instawa_ > Recent Status Updates

"Hanya sebuah meja makan,
sisa makanan, dan bayangan seekor cicak
yang terkejut dan lari entah ke mana,
hanya sebuah kenangan akan sesuatu,
yang mungkin memang tak pernah ada,
hanya sebuah harapan
yang tidak mungkin diharapkan,
hanya sebuah kehidupan. Yang tak mungkin
dihidupkan kembali
sebab memang tak pernah dijalani."

sajak-sajak ringkih perihal waktu-waktu yang menua;
biarlah tidak agar tak jerih rasamu, Kasih

Dan tidak setiap orang tahu cara
endapkan kenangan ke tulat.
Di mana gerangan engkau
bisa menyimpannya? Hanya
menyesak di dada, sekali
waktu menjadi luka yang lupa
cara sembuhnya. Menyusahkan saja.

-ast-

"Jikalau hanya petir syarat mengucap rindu, aku akan belajar menjadi awan. Agar menjadi tempat berkumpulnya rindu itu. Sehingga, tiada lagi yang mampu menghambat turunnya rasa rindu." - Cerita Hujan dan Pelangi

Perangko surat yang dicap Yang Mahapasti; di mana ia kamu selipkan, hai Merpati?

"Aku memilih untuk menjadi akar. Tak harus terlihat agar jadi penguat." - Menjadi Akar.

🖤

"Dia terlalu jauh, itu kenapa aku belajar berlari. Kalaupun takbisa menyusul, aku takharus takut lagi jika dia pergi." - Monster Disa.

"Dengan tanah dan darah cinta ini aku tanam. Terima kasih, Tuhan, telah mengujiku akan makna perasaan yang Engkau hadirkan." - Cintaku Lumpur Sepaha (Rinduku Sederas Hujan Sore Ini, hlm. 19)

Baru 33 halaman udah banjir huweee 😭🤧

Beberapa hari terhenti baca. Mari kita lanjutkan lagi.

QOTD: "Jangan pernah curhat ke lawan jenis selain suami/keluarga inti, karena itu akan jadi petaka!" 🤝🏼

Cinta tidaklah berdiri sendiri. Ia memerlukan sejumlah kerangka dan penyangga, atau landasan untuk tumbuh dan berkembang. Cinta bukanlah sesuatu yang netral. Ia memiliki nilai.

Islam mengenal cinta karena Allah; cinta untuk Allah; cinta demi Allah.

Keharmonisan itu bukan cuma soal rumah tangga. Kehidupan kita sendiri sebagai individu juga butuh keharmonisan. Maka, TAZKIYAH; pembersihan diri secara total adalah sebuah keharusan, agar kenangan-kenangan masa lalu yang mengganggu bisa terhapus dengan baik dari keseluruhan memori otak dan tubuh. TAZKIYAH adalah cara terbaik untuk menghilangkan pengalaman traumatis dengan kesadaran penuh 🖤

Mari belajar merenda kata-kata;
Satu per satu, mengeja hari,
Mendata kosakata, memperbincangkan
Diri apa adanya.
Saling berbagi rasa, bertukar cerita;
Menertawakan lucu dan lugunya masa lalu,
Sekaligus meretas cita dan cinta masa depan.

Tenang adalah yang paling dibutuhkan selama menjalani proses; sejak sebelum ditentukan siapa calonnya sampai akhirnya bahtera itu siap berlayar.

"Ia suka gemas pada angin ...
Mungkin itu tanda bahwa ia telah mencintainya ...
Meski tak berhak membayangkan wajah angin ..."

Seberapa sering kita memilih menjadi layangan? Menghayati cinta tanpa memaksa, menikmati cinta apa adanya.

Ps: Bacanya ga mundur. Yang sebelunya salah liat halaman 😂🤌🏼

Terhenti membacanya 2 bulan lalu. Kembali mengangsur sambil meng-pupuk buku puisi yang satunya juga.

Mengaku cinta, tapi tak pernah tuntas.

"Besok malam kita selesaikan gambarnya, ya."

Tapi dua ABG yang jadi juru gambar itu takkunjung datang;
Di lain canvas mereka sadar telah mengukir cerita
Yang sama sekali berbeda.

