan kesusasteraan, Golden Pen Award dari International Association of Editors and Publishers, Hadiah Sastra dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, Hadiah Penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia, Hadiah dari Departemen P dan K tahun 1975 bagi novelnya "Harimau! Harimau!", dan Hadiah sastra dari Yayasan Jaya Raya untuk buku terbaik tahun 1977-1978, tanggal 15 Desember 1979, untuk romannya "Maut dan Cinta".

Buku-bukunya yang telah terbit antara lain: "Senja di Jakarta", "Jalan Tak Ada Ujung" (terbit dalam berbagai bahasa), dan "Etika Pegawai Negeri" (ed.bersama James Scott). Selain itu ada juga buku-buku tentang liputan dan pers, bacaan anak-anak, dan dua ceramah yang diterbitkan sebagai buku, yaitu "Manusia Indonesia" dan "Bangsa Indonesia". Semasa hidupnya beliau menjadi Anggota banyak lembaga penting, seperti Pimpinan Umum majalah Horison, Editor majalah Media (yang diterbitkan di Hongkong oleh Press Foundation of Asia); anggota Board of the International Association for Cultural Freedom, dan anggota Board of the International Press Institute (Zurich).

Beliau juga banyak mencurahkan perhatiannya pada masalah lingkungan hidup dan masalah-masalah ekologi. Mengalami tahanan penjara selama 9 tahun (1956-1965) dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno; dan pada tahun 1974 mengalami dua bulan tahanan setelah terjadinya peristiwa "Malari" bersamaan waktunya dengan pembreidelan Indonesia Raya. Beliau juga pernah menjadi Direktur Yayasaan Obor Indonesia.

Bibliography:
* Tidak Ada Esok (novel, 1951)
* Si Jamal dan Cerita-Cerita Lain (1950)
* Teknik Mengarang (1951)
* Teknik Menulis Skenario Film (1952)
* Harta Karun (cerita anak, 1964)
* Tanah Gersang (novel, 1966)
* Senja di Jakarta (novel, 1970)
* Judar Bersaudara (children story, 1971)
* Penyamun dalam Rimba (children story, 1972)
* Manusia Indonesia (1977)
* Berkelana dalam Rimba (children story, 1980)
* Kuli Kontrak (1982)
* Bromocorah (1983)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
5 (38%)
4 stars
5 (38%)
3 stars
3 (23%)
2 stars
0 (0%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 of 1 review
Profile Image for Iqbal Zakky.
12 reviews1 follower
August 12, 2012
Kumpulan tulisan Mochtar Lubis di harian Indonesia Raya memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai Indonesia era Orde Baru. Seri kedua yang dikategorikan berdasarkan korupsi dan ekonomi, pendidikan dan generasi muda, hukum, dan ABRI, memudahkan pembacanya untuk mencari tahu keadaan Indonesia di bawah Soeharto.
Tulisan kritis Mochtar Lubis yang emosional patut untuk dijadikan contoh para jurnalis Indonesia yang sekarang lebih suka "cari aman" dengan memperhalus kata-kata dalam menulis kritik yang ditujukan kepada pemerintah. Dengan format tiga paragraf setiap tulisan, Mochtar Lubis menorehkan ke-ciri khas-an-nya di buku ini.
Meskipun demikian, tidak jarang saya menemui tulisan yang kurang relevan dengan pemikiran saya. Mungkin karena perbedaan zaman dan pendidikan pada masa itu dengan sekarang membuat saya satu-dua kali merasa jengkel dengan Mochtar Lubis. Salah satunya dalam tulisannya yang melarang pemuda untuk berambut gondrong. Kritik lainnya terhadap tulisan Mochtar Lubis adalah keberpihakannya terhadap pemerintah yang saya lihat sedikit-banyak mengarah pada bentuk penjilatan kepada pemerintah. Soe Hok Gie pernah berkata bahwa Mochtar Lubis sempat menjadi pengkhianat para kaum intelektual, mungkin itu yang dimaksud olehnya. Jika Mochtar Lubis tahu bahwa 32 tahun kekuasaan Orde Baru merupakan kejahatan terbesar di bumi Indonesia ini melebihi era Orda Lama, mungkin dia akan gigit jari.
Anyway, I still love Mochtar Lubis's work.
Displaying 1 of 1 review

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.