Embrace The Chord Epilog


Penonton sangat ramai memenuhi seluruh tempat duduk elegan yang tersedia. Semua kursi penuh dan seluruh barisan orkestra telah menempati posisi masing-masing.
Jason dan Rachel berada di ruang ganti. Jason mengenakan tuxedonya dan menatap Rachel dengan lembut,
“Gugup?” tanyanya penuh sayang, dalam sebulan ini mereka telah menjadi kekasih yang sedemikian dekat dan saling mencintai. Benar-benar seperti menemukan pasangan jiwa yang telah terpisah sedemikian lama.
Tidak seperti sikap dingin Jason sebelumnya, lelaki itu ternyata bisa menjadi begitu hangat kepada Rachel. Dia mudah menyatakan cinta, berkali-kali, dan melimpahi Rachel dengan penuh kasih sayang.
Rachel sama sekali tidak menyangka, pertemuannya dengan Jason yang berlanjut dengan berbagai permainan biola mereka bersama dan kemudian sambung menyambung oleh berbagai peristiwa akan berakhir menjadikan mereka sepasang kekasih.Walaupun begitu, Rachel sungguh berbahagia, cara Jason memperlakukannya, seolah dia adalah kekasih yang paling sempurna di dunia, seolah dia adalah satu-satunya yang berharga bagi Jason, membuatnya merasa sangat berbahagia.
Mereka berdua sungguh saling melengkapi baik dalam bermain biola maupun dalam hubungan percintaan mereka.
Rachel menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku tidak merasa gugup. Asal kau ada disampingku.”
Jason tersenyum dan mengecup dahi Rachel. “Kurasa akulah yang merasa gugup, aku belum pernah melakukan konser dengan tangan kiri sebelumnya.”
“Kau pasti bisa.” Rachel tersenyum lembut, dengan penuh sayang.dia merapikan dasi Jason, “Ingat, kau adalah seorang maestro pemain biola yang sangat jenius.” Dia lalu mengerutkan keningnya dan menatap Jason dengan tatapan mata menggoda, “Sayangnya aku tidak punya jepit rambut kupu-kupu berlian seperti yang dimiliki mamamu untuk meredakan rasa gugupmu.”
Jason tertawa lalu memeluk Rachel dengan sayang, “Aku tidak butuh jepit rambut itu, aku sudah memiliki yang paling berharga di dalam genggaman tanganku, bukan?”
Pipi Rachel memerah, “Terimakasih karena mencintaiku, Jason.”
Mata Jason meredup. “Dan akupun demikian adanya, Rachel, terimakasih karena telah bersedia mencintaiku.”
***
“Nanti setelah konser kau culik Rachel di sini, dia akan keluar dari sisi panggung sebelah sini.” Arlene berbisik kepada Andrew yang menyamar, berpakaian sebagai salah seorang kru, Arlene tentu saja sudah berdandan cantik sekali karena dia sudah mempersiapkan diri untuk berdandan secantik mungkin sebagai pasangan Jason di pesta nanti. Mereka berdua sedang berdiri di sisi panggung, berbisik-bisik mencurigakan.
Andrew menganggukkan kepalanya, “Oke, jadi nanti setelah Rachel keluar panggung, aku akan membiusnya dengan obat bius dan membawanya pergi dari sini. Lalu apa yang harus kulakukan kepadanya?”
Arlene terkekeh jahat, “Kau bisa melakukan apapun kepadanya, kau bisa menjualnya atau bahkan membunuhnya, aku tidak peduli, yang pasti Rachel harus menyingkir dari sisi Jason!”
Sebelum Andrew sempat berkata-kata, tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari ujung samping panggung. Arlene menoleh dengan terkejut, tetapi langsung tersenyum lebar ketika menyadari bahwa yang bertepuk tangan adalah Jason.
“Jason! Sayangku!” Arlene setengah melompat ingin menghampiri Jason, tetapi kemudian langkahnya terhenti ketika dari sisi lain ada banyak polisi yang muncul, dengan posisi melingkar, mengepungnya dan Andrew. Wajah Arlene langsung pucat pasi, dia menatap Jason kebingungan.
“Jason? Apa-apaan?” dia bertanya suaranya tercekat di tenggorokannya, ketakutan karena polisi yang mengepungnya.
Jason hanya terdiam, berdiri dan menatap Arlene tanpa ekspresi. Lalu lelaki itu mengeluarkan perekam dari balik saku jasnya.
Suara perekam itu sungguh lantang, mengulang kembali semua percakapan Arlene dengan Andrew sebelumnya yang berencana melukai Rachel.
“...........Kau bisa melakukan apapun kepadanya, kau bisa menjualnya atau bahkan membunuhnya, aku tidak peduli, yang pasti Rachel harus menyingkir dari sisi Jason!”
Segera setelah rekaman itu berakhir, polisi bergerak maju dan meringkus Arlene bersama Andrew, Arlene meronta-ronta, menatap Jason dengan tidak percaya, benar-benar tidak percaya bahwa Jason akan melakukan hal ini kepadanya.
“kenapa kau melakukan hal ini Jason? Kenapa kau tega melakukannya kepadaku? Aku mencintaimu Jason... Aku mencintaimuuu...”
Arlene berteriak-teriak seperti orang gila, berusaha meronta-ronta ketika polisi meringkusnya dan membawanya pergi meninggalkan tempat itu.
Setelah Arlene dan Andrew menghilang dibawa polisi, Rachel muncul di sebelah Jason.
“Kurasa kita bisa tenang sekarang.”
Jason tersenyum. “ya, kita bisa tenang sekarang.” Diraihnya jemari Rachel dan dikecupnya, “Ayo, penonton sudah menunggu, mari kita berikan konser terindah kita.”
Jason dan Rachel, membawa biola masing-masing, berjalan melangkah menuju panggung yang terbuka.
Suara penonton langsung riuh menyambut kedatangan mereka, pasangan duet sempurna yang telah lama dinanti-nanti, apalagi kondisi Jason yang sudah vakum hampir sebulan bermain biola karena lukanya, membuat perasaan antisipasi penonton semakin dalam.
Suara applause semakin riuh rendah dan beberapa penonton bahkan berdiri, padahal Jason dan Rachel belum mulai bermain biola.
Rachel menatap penonton yang begitu banyaknya mememenuhi kursi penonton, dia menghela napas panjang dan menatap ke arah Jason, lelaki itu tersenyum kepadanya, memberinya senyuman menguatkan.
I Love U
Jason menggerakkan mulutnya tanpa suara, memberikan Rachel ketenangan dan perasaan bahagia yang luar biasa.
Dia meletakkan biola itu di pundaknya, dan kemudian menghela napas panjang, menunggu Jason menggesekkan nada awal musik mereka, dan menyusulnya dengan permainan biolanya sendiri yang tak kalah indahnya.
Suara musik yang begitu sempurna, penuh dengan nada simponi yang mempesona, memenuhi gedung orkestra yang sangat besar itu, membuat seluruh penonton terpana.
Suara musik yang indah juga mengalir di benak Jason dan Rachel, benak dua orang yang diprsatukan oleh nada, dipeluk oleh nada hingga kemudian saling mencintai satu sama lain.

End Of Epilog
1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 24, 2013 06:50
No comments have been added yet.


Santhy Agatha's Blog

Santhy Agatha
Santhy Agatha isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Santhy Agatha's blog with rss.