Sylvia L'Namira's Blog: What's New?

December 6, 2015

Moving Out!

Hello!
I'm moving my blog to MelakoniHidup
See you there!
:)
2 likes ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 06, 2015 21:45

November 30, 2015

Kompas Anak: Daun Singkong Kakek

Alhamdulillah... senangnya mendapat kabar dari teman-teman kalau cerpen anak saya tayang di Kompas Anak, hari Minggu tanggal 29 November 2015.

Cerpen ini saya buat dulu untuk ikutan seleksi antologi cerita anak yang diadakan komunitas pecinta bacaan anak. Namun sayangnya tidak lolos. Akhirnya setelah dipermak sana-sini, dibantu oleh salah satu senior di KPBA, atas saran beliau pula, saya mengirimkan cerpen anak ini ke Kompas.

Saya baru mendapat kabarnya setelah mengirimnya beberapa bulan yang lalu, dan senangnya bukan kepalang. Karena terus terang, saya saja sudah lupa kalau pernah kirim cerpen anak.

Buat yang ingin juga mengirimkan cerpen anak ke Kompas, silahkan aja kirim ke Redaksi Kompas Anak, Jalan Palmerah Selatan Nomor 26-28, Jakarta 10270.

Syaratnya:
1. Karangan (cerpen atau dongeng) harus asli dan belum pernah diterbitkan
2. Panjang karangan 3-4 halaman, diketik dua spasi

Imbalan saya terima dua hari setelah tayang.

Ayo dicoba :)

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 30, 2015 23:21

June 1, 2015

Resensi Kompas Anak: Koleksi Cergam Berima

 
Resensi buku Koleksi Cerpen Berima ini dimuat di koran Kompas Anak terbit pada hari Minggu, 31 Mei 2015. 
 
Jika ingin mengirimkan juga resensi anak ke Kompas, berikut syaratnya:
Tulisan maksimal 200 kata. Dikirimkan ke email: kompas@kompas.co.id, di cc: kompas@kompas.com dengan subject [Resensi Kompas Anak]+ judul buku. Lampirkan naskah resensi +scan cover depan buku.Sertakan data pribadi di badan email: Nama, No HP yg bisa dihubungi, Alamat rumah, No rekening.
Good luck! ;) 



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 01, 2015 23:22

March 18, 2015

Resensi Kompas Anak: Pipi Tak Mau Terbang


Resensi buku Pipi Tak Mau Terbang ini dimuat di koran Kompas Anak terbit pada hari Minggu, 15 Maret 2015. 


Untuk review buku Pipi Tak Mau Terbang, bisa dibaca di Syl's Book Corner
Jika ingin mengirimkan juga resensi anak ke Kompas, berikut syaratnya:
Tulisan maksimal 200 kata. Dikirimkan ke email: kompas@kompas.co.id, di cc: kompas@kompas.com dengan subject [Resensi Kompas Anak]+ judul buku. Lampirkan naskah resensi +scan cover depan buku.Sertakan data pribadi di badan email: Nama, No HP yg bisa dihubungi, Alamat rumah, No rekening.
Good luck! ;)
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 18, 2015 20:25

January 21, 2015

Now Available: Ebook Kau, Cinta Pada Pandangan Pertama

Bagi pecinta novel DAN gadget mania, yang ingin membaca preview novel "Kau, Cinta pada pandangan pertama,"  kini sudah ada lho di Google. Tersedia 64 halaman free preview untuk yang ingin mengintip isi ceritanya.




  Link bisa di klik di SINI.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 21, 2015 18:37

November 27, 2014

Now Available: Ebook Terpesona

Bagi pecinta novel DAN gadget mania, kini sudah tersedia novel Terpesona dalam bentuk ebook. Dapat diunduh di Google Play sekarang juga. Iya! Sekarang udah bisa! :)
Harganya dari IDR 47.000 didiskon menjadi hanya IDR 39.010 saja.
Tersedia juga free preview untuk yang ingin tahu buku ini mengenai apa.


