Harumichi Mizuki’s Reviews > Dunia Forensik Itu Lucu > Status Update

"Sementara, kenapa miring ke kanan, karena agar darah semuanya mengalir ke kanan. Zat yang paling mudah busuk 'kan darah. Jadi kalau dimiringkan ke kanan, yang busuk hanya bagian kanan, yang kiri masih bersih. Itu akan berguna jika diperlukan ekshumasi untuk memeriksa kembali jenazah apabila dugaan kematiannya tidak wajar. Kita bisa periksa yang bagian kiri, yang tidak rusak."

Why gak sebaliknya? Kiri lebih penting?

"Mengapa orang Islam apabila wafat tidak boleh dibakar dan harus dimakamkan miring ke kanan menghadap kiblat? Jawabannya saya temukan pada saat melakukan penggalian kubur (ekshumasi)."

"Jenazah harus dikubur karena jika kemudian hari ada kecurigaan jenazah itu meninggal dengan cara yang tidak wajar, bisa digali kembali untuk dicari bukti-bukti forensiknya. Kalau dibakar, 'kan tidak bisa diperiksa lagi." (187-188)

"Negara kita ini konsep hukumnya menganut asas oportunitas, bukan legalitas. Kalau legalitas semua orang akan mendapatkan hukuman yang sama ketika melakukan kesalahan yang sama. Kalau oportunitas, tidak begitu. Kesalahannya sama, bisa saja hukumannya berbeda, melihat posisi orang yang bersalah itu."

Aduh, jadi fiksi detektif paling pas di Indo itu yang ala hard-boiled, dong xD

Oh baiklah. Akhirnya aku mulai bisa senyam-senyum begitu nangkep lucunya di mana. Kebanyakan lucu yang nyebelin, sih. Misal waktu dokter diperiksa oleh majelis karena ikut razia narkoba dan dicari-cari kesalahannya dengan banyak pertanyaan yang gak masuk akal.

Jujur dalam memberikan keterangan di sini benar-benar sangat dipertimbangkan. Enggak sembarangan. Perlu koordinasi dengan pihak berwenang. Semua demi stabilitas negara.

"Memang, banyak rekayasa dalam fakta-fakta yang dibentuk. Apalagi fakta yang berkaitan dengan penegakan hukum. Jika melihat kasus-kasus kematian yang berkaitan dengan hukum, yang pernah saya tangani, saya bisa menyimpulkan, penegakan hukum hingga langit runtuh itu hanya masturbasi."

"Keadilan atau kebenaran sejati itu hanya ada di akhirat."

dr. Abdul Mun'im Idries

(Halaman 72)