Barang Bagus
Sumber foto: pexels.com
“Pemuka agama juga manusia, bisa salah.”
“Yang paling baik itu kalau dia sadar kalau dia bisa saja melakukan kesalahan. Jangan terus-terusan merasa terzalimi, merasa difitnah.”
“Kalau dia memang difitnah bagaimana?”
“Hadapi. Buktikan kalau dia tidak salah dan Tuhan tidak buta.”
“Ah, ngomong doang memang gampang.”
“He he he. Bung, yang namanya fitnah, gosip atau semacamnya adalah konsekuensi yang harus diterima kalau kau jadi orang terkenal. Jangankan para pemuka agama, para nabi juga sering kena gosip aneh-aneh. Kau pernah tidak, mendengar cerita tentang seorang nabi yang digosipkan punya penyakit kelamin? Yang bergosip bukan musuh-musuhnya, tapi pengikutnya sendiri.”
“Nabi? Penyakit kelamin? Memang ada?”
“Aku bilang ‘digosipkan’. Dia tidak benar-benar punya penyakit kelamin. Pangkal persoalannya hanyalah karena sebuah kebiasaan mandi. Kebetulan para lelaki di tempat Tuhan mengutus nabi tersebut punya kebiasaan mandi bareng, jadi mereka bisa melihat pentil satu sama lain. Nah, si nabi ini punya kebiasaan berbeda. Dia lebih suka mandi sendiri. Kebiasaan ini benar-benar tidak umum sampai-sampai di kalangan kaumnya kemudian beredar desas desus, nabi itu malu mandi bersama karena mungkin punya penyakit atau kelainan bawaan yang berhubungan dengan misil jelajahnya tersebut.”
“Wah, parah juga ya. Apa si nabi tahu soal gosip itu?”
“Entah dengan si nabi. Yang jelas Tuhan yang mengutusnya Mahatahu. Dan pastinya Mahaberbuat. Suatu hari, si nabi mandi. Seperti biasa, ia mandi sendiri. Setiap helai pakaiannya, tanpa kecuali, ia tanggalkan dan kemudian dilemparkannya di atas sebongkah batu. Tuhan lalu memerintahkan si batu melepaskan diri dari kodrat sebagai benda mati. Si batu bergerak, ia gondol baju sang nabi, lantas berlari menuju keramaian.”
“Terus?”
“Ya, spontan si nabi mengejar si batu, dalam keadaan telanjang bulat. Pemandangan itu disaksikan para pengikut sang nabi. Saking penasaran dengan kondisi kesehatan barang nabi mereka, kaum itu tidak merasa keberatan dan tidak menganggap apa yang dilakukan si nabi sebagai sebuah pelanggaran susila. Mereka malah merasa lega setelah tahu kalau junjungan mereka ternyata tidak menyembunyikan apa pun selain barang bagus belaka. Desas desus itu pun terkonfirmasi sebagai kabar lancung, dan tepat di saat itulah tugas si batu selesai. Dia kembali diam, kembali pada sifat alamiahnya. Tapi sang nabi rupanya masih kesal sehingga dia memukuli si batu dengan tongkatnya sampai meninggalkan enam atau tujuh bekas pukulan.”
“Ha ha ha ha. Ini kok konyol ya? Kau pasti mengarang. Aku sudah mendengar banyak kisah nabi, tapi tidak pernah mendengar kisah semacam ini.”
“Aku tidak mengarang. Ini ada hadisnya. Sahih.”
“Hadis? Jadi beneran ini cerita nabi dalam agama Islam?”
“Betul. Kau bahkan memakai nama nabi itu sejak lahir.”
“Nabi Musa? Ngarang ah!”
Iklan


