Sci-Fi Indonesia discussion
Umum
>
Revenger, Space Opera untuk pasar YA
date
newest »
newest »
message 1:
by
Jokoloyo, Waldo
(new)
Dec 20, 2016 07:25AM
Mod
reply
|
flag
Jokoloyo wrote: "mestinya memang pasar YA besar."Makanya tren terjemahan SFF juga kebanyakan buat YA sekarang. Kecuali beberapa yang sudah/akan jadi blockbuster seperti The Martian dan Ready Player One yang sudah diterjemahkan sama Gramedia.
Oland wrote: "Kadang penasaran juga sih klo ke kino, di rak YA banyak SF yg judulnya agak2 menarik.."
praktek saya jaman sekarang, lihat buku yg menarik perhatian, scan barcode-nya pakai aplikasi mobile GR. Makin dipuja-puji di GR, makin pusing gw (karena makin berpotensi tambah bokek).
praktek saya jaman sekarang, lihat buku yg menarik perhatian, scan barcode-nya pakai aplikasi mobile GR. Makin dipuja-puji di GR, makin pusing gw (karena makin berpotensi tambah bokek).
Jokoloyo wrote: praktek saya jaman sekarang, lihat buku yg menarik perhatian, scan barcode-nya pakai aplikasi ..."Solusinya: uninstall aplikasi GRnya hehe..
Hihi, gue yang dibaca di group aja baru gue beli :p.Tapi regarding the topic ... harusnya sih marketnya tetap lebih besar adult SF yah. Kan market YA harusnya lebih cyclical, karena dalam beberapa tahun lagi marketnya seharusnya berubah seleranya.
YA untuk sci-fi itu menurutku ahistoris banget. Dulu, di jaman keemasan sci-fi, di jaman mbah2 sci-fi seperti Heinlein, Asimov, Clarke, Herbert, sci-fi sering disebut bacaan juvenile (alias anak tanggung). Di jaman itu anak tanggung saja bacanya buku2 sci-fi klasik yang "berat-berat" kayak Dune, Space Odyssey, Foundation, dll yang sekarang jadi bacaan klasik sci-fi.
Lah kok, sekarang muncul istilah sci-fi YA? Padahal YA itu umur di atas juvenile loh... Kok ini umur naik tapi kualitas bacaan malah turun? RIP logic, RIP intelligence. Lama-lama kok kayaknya peradaban kita makin mengarah ke film "Idiocracy" ya. Ada yang masih ingat film itu?
Lah kok, sekarang muncul istilah sci-fi YA? Padahal YA itu umur di atas juvenile loh... Kok ini umur naik tapi kualitas bacaan malah turun? RIP logic, RIP intelligence. Lama-lama kok kayaknya peradaban kita makin mengarah ke film "Idiocracy" ya. Ada yang masih ingat film itu?
@OniGue pribadi sih orang kalo dah mau baca buku dah bagus, cuman gue setuju kalo agak sayang aja kalo cuman baca YA dan ndak mau expand. Lagian berdasarkan pengalaman, kualitas buku2 YA banyakan ndak bagus ya.
Ds wrote: "Lagian berdasarkan pengalaman, kualitas buku2 YA banyakan ndak bagus ya"masalahnya seperti yg mina bilang, banyak adults juga masih baca dan suka buku2 YA. gue juga suka baca buku fantasy middle grade kok hahaha (kecuali Percy Jackson)
semoga yang YA beneran ketika dewasa juga bisa 'maju' dikit bacaannya.
I guess YA tuh kaya guilty pleasure if you're feeling antagonistic, tapi mao baca yang agak fast-paced dan nggak terlalu mesti mikir banyak2 ...
Baru-baru ini ada 'award' scifi buatan komunitas SFF lokal yang membedakan dystopia dan sci-fi. Pas ditanya kenapa, jawabannya karena banyak novel dystopia yg isinya lebih dystopia dibanding SF.
berikut list pemenang dan nominasinya: http://portalpnfi.blogspot.co.id/2017...
dan tentu saja semua nominasi dystopia-nya YA.
Sangat disayangkan dystopia sepertinya menjadi genre sendiri keluar dari sci-fi. Menurutku dystopia kontemporer keluar dari jalur sci-fi karena mereka keluar dari jalur social commentary. Semua dystopia lama rata-rata adalah kritik sosial, dan merancang sistem sosial di dalam cerita mereka dengan serius. Misalnya Nineteen Eighty-Four, Brave New World, Fahrenheit 451, dll.
Dystopia baru keluar dari pakem lama. Mereka memakai dunia ciptaan mereka yang baru untuk mengedepankan plot. Yang penting bukan social commentary, melainkan apa yang terjadi dengan tokoh ceritanya. Dengan kata lain, mereka keluar dari jalur sci-fi dan lebih dekat ke fantasi.
Well, tak ada yang abadi di dunia. Genre baru datang dan pergi.
Dystopia baru keluar dari pakem lama. Mereka memakai dunia ciptaan mereka yang baru untuk mengedepankan plot. Yang penting bukan social commentary, melainkan apa yang terjadi dengan tokoh ceritanya. Dengan kata lain, mereka keluar dari jalur sci-fi dan lebih dekat ke fantasi.
Well, tak ada yang abadi di dunia. Genre baru datang dan pergi.
Misalnya seperti apa @Oni?Kalau menurut gue genre dystopia yg mungkin bisa kita anggap modern seperti the Hunger Games, the Divergent, the Maze Runner masih ada sih unsur social commentarynya. Maybe nggak sekuat dystopian books di beberapa decades sebelumnya, tapi tetep masih ada.
But, I guess mungkin yg di bilang Oni benar jg. I guess, mungkin a better word would be: they know they want to monetize their works from the get go, jadi memang lebih focus kepada plot dan certain characters. They know those things sell better, I guess.
Jadi kepikiran kalau disuruh milih: Hard dystopic SF atau dystopic YA with (whatever) plot and characters. Yang pertama kemungkinan besar susah dan lama dibaca, yang kedua kemungkinan besar annoying. Hmm. Kira2 yang gue bakal lebih bisa DNF yang mana ya?
Lama2 semua buku ngurangin kadar mikirnya. Idiocracy is coming! Ramalan di Fahrenheit 451 terwujud
Memang kenapa ya distopia yang YA kebanyakan agak annoying, walau gak semua sih. Gak pernah memikirkannya sebelumnya kenapa kok bisa beda-beda padahal sesama YA, sampai Oni bilang bahwa mungkin karena beda kadar social commentary-nya.Hunger Games dan Divergent series gak pernah lewat dari buku 1. Maze Runner 1 diriku suka, just because bukunya bercerita tentang labirin (*pencinta labirin), tapi sisanya payah bener apalagi prekuelnya!
The Girl with All the Gifts diriku suka, walau YA.
Station Eleven juga suka, eh ini YA bukan sih.
Karena fokus ke kisah cinta kali...sm tokoh2nya suka Mary Sue or Marty Stu gitu. Terjebak the usual tropes, lemah di konten, or as Oni said, social commentary. Ender's Game YA tapi bagus juga. Maze Runner 1 juga mayan seru. Ya kadang, walau ga 'berat' konten/social comment asal tulisan/karakternya ga annoying sih ok2 aja.
huhuhu... yang ini ga niat gw kejar. tapi syukur deh menang Locus. Sya masih percaya AR menulis cerita yang lebih baik drpd YA lain pada umumnya.
Books mentioned in this topic
Nineteen Eighty-Four (other topics)Brave New World (other topics)
Fahrenheit 451 (other topics)
Revenger (other topics)


