Goodreads helps you follow your favorite authors. Be the first to learn about new releases!
Start by following Musa Rustam.
Showing 1-18 of 18
“Kau berusaha menyembuhkan luka yang berada pada
tubuhku, seperti matahari yang masuk ke sela-sela jendela dan pintu rumah.
Kau berusaha membuatkan aku rakit, untuk menyeberangi masalah dan mendampingiku hingga ke tempat yang aman.”
― Melukis Asa
tubuhku, seperti matahari yang masuk ke sela-sela jendela dan pintu rumah.
Kau berusaha membuatkan aku rakit, untuk menyeberangi masalah dan mendampingiku hingga ke tempat yang aman.”
― Melukis Asa
“Bagaimana kamu disana?
Mengingat senyum itu adalah tanda jurang pemisah
antara ketidakmampuan dan keinginan mendekapmu
seperti senja yang tidak hadir ketika hujan”
― Melukis Asa
Mengingat senyum itu adalah tanda jurang pemisah
antara ketidakmampuan dan keinginan mendekapmu
seperti senja yang tidak hadir ketika hujan”
― Melukis Asa
“Aku hanyalah senja yang perlahan lesap di keheningan matamu, mempuisikan kenangan yang kusimpan di jenggala waktu. Saat matahari akan tenggelam tercuri waktu, disitulah aku kenang sebagai jingga yang pernah terpancar indah pada senyummu seperti senja, meski sesaat di mataku, kau adalah ciptaan Tuhan yang paling indah”
― Sang Pencuri Hati
― Sang Pencuri Hati
“Jati diri yang dibangun oleh seorang anak manusia yang tidak memiliki kesadaran diri, jika diterpa badai akan terempas ke tepi pantai dan menjadi rongsokan sampah yang membentang mengotori keindahan pantai”
― Memoar Asa
― Memoar Asa
“Tetesan air hujan menyelinap setiap gemiricik di atas atap. Ia patri setiap suara dan bunyi seperti bait-bait dalam puisi, untuk menenangkan dunia tanpa hati yang luka. Ia pasti datang lagi, ketika kota membutuhkannya, ia serahkan hidupnya kepada angin dan musim serupa nasib-nasib yang datang pada pagi ataupun seperti kupu-kupu yang hinggap di jendela.”
― Melukis Asa
― Melukis Asa
“Kegundahan mulai datang mendekat.
Padahal pintu hatiku telah kututup rapat-rapat.
Daun jendela dan lubang angin telah kusumbat.
Kunyalakan lampu penerang dan musik penyemangat.
Tapi aku tak mengerti kegalauan kian menyerambat.”
― Melukis Asa
Padahal pintu hatiku telah kututup rapat-rapat.
Daun jendela dan lubang angin telah kusumbat.
Kunyalakan lampu penerang dan musik penyemangat.
Tapi aku tak mengerti kegalauan kian menyerambat.”
― Melukis Asa
“Apakah angin kencang merobohkan, pohon pun
terguncang, hatimu pun tumbang, jika saja kau dapat
kutanam kembali?”
― Melukis Asa
terguncang, hatimu pun tumbang, jika saja kau dapat
kutanam kembali?”
― Melukis Asa
“Di bawah naungan yang sama, ada dua gelombang yang berbeda. Gelombang yang membentang di antaranya menangkap diam-diam dan menemukan terang-terangan. Tiap energi yang disadap akan terbentuk kata, tiap kata yang diterima akan terbentuk cara, ada yang menelusup masuk bahasa yang tidak pernah di undang tapi ia datang, tak pernah di suruh tapi menjelma, satu tubuh pada cinta.”
― Sang Pencuri Hati
― Sang Pencuri Hati
“Hidup adalah sebuah perjuangan. Tanpa kekuatan mimpi, manusia seperti kerbau yang bekerja tanpa tujuan. Allah menganugerahkan segala imajinasi dan mimpi sebagai kekuatan maha dahsyat di dalam hati dan pikiran kita. Aku bersyukur karena sebuah mimpi itu kini membuatku menjadi manusia yang berarti”
― Memoar Asa
― Memoar Asa
“Aku seperti mandi hujan dalam pelukan bahagia seorang pujangga dengan irama puisi jatuh hati pada pandangan pertama, seorang yang jatuh hati tak pernah sadar menyelami sebagian perasaan yang dalam dan diam-diam mencuri matahari pada pagi di sambut hujan yang menyendiri.
