Muhamad Rivai's Blog
March 26, 2017
Suara Mesin, Suara Rakyat
“Setelah berabad-abad, akhirnya kita menyadari bahwa manusia tidak mampu mewakili aspirasi manusia lain. Power tends to corrupt. Oleh sebab itu, untuk mewujudkan suatu demokrasi langsung yang adil, bersih, dan efisien, kita membutuhkan suatu alat yang mampu mengelola, mengalkulasi, dan mengeksekusi aspirasi tiap-tiap warga negara dengan rasional, cerdas, tegas, ringkas, tanpa bias, dan tanpa faktor-faktor emosional yang membatasi seorang manusia.”
Aku sedang membaca paragraf itu ketika kudeng...
February 27, 2017
Raja

Kami terdiam di tengah kemacetan lalu lintas. Ia di kursi kemudi, mencoba bersabar memainkan kopling dan rem, sementara aku membaca linimasa Facebook yang sedang diriuhi postingan tentang kedatangan Raja Arab Saudi.
“Di tengah ketimpangan ekonomi ini, ternyata banyak juga ya, rakyat Indonesia yang bangga melihat kekayaan dan kemewahan Raja Saudi,” gumamku sambil merebahkan punggung dan membetulkan posisi sabuk pengaman.
“Memangnya kenapa?” tanyanya, masih suntuk memandangi...
January 20, 2017
Pohon Titit
1
Satu malam setelah dikhitan, aku duduk termenung di kamar sambil menahan rasa perih dan memandangi tititku yang masih dibungkus perban. Ayah datang sambil membawa tumpukan amplop. Ia mengajakku berhitung. Kalau uangku cukup, katanya, aku boleh membeli sepatu roda.
Aku tidak begitu memperhatikan ketika ia mengeluarkan lembaran uang dari setiap amplop dan mencatat jumlahnya. Saat itu, ada pertanyaan lain yang membuat kepalaku gatal. Pertanyaan ini bagi orang lain mungkin terasa remeh, tapi ke...
December 22, 2016
Baju Pink Nala (Potongan)
Saya memang sedang mengalami kejenuhan, entah dalam menulis atau membuat karya lainnya. Saya merasa harus menyentuh medium lain yang jarang saya sentuh, sekadar untuk merangsang semangat berkarya lagi. Kebetulan, malam lalu saya baru saja membeliheadsetkarenamicdi ponsel saya rusak, dan audio ini adalah bentuk percobaannya. Jadi mohon maaf apabila audio ini cuma sepotong, masih mentah (tidak diedit), dan saya bukan pemilik suara yang merdu.
Gambar ilustrasi diambil dari www.pexels.com
October 1, 2016
Perbankan Gaib
“Sampean tidak percaya saya bisa menggandakan uang?” tanya Eyang Sanca, alisnya mengerut dan posisi duduknya maju ke arahku.
“Nggak percaya. Mana mungkin uang bisa digandakan? Apa Eyang pikir saya ini orang kampung yang bisa dibodohi? Saya ini orang kota, berpendidikan!” jawabku sambil menahan tawa.
Eyang Sanca menarik napas dalam, lalu mengurut-urut jenggotnya. “Pernah ke bank, kan?”
“Pernah dong!” jawabku.
“Sampean jangan kaget kalau saya bilang, bank itu sama seperti saya, sama-sama duk...
September 22, 2016
Sejak Kita Menghujat Para Koruptor
sejak kita menghujat para koruptor tanpa nama
korupsi menjadi basa-basi saja
menjadi bahan obrolan kita di warung kopi
sepulang kerja selepas senja
mengumpat telah membuat kita akrab
cangkir demi cangkir kita lahap
hingga dada kita berdebar-debar
oh!
itu pasti rasa keadilan
yang datangberkobar-kobar
tenanglah kawan
mari kita hapalkan
empat puluh lima butir Pancasila
beserta maknanya
dan kita pun menjadianti korupsi
anti korupsi
anta korupsi
antum korupsi
ana korupsi
lama-lama kita
sama gombal...
June 8, 2016
Refleksi
June 7, 2016
Hijrah ke Ubuntu
Sejak dua bulan lalu, saya kembali mencoba hijrah dari Windows ke Linux (baca: Ubuntu). Saya sadar bahwa saya hanya pengguna komputer biasa, bukan programmer ataupun ITgeek. Kegiatan yang saya lakukan di depan komputer tak jauh dari mengetik, browsing, menonton film, mendengarkan musik, mengolah gambar, dan sesekali bermainvideo game.Namun, semakin hari dorongan untuk hijrah itu terasa semakin kuat.
Kita sebenarnya sudah semakin terbiasa dengan Linux–terutama bagi penggunasmartphoneberbasis A...
March 2, 2016
Kantong Plastik 200
Sore tadi, saya berbelanja beberapa makanan ringan di Indomaret. Saat tiba di kasir, saya melihat papan-papan berisi peringatan tentang bahaya limbah plastik, dukungan terhadap program pemerintah, dan pemberitahuan bahwa saat ini kantong plastik dijual seharga Rp200. Namun kasir tidak menjelaskan atau menanyakan apa-apa kepada saya. Ia hanya memasukkan barang-barang belanjaan ke dalam kantong plastik berukuran sedang, kemudian menghitung total harganya. Saat saya memeriksa struk belanjaan, te...
November 12, 2015
Memberi Tanpa Imbalan
Setiap pagi, ada seorang pengemis tua yang mendatangi rumah Bu Darma. Saat Bu Darma memberi sedekah kepada si pengemis tua, pengemis itu mengucapkan terima kasih berkali-kali, menampakkan wajah bahagia sambil bercucuran air mata, serta mendoakan Bu Darma agar sehat dan banyak rezeki. Bu Darma ikut bahagia melihat ekspresi pengemis tua itu dan mengamini doa-doanya. Sejak saat itu, si pengemis selalu datang setiap hari, dan Bu Darma selalu memberinya sedekah. Namun, lama-kelamaan, Bu Darma meny...