Satu Dekade Telah Lewat

Sewaktu film tersebut diproduksi, saya tidur setelah pak Pram tidur dan bangun sebelum pak Pram bangun.



SATU DEKADE atau sepuluh tahun sudah Pramoedya Ananta Toer meninggal dan saya belum juga bisa menepati janji saya padanya untuk merilis film dokumenter tentang pak Pram. Penyebabnya sudah pernah saya tuliskan dan ditambah sekarang bahan film itu sudah tidak ada di tangan saya. Sudah di luar kuasa saya.



Sewaktu film tersebut diproduksi, saya tidur setelah pak Pram tidur dan bangun sebelum pak Pram bangun. Saya jadi tahu apa rutinitas pak Pram sebelum tidur, biasanya senam pernafasan selama 10 menit. Lalu apa kebiasaannya setelah bangun. Biarpun saya berusaha keras untuk tidak bersuara selama produksi, pak Pram selalu mengajak bicara. Pak Pram bicara soal kebiasaan kerja fisik, soal teman dan lainnya.


Produksi film itu baru berhenti setelah pak Pram meninggal persis hari ini sepuluh tahun lalu. Rekaman tamu-tamu yang hadir di rumah duka, pemandian jenasah, hingga jasad pak Pram masuk ke liang kubur di pemakaman Karet. Selesailah proses produksi selama 5 tahun itu.


Belakangan saya melihat foto waktu pak Pram di Pulau Buru. Badannya memang kekar waktu itu. Lalu ceritanya tentang teman-temannya terkonfirmasi saat saya semakin mengakrabi cerita soal 1965.


Pak Pram memang orang pertama yang menceritakan perikop 1965 ini. Selebihnya saya banyak membaca buku, laporan, artikel dan mendengar cerita.


Terus terang saya kangen pak Pram. Bukan karena ia sastrawan besar, tokoh atau lainnya. Bukan karena GM menulis soal maaf. Bukan karena itu, namun karena dari pak Pram saya belajar pentingnya menghargai manusia dan setia pada perjuangan. (Baca juga: Pramoedya Ananta Toer Juga Manusia)


PB7D, 30 April 2016

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 29, 2016 22:39
No comments have been added yet.