Anggrek > Recent Status Updates

Sewaktu Penerbit Gagas Media ultah beberapa hari yang lalu mereka mmebagikan e-book kece ini. Langsung deh download. Aaak akhirnya bica baca Memori juga.

Halaman awal tsaya merasa cukup nyaman bacanya, eh kok semakin ke sini mula bosen, konfliknya belum terlihat, kebanyakan hanya petuah dari Leo yang menasehati Jani.

Ya, walaupun udah lebih dulu lihat filmnya, tetap pengen menyelesaikan baca novelnya. Semoga ga mengecewakan dan memberi sudut pandang baru.

Dua cerpen selesai dibaca: Hamidah Tak Boleh Keluar Rumah dan Nyayian Kuntilak.

Benar halnya seperti endorsment-nya Dee Lestari, di kumpulan cerpen Bara ali ini terasa proses pendewasaan dibanding kumpulan cerpen sebelumnya.

Saya menemukan rata-rata benang merah cerpen di buku ini tentang cerita rakyat yang diolah lagi oleh Bara dengan apik dan terkesan lebih kekinian.

I have to get rid of the bottom fingers at Goodread's reviewer to begin this story. Because to know this story is bad or not, I have to read it with my own eyes. Well, i think, not bad on the beginning of this story....

Si anak ajaib Colin yang pintar membuat anagram ini semakin terlihat menyedihkan dengan gagal move-on nya dia dari kesembilan belas mantannya yang seluruhnya bernama Katherines! Dikit-dikit teringat Katherines. Hadeh.


Page turner mulai menurun karena teralihkan oleh anagram yang memang gak saya mengerti. Ehehehe

Page turner-nya bikin ngebut bacanya. Dari awal halaman udah disuguhkan banyak sarkas yang bikin saya selalu mengumpat, "sialan bener juga ya ini".


Selamat datang cinta dalam anagramnya "John Green".


Hei Colin, semoga kamu tidak terlihat sangat menyedihkan ya.

Sekilas membaca buku ini sudah jleb.

Novel horor yang kubaca ya baru kali ini. Penasaran sih bisa buat merinding atau nggak.

Baca buku ini supaya tahu genre Reaslitic Fiction yang bisa nembus gagasmedia itu gimana. Blurb nya menarik dan yang pasti novel ini terasa 'renyah'

"Komposisi: cinta, kejujuran, ketulusan, dan kesabaran. Netto: 268 halaman" Blurbs yang menarik karena saya sangat menyukai tulisan yang memakai filosofi. Hmm, gak sabar menikmati kisah di The Vanilla Heart- Indah Hanaco-

Sempat menunda baca buku ini. Mmm, selalu suka sama keberanian tokoh-tokoh dalam novel yang ditulis Ayu Utami. Well, sepertinya memang semua novelnya merupakan cerminan hidupnya. Setidaknya dari prinsip feminisnya.

Perangkap memang ada di mana-mana dan sekarang waktuku terperangkap untuk membaca "pasung jiwa"

Awalnya aku berpikir membaca buku ini akan membosankan karena menggunakan media surat untuk teknik penceritaannya. Ternyata tidak. Halaman awal mampu membuatku penasaran. Lanjut baca!

Aku pikir novel yang cara penceritaannya menggunakan media surat akan terasa membosankan. Ternyata tidak. Ada kalimat di awal buku ini yang membuatku tertarik dan penasaran untuk melanjutkan membaca. "P.P.PS: Pada salah satu bagian surat, kau akan menemukan alasan mengapa ada orang yang bersusah-susah mencetak semua surat ini dan mengirimkannya dalam satu bundel untukmu alih-alih mengirimkannya melalui surel."

Buku ini merupakan buku yang ketiga. Dapat buku ini duluan daripada buku yang pertama. Ya sudah akhirnya baca buku yang ketiga dulu. Tapi tak apa. Bukankah ada hal di dunia ini yang tak mesti kita lakukan berurut? Awal membaca buku ini menghidangkan tentang kisah keberanian pengambilan keputusan seorang wanita yang ingin menjadi Parasit Lajang seumur hidupnya.