Deskripsi:

Belum pernah aku jatuh cinta seperti ini.

Begitu menginginkan seseorang di luar kendali hatiku. Tapi, hati kita telah lebih dahulu merintis jalan. Saling bicara dengan bahasa yang hanya mereka yang mengerti. Jadi, bukan kebetulan kau dan aku ada di sini. Saling tatap dan saling balas tersenyum malu-malu. Ini takdir, kita sama-sama tahu itu. Kau adalah jodohku—bahkan sebelum aku mengenalmu. 

TERPESONA adalah GagasDuet, novella dari dua penulis kebanggaan GagasMedia: aL Dhimas dan Sylvia L’Namira. Keduanya mempersembahkan dua cerita tentang mimpi dan harapan. 

Novel aL Dhimas yang sudah terbit adalah Mister Bener, Magnificent, dan Flavor of Love. 

Sementara, novel Sylvia L’Namira yang sudah diterbitkan oleh GagasMedia adalah Kau, yang juga merupakan juara kedua kompetisi 100% Roman Asli Indonesia.

 -GagasMedia-

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 27, 2014 21:12

November 25, 2014

National Teacher's Day


Dalam rangka National Teacher's Day, 25 November 2014
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 25, 2014 21:22

November 9, 2014

Resensi Kompas Anak: Bonbon si Hidung Tomat


Resensi buku Bonbon si Hidung Tomat ini dimuat di koran Kompas Anak terbit pada hari Minggu, 9 November 2014. 
Untuk review buku Bonbon si Hidung Tomat, bisa dibaca di website Syl's Book Corner.

Jika ingin mengirimkan juga resensi anak ke Kompas, berikut syaratnya:

Tulisan maksimal 200 kata. 
Dikirimkan ke email: kompas@kompas.co.id, di cc: kompas@kompas.com dengan subject [Resensi Kompas Anak]+ judul buku. 
Lampirkan naskah resensi +scan cover depan buku.
Sertakan data pribadi di badan email: Nama, No HP yg bisa dihubungi, Alamat rumah, No rekening.
Good luck! ;)
Dan berikut saya posting resensi asli yang belum diedit redaksi. Enjoy :)
**
BONBON Si Hidung TomatPenulis:  Lia HerlianaIlustrasi: Evelline AndryaPenerbit: Bhuana Ilmu PopulerTahun terbit: 2014Jumlah halaman: 104
Suka badut? Atau malah takut sama badut?
            Banyak anak-anak yang suka dengan badut, namun tidak sedikit pula yang takut pada mereka. Padahal badut adalah sosok penghibur yang selalu membuat kita tertawa dengan tingkahnya yang lucu. Bagi yang menyukai badut, tidak akan merasa takut saat melihat badut di tempat-tempat hiburan. Tetapi buat yang takut,  akan langsung ambil jurus langkah seribu untuk menghindarinya.
            Bonbon adalah badut yang lucu tingkahnya dan disukai banyak anak-anak yang menonton sirkus. Awalnya, Bonbon adalah badut baru di sirkus. Dia ingin sekali belajar trik-trik untuk bisa menghibur penonton. Tetapi sayangnya, teman-teman badut lainnya di sirkus terlalu sibuk berlatih sehingga dia pun harus mencari trik sendiri.
           Ketua badut pun memberinya hidung tomat. Bukannya merasa gembira, Bonbon merasa sedih, karena hidungnya yang merah itu pasti akan menjadi bahan ejekan semua orang. Bonbon pun duduk di luar tenda sirkus sambil memencet-mencet hidung barunya.
Nit-not! Nit-not!
            Ternyata hidungnya bisa bunyi! Dan bunyi itu menarik perhatian beberapa anak yang lewat. Mereka pun menghampiri Bonbon. Wah apa yang terjadi selanjutnya ya?
            Itu adalah ceri ta pembuka dari buku setebal 104 halaman ini. Terdapat lima cerita tentang Bonbon dan badut-badut lainnya. Kisah yang diangkat dekat dengan keseharian kita, yakni bagaimana badut yang iri berusaha mencelakai Bonbon namun gagal, lalu ada juga badut baru yang ingin belajar trik sendiri tanpa mau dibantu, juga bagaimana para badut bersaing untuk menjadi badut terhebat, dan lain sebagainya.
            Buku cerita anak biasanya sangat langka gambar dan warna. Namun, buku ini penuh dengan ilustrasi yang meriah dan penuh warna. Kertasnya pun tebal sehingga memudahkan bagi adik-adik kecil yang ingin membaca buku ini sendiri.
            Di tiga halaman terakhir, disediakan lembaran untuk menuliskan cita-cita, menceritakan permainan seru yang dimainkan bersama teman-teman, dan cerita tentang sahabat terbaik. Tiga halaman bergaris ini diperuntukkan bagi pembaca anak-anak yang ingin menuliskan atau menggambar ketiga hal tersebut.
            Jadi buku ini tidak hanya bagus untuk mengenalkan karakter badut, buku Bonbon Si Hidung Tomat ini juga interaktif, di mana anak-anak diajak untuk ikut berbagi. Sangat direkomendasikan untuk anak-anak sejak usia balita. Karena membacakan buku sejak anak masih kecil sangat baik untuk perkembangannya. Ditambah ilustrasi yang penuh warna di dalamnya, Bonbon Si Hidung Tomat ini akan melatih penglihatan dan daya imajinasi anak.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 09, 2014 19:09