Poin ketidaklapangan dada kita atas apa yang terjadi dalam hidup adalah pada keputusan-keputusan yang tidak khusyuk melibatkan Allah, sekali pun kita ngakunya udah istikharah dan rutin berdoa. Padahal, poin dari doa istikharah adalah "dan jadikanlah diriku ridha menerimanya." Kalau setelah istikharah dan kita masih ga ridha, barangkali autopilot kita yang bekerja, bukan kesadaran kita.

Re-reading buku ini setelah ngelempar challenge di status WA. Kevin, anak cerdas yang kebenciannya dibiarkan menumpuk, sampai akhirnya dia nyaris masuk kategori psikopat.

"Aku kira aku hanya berpikir," katanya, "akan lebih menyenangkan di dunia ini untuk memiliki seseorang yang tidak perlu dibayar untuk menyukaiku."

"Apa pendapatmu tentang Beatrix saat kau pertama kali melihatnya?"
"Entahlah. Dia cantik."
"Dan sekarang?"
"Dia memuakkan."
"Apa dia jadi kurang cantik?"
"Tidak, tapi----"
"Jadi, dia cantik atau tidak?"
"Ya, pada pandangan pertama----"
"Jadi, kecantikan hanya bertahan sesaat?"
"Tidak, kalau orang itu Baik----"
"Jadi, yang penting itu menjadi Baik? Aku kira kau tadi bilang soal penampilan."

"Menurut peraturan, 'Baik memaafkan'.
Namun peraturan itu pasti salah. Pasti begitu.
Karena dia belum bisa memaafkan.
Belum sama sekali."

Sepertinya, aku masuk golongan Sophie yang optimis meski begitu mengagumi Agatha yang kritis. 😂

Sebenarnya, ada banyak quotes dari pemikiran Agatha yang membuatku angguk-angguk kepala, tetapi aku baru ingat untuk merekamnya di sini. Haha. Jadi khmulai daei halaman ini saja, ya!

"Apa yang dimohonkan jiwa-jiwa Baik? Kedamaian untuk kerajaan mereka? Kesehatan untuk keluarga mereka? Hancurnya kejahatan?" - Agatha (162-163).

Seharusnya dia (dan kita) sudah menduganya, kan?

dalam waktu 3 hari!

Agak lambat proses membaca "si Tebal" satu ini. Yang ajaibnya, meski sudah menonton berulang kali, tetap aja penasaran. Ada banyak bagian yang tidak ditampilkan dalam versi filmnya ya ternyata. Heuu...

Kemarin baca ini saat mata sedang mengantuk-ngantuknya. Tapi ternyata terekam juga jalan ceritanya. Asyik!

Bulan lalu melihat buku ini di bazar Gramedia, dan mengabaikannya. Hari ini kesulitan mencari-carinya. Untunglah ada di iJakarta. Semoga besok ketemu lagi di bazar buku. Butuh ternyata. Hehe :"

Aku nggak pernah tahu sebelumnya, bahwa dari semua pemeran Harry Potter, karakter Hagrid-lah yang mungkin paling kusuka.

Mungkin karena dia penyayang binatang dan binatang pun sayang padanya.

Terasa seperti sedang menonton drama Korea. Padahal sudah lamaaaaa sekali tidak menyentuh ranah itu. Haha.

I'm stuck!

Karena tertarik dengan buku lain dan kegiatan lagi. Sepertinya akan membaca buku ini, dari awal. Sekali lagi. Heuheu.

Membaca untuk ketiga kalinya.
Dan pikiranku tba-tiba terbuka. Semakin mudah mengerti apa yang dimaksud dengan AKUMASSA Bernas, dan apa sebenarnya yang ingin disampaikan buku ini.

"Buku mestinya selalu didapatkan karena rasa cinta dan kegembiraan terhadapnya. Menganggap buku sebagai objek investasi akan mengubahnya menjadi sekadar barang dan komoditas. Hal itu akan mengurangi nilai warisan budayanya dan tidak hanya mengecilkan suatu buku, tetapi juga pengarang dan pembacanya." - Sanders

Sejauh ini, kalimat ini yang memaksaku meng-update progress membaca. Selebihnya, memusingkan kepala. Hahaa