What do you think?
Rate this book


296 pages, Paperback
First published October 12, 2010
Mengikuti isyarat penghulu, Turman langsung berkata lantang, "Saya nikahkan putri saya, Rine Kumalasari bin Turman Syaringgih dengan mas kawin perhiasan emas sembilan puluh enam gram dibayar TUNAI."
Sebelum kata 'tunai' selesai diucapkan (atau diteriakkan) Turman, Alan langsung menyambut dalam satu napas, tidak kalah lantang, "Saya terima nikahnya Rine Kumalasari bin Turman Syaringgih dengan mas kawin emas sembilan puluh enam gram dibayar TUNAI!"
Sebagian hadirin tertawa kecil dan berbisik-bisik. Dari sudut matanya, Alan bisa melihat Dadan mengangkat jempolnya. "Bagaimana?" tanya Penghulu kepada kedua saksi.
"Sah," angguk mereka.
"Sebentar," Turman mengangkat tangan kanannya. "Bisa diulang? Tadi dia lupa sebut 'perhiasan'."
Sang Penghulu melongo. "Menurut saya nggak apa-apa, Pak."
"Nggak bisa," tegas Turman. "Emas dan perhiasan emas itu dua barang yang berbeda. Nanti nggak sah. Mohon diulang."
"Nggak apa-apa ya, Den?" senyum Penghulu kepada Alan. "Kerelaan mertua patut dijaga," tawanya.
Alan hanya mengangguk gugup. Tanpa melirik pun Alan yakin bahwa Dadan sedang misuh-misuh. Dan prosesi itu pun diulang. Kali ini Alan tidak luput mengucapkan "perhiasan".
"Bagaimana?" tanya Penghulu kepada kedua saksi.
Mereka kembali mengangguk, "Sah."
"Bentar dulu," Turman kembali menengahi. "Tadi sebelum 'dibayar tunai' ada jeda dikit. Kayaknya ngambil napas."
Sang penghulu menoleh Turman. Ekspresinya berubah khawatir, "Bapak benar rela menikahkan putri Bapak?"
"Sangat rela," jawab Turman, tanpa mengubah ekspresi. "Jadi gimana? Bisa diulang?"
"Kalau walinya gimana?" gerutu Dadan cukup keras. "Bisa diganti?" (hal. 84 - 85)