October 29, 2014

Artikel di Majalah MORE Indonesia, edisi Agustus 2014

Beberapa bulan yang lalu, tepatnya di bulan Juli, saya mendapatkan email yang berisi undangan untuk menulis artikel di rubrik Attitude, majalah MORE Indonesia yang (sayangnya) mulai 1 November 2014 tidak akan terbit lagi.

Berikut ini artikel saya yang ditayangkan di majalah MORE Indonesia, edisi Agustus 2014. 

Warning: artikelnya agak panjang ;) siapin camilan yang banyak :p

**

Memaafkan Tapi Tak Melupakan?


Maaf. Satu kata yang terdiri dari empat huruf ini memiliki kekuatan dahsyat yang mampu meluluhlantahkan kebencian, serta mengikis ego seseorang. Hanya dengan satu kata ini, orang mampu meredam kemarahan yang meluap-luap. Tak semua orang memiliki kemampuan untuk mengucapkan satu kata ini. Bagi sebagian orang, ini adalah satu kata yang paling sulit dikatakan, namun bagi sebagian lain, ‘maaf’ adalah kata yang sering diumbar.
Tidak semua orang memiliki kemampuan dan keikhlasan untuk meminta maaf. Sejelas apapun kesalahannya, tak terbersit sedikit pun dalam benaknya untuk meminta maaf. Ini biasanya terjadi pada orang yang selalu merasa benar dalam hidupnya. Tak ada kalimat, termasuk sindiran, yang mampu menggoyahkan pendiriannya. Dia tidak akan pernah merasa bersalah. Titik.
Sementara, ada orang-orang yang gemar mengumbar kata maaf. Sedikit salah, minta maaf. Memang, berani meminta maaf menunjukkan bahwa orang tersebut berjiwa besar. Namun ada pula negatifnya, yakni orang tersebut akan menyepelekan kata maaf itu sendiri. Kadang kata maaf yang meluncur dari mulutnya bukanlah pernyataan tulus dari dalam hatinya. Lebih ke kebiasaan meminta maaf saja.
Lalu bagaimana cara meminta maaf yang benar?
Tidak ada cara yang benar atau salah dalam meminta maaf. Jika hati nurani berkata bahwa yang kita lakukan adalah salah, dan mengakibatkan hal buruk pada orang lain, itulah saatnya untuk meminta maaf. Ada kalanya kita juga merasa tidak salah. Tetapi untuk menghindari konflik, memilih untuk meminta maaf terlebih dahulu adalah lebih baik. Karena tak ada masalah yang tak ada penyelesaiannya.  
Meminta maaf sebenarnya adalah hal yang paling mudah dilakukan. Setiap orang bisa mengatakan dirinya menyesal setelah melakukan satu perbuatan salah dan meminta maaf. Tapi bagaimana dengan orang yang dimintai maaf? Apakah semua orang bisa memaafkan dengan tulus tanpa embel-embel sakit hati? Konon, kata-kata yang terucap saat kita marah akan mampu melukai hati seseorang dengan dalam. Dan jika seseorang sudah tersakiti hatinya, akankah dengan mudah ia memaafkan? Itulah kenapa, saat marah sebaiknya seseorang menahan lidahnya dari mengucapkan sesuatu yang nantinya akan disesalinya. Tarik napas dalam-dalam, dan menghitung mundur adalah salah satu trik yang pernah saya baca dalam mengatasi kemarahan.
