Setyo Hajar Dewantoro lahir pada 13 Juli 1974 di Magelang, tepatnya di kaki Gunung Tidar, yang sering dikatakan sebagai pancer spiritual tanah Jawa. Dari sisi trah, baik dari pihak bapak maupun ibu, leluhurnya banyak yang merupakan praktisi spiritual, antara lain Eyang Rangga Pronodirjo (salah satu senapati yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro) dan Buyut Karta (seorang kuwu pada abad ke-19 di Desa Wangkelang, Cirebon).
Sejak 2008 ia digerakkan semesta untuk mengembara ke banyak pepunden di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Kalimantan. Berbagai petilasan, candi, hutan, gunung, dan sendang telah dijelajahinya. Itu menjadi proses untuk mematangkan jiwa dan membawanya untuk mengenali jati diri. Pengembaraan itu juga yang membuatnya bertemu dengaSetyo Hajar Dewantoro lahir pada 13 Juli 1974 di Magelang, tepatnya di kaki Gunung Tidar, yang sering dikatakan sebagai pancer spiritual tanah Jawa. Dari sisi trah, baik dari pihak bapak maupun ibu, leluhurnya banyak yang merupakan praktisi spiritual, antara lain Eyang Rangga Pronodirjo (salah satu senapati yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro) dan Buyut Karta (seorang kuwu pada abad ke-19 di Desa Wangkelang, Cirebon).
Sejak 2008 ia digerakkan semesta untuk mengembara ke banyak pepunden di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Kalimantan. Berbagai petilasan, candi, hutan, gunung, dan sendang telah dijelajahinya. Itu menjadi proses untuk mematangkan jiwa dan membawanya untuk mengenali jati diri. Pengembaraan itu juga yang membuatnya bertemu dengan banyak sesepuh spiritual, antara lain Puun di Kanekes, Puang Matowa Saidi (sesepuh spiritual Bugis), Uwwa Ambih (sesepuh agama adat Tolotang), dll.
Ia pun banyak mengkaji ajaran Kejawen, Hindu Jawa, hingga ajaran Jawa Kuno. Buah laku dari pengembaraan dan pembelajaran itu pada ujungnya membuatnya semakin sadar bahwa warisan spiritual Nusantara Kuno begitu kaya dan tak ternilai harganya. Semuanya dituangkan ke dalam bentuk tulisan dan pengajaran kepada orang-orang yang, oleh semesta, dipertemukan dengannya untuk berjalan bersama menyelam ke dalam diri. Melalui penyelaman ke dalam diri pula ia dituntun untuk bertemu dengan beberapa Guru Suci atau pemandu spiritual yang tak kasatmata. Buku yang berada di tangan Anda saat ini merupakan buah dari perjalanan batinnya ketika menyelami ajaran-ajaran Nusantara Kuno melalui penghayatan dan laku yang tak pernah usai.
Selain menulis, Setyo Hajar Dewantoro juga menjadi pendiri dan pengasuh Padepokan Pengging, pendiri dan pengasuh Training Medseba, serta spiritual healer di Golden Lotus Holistic Healing & Counselling yang berpusat di Jakarta. Anda yang ingin berhubungan dengan penulis bisa mengontaknya secara pribadi melalui email: setyohajardewantoro@gmail.com.