Bitread”
― Sang Pencuri Hati
Bitread”
― Sang Pencuri Hati
“Ketika aku bertanya tentang pencuri hati, apakah benar aku telah menangkap kata-kata pada hati yang tercuri di hatimu atau telah memahami pengertian kalimat majemuk yang terperangkap senyummu?”
― Sang Pencuri Hati
― Sang Pencuri Hati
“Bagaimana nasib ini? lihatlah lebih dekat, jarak antara keluguan dan ketidaktahuanku terpenjara senyummu yang menghanyutkan”
― Sang Pencuri Hati
― Sang Pencuri Hati
“Masihkah pelukanmu pandai membimbing jalanku
pulang, Jika aku hanyalah pesan cinta yang tersasar tukang pos yang malang?”
― Melukis Asa
pulang, Jika aku hanyalah pesan cinta yang tersasar tukang pos yang malang?”
― Melukis Asa
“Setiap lembaran dari putih berubah jadi sembilu.
Bayang-bayang kenangan manis berubah jadi abu.
Bulan berjanji, sedihnya tak akan mengganggu.
Sampai datang waktu yang memeluk kalbu.”
― Melukis Asa
Bayang-bayang kenangan manis berubah jadi abu.
Bulan berjanji, sedihnya tak akan mengganggu.
Sampai datang waktu yang memeluk kalbu.”
― Melukis Asa
“Jika nanti senyummu tak bisa.
Kulihat lagi dari keramaian kota,
Aku berjanji, akan mencarimu
melalui tanda marka dan teka-teki pada kata.
Jika nanti tawamu tak bisa.
Kudengar lagi dari keramaian kota,
Aku berjanji, akan mengejarmu
dalam tanda tanya dan misteri pada kota.
Jika nanti menemukanmu tak bisa.
Kucoba lagi pada keramaian kota,
Aku berjanji, akan menyimpanmu
dalam heningnya hati dan kedamaian cinta.”
― Melukis Asa
Kulihat lagi dari keramaian kota,
Aku berjanji, akan mencarimu
melalui tanda marka dan teka-teki pada kata.
Jika nanti tawamu tak bisa.
Kudengar lagi dari keramaian kota,
Aku berjanji, akan mengejarmu
dalam tanda tanya dan misteri pada kota.
Jika nanti menemukanmu tak bisa.
Kucoba lagi pada keramaian kota,
Aku berjanji, akan menyimpanmu
dalam heningnya hati dan kedamaian cinta.”
― Melukis Asa
“Puisi itu seperti banjir Jakarta yang tak terbendung,
musim kemarau pun mencemaskan tak dapat meniduri
dari luputnya genangan bak hujan di bulan Januari. Hanya saja kata-kata di dalam bait-bait puisi yang menjitak kepalamu, belum juga membuat sadar bahwa cinta yang kau berikan terlalu melimpah sehingga banjir dan menjadi malapetaka.”
― Melukis Asa
musim kemarau pun mencemaskan tak dapat meniduri
dari luputnya genangan bak hujan di bulan Januari. Hanya saja kata-kata di dalam bait-bait puisi yang menjitak kepalamu, belum juga membuat sadar bahwa cinta yang kau berikan terlalu melimpah sehingga banjir dan menjadi malapetaka.”
― Melukis Asa
“Kaubasahi masa lalu dan membanjirinya dengan
ketidakmampuan.
Aku hanya air yang dibasahi hujan, tanpa diberi
pengertian.”
― Melukis Asa
ketidakmampuan.
Aku hanya air yang dibasahi hujan, tanpa diberi
pengertian.”
― Melukis Asa
“Jangan pernah takut bermimpi, jangan pernah takut berusaha, tapi takutlah ketika kita tidak lagi mau berusaha dan beku hati kita, kegagal di setiap perjuangan untuk meraih apa yang kita cita-citakan, hal itu justru sebagai penambah nilai plus agar kita tidak lagi mengulangi kegagalan yang sama”
― Memoar Asa
― Memoar Asa