Sering saya mendengar orang mengatakan, “Saya sudah memaafkan kamu, tapi saya tidak akan melupakan apa yang sudah kamu perbuat.” Apakah itu termasuk dalam kategori memaafkan? Ataukah itu hanya semacam jawaban yang diberikan agar orang tersebut tidak lagi mengganggunya dengan permintaan maaf yang pastinya terdengar basi di telinga orang yang sedang sakit hati? Tak ada memaafkan yang masih mengungkit masalah. Tak ada memaafkan yang masih mengingat kesalahan orang lain. Memaafkan ya harus melupakan. Titik.
Semua orang pasti pernah mengalami kondisi dimana mereka harus memaafkan seseorang, atau meminta maaf pada seseorang. Saya sendiri pernah berada dalam kondisi seperti itu. Dulu, bagi saya pribadi, meminta maaf jauh lebih mudah dibanding memberi maaf. Jika harus meminta maaf, saya tidak akan sungkan meminta, bahkan kepada orang yang sudah menyakiti saya. Biarlah saya yang mengalah untuk menghindari konflik berkepanjangan.
Tetapi untuk memberi maaf, entah kenapa dulu itu terasa sulit bagi saya. Saya mencoba mencari formula yang tepat agar saya bisa memaafkan orang tanpa harus mengingat lagi keburukan yang sudah dilakukannya pada saya.
Titik balik dalam kehidupan saya adalah ketika sahabat saya menghianati saya, dan itu menyakiti hati saya. Berkali-kali dia meminta maaf, saya tak juga bergeming dengan pikiran dia harus menerima ganjaran dari kesalahannya, yaitu tak mendapatkan ketenangan hidup tanpa pemberian maaf dari saya.
Saya sering mendengar bahwa Tuhan Maha Memaafkan. Yeah, well, saya bukan Tuhan. Saya hanyalah makhlukNya yang hina dan kecil. Mana bisa disamakan dengan Tuhan yang Maha segalanya? Namun dari perenungan saya, saya pun mendapat pencerahan bahwa untuk bisa memaafkan orang lain, kita terlebih dahulu harus bisa memaafkan diri kita sendiri. Tuhan pastilah memiliki andil dalam perenungan saya, karena setelah memutuskan untuk berusaha memaafkan diri saya sendiri atas semua kesalahan yang saya lakukan, tidak putus asa pada ampunan Tuhan, serta belajar mencintai diri sendiri, saya pun mampu memaafkan orang lain yang telah berlaku tidak adil pada saya.
Memaafkan dan mencintai diri sendiri itulah kuncinya! Jika kita mampu melakukan kedua hal tersebut, tak sulit untuk bisa memaafkan orang lain. Menghargai diri sendiri adalah kunci untuk bisa mencintai diri kita sendiri. Jika kita sudah merasa nyaman dengan diri kita dan mampu berdamai dengan diri sendiri, percayalah tak ada satu orang pun yang akan bisa membuat kita merasa rendah. Dan pada akhirnya, kita pun mampu berlapang dada,
Perenungan yang saya lakukan bukan hanya sehari, seminggu atau sebulan. Saya membutuhkan bertahun-tahun untuk bisa mencapai kondisi seperti sekarang ini. Dan sekarang, kata maaf tak lagi membuat saya alergi. Hingga akhirnya saya yang pertama kali menghubungi sahabat saya tersebut, dan memulai lembaran baru tanpa mengingat lagi kesalahan di masa lalu. Saya telah memaafkannya. Dan hingga kini, kami masih bersahabat.
Saya juga pernah mengalami, meminta maaf namun malah balik disemprot oleh orang yang saya mintai maafnya. Saat itu terus terang saya dongkol setengah mati karena permasalahan yang terjadi sebenarnya disebabkan karena orang tersebut. Dalam hati saya menggerutu, “Wong sudah minta maaf, kok masih juga diceramahi bahkan disalah-salahkan.” Orang tersebut terlihat bahagia sekali bisa menindas saya saat itu. Dan karena niat saya adalah meminta maaf, terpaksa saya telan bulat-bulat isi omelannya sebelum akhirnya dia mau memaafkan saya. Yah, namanya juga manusia, pasti beda-beda kualitas dan cara dia memaafkan. Ada yang tanpa basa-basi memberikan maaf, ada juga yang seperti di atas tadi, memberi maaf setelah menceramahi dan mengeluarkan uneg-unegnya. Sabar aja deh kalau bertemu yang seperti ini.
Hari Raya Idul Fitri telah berlalu. Di Indonesia, maaf memaafkan seperti sudah menjadi tradisi yang bahkan dimulai sebelum bulan Ramadhan tiba. Saling mengirimkan ucapan permohonan maaf menjelang puasa adalah hal yang lumrah. Mengunjungi orang tua dengan membawa buah tangan adalah hal yang hampir wajib dilakukan. Saat hari raya tiba, kembali meminta maaf dengan harapan bisa kembali pada fitrah manusia yang suci.
Sesungguhnya, tradisi meminta maaf sebelum dan sesudah bulan Ramadhan adalah pembelajaran yang sangat baik bagi setiap orang untuk bisa meminta dan memberi maaf. Tak hanya dalam agama Islam, dalam agama lain pun sama. Penganut agama mana pun diajarkan untuk saling menyayangi sesama manusia. Jadi sebenarnya tidak ada alasan bagi orang yang tidak pernah merasa perlu untuk meminta maaf. Sebab pada dasarnya, tiap manusia tak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Jika kita merasa tak pernah bersalah pada manusia lain, ingat saja dosa kita pada Sang Maha Pencipta. Itu saja cukup untuk mengikis ego yang ada dalam diri.
Aturan emas dalam hidup: perlakukan orang lain seperti anda ingin diperlakukan.
Dengan memaafkan, kita membebaskan diri kita sendiri dari beban batin yang memberatkan langkah hidup kita ke depan. Dengan memaafkan, kita juga membebaskan orang lain dari beban yang mungkin menghimpit hati mereka. Itu yang saya rasakan saat saya akhirnya dapat membebaskan diri saya sendiri dari kebencian dan perasaan dendam. Setelah memaafkan diri sendiri, lalu memaafkan orang yang sudah menyakiti, saya merasa plong, lega, tanpa beban. Dan hidup yang memang sudah berat terasa lebih ringan dijalani.
Jika masih ada perasaan yang mengganjal, jangan ragu untuk meminta maaf. Jika ada yang datang untuk meminta maaf, jangan ragu untuk memberikannya. Karena suatu saat kita pasti membutuhkan maaf seseorang, dan sikap seperti apa yang kita ingin dapatkan? Jika saat kita meminta maaf nanti kita ingin langsung dimaafkan, sikap itu pula yang sebaiknya kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Ingatlah selalu untuk memperlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan.**
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 29, 2014 05:06

October 26, 2014

Hari Blogger Nasional


Dalam rangka Hari Blogger Nasional, 27 Oktober 2014
1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 26, 2014 22:27