Seasons
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
These past 3 months feels like a never-ending roller-coaster in my life.
Kerjaan yang nggak habis-habis, renovasi rumah yang membuatku mendadak misqueen
, masalah pribadi, etc etc etc, sampai kadang gue merasa… gue mati rasa.
Tahu kan, kayak kalau lo udah keseringan naik roller-coaster, dan rasanya jadi biasa aja? Dan ketika melihat tukikan tajam lainnya di depan, lo nggak lagi merasa deg-degan tapi justru bilang, “Come on, try me.”
Luckily, I learned quick enough that being stubborn and digging a hiding hole will lead me nowhere. Jadi, gue berusaha mencerna where did I go wrong, what did I do wrong…
… or maybe it’s just the season.
Gue sudah berkali-kali belajar, diajar, dan dihajar oleh Tuhan bahwa there is a season for everything, tapi tampaknya ini pelajaran susah yang harus diulang-ulang terus seumur hidup supaya gue mengerti. And I need to write it down as a reminder, a note to myself, just in case God wants me to retake this class someday 
***
Ketika kamu tahu di musim apa kamu berada, misalnya musim dingin, kamu akan tahu baju apa yang harus pakai untuk bertahan hidup (mantel bulu) atau makanan apa yang harus kamu makan untuk menghangatkan diri (sup panas).
Cara beradaptasi ini nggak bisa pukul rata untuk semua musim. Kamu bakal mati kepanasan kalau pakai mantel bulu saat musim panas, dan yaahhh enakan makan es krim ketimbang sup sih kalau pas summer.
So, in order to survive, you gotta know which season you are in.
Next, kamu harus tahu bahwa tidak semua orang mengalami musim yang sama dalam waktu yang sama. Di Australia, musim dinginnya bulan Juni-Agustus, sementara saat itu di USA lagi panas-panasnya. Tapi toh OZ dan US baik-baik aja berbeda kayak gitu, yang satu nggak maksa yang lain untuk ngikutin musimnya.
Kayak umur se-gue gini nih ya, mungkin sebagian besar orang udah sibuk ngurusin anak (kalau buka IG story temen-temen gue ya isinya babies semua, which I loveee
), tapi ya kalau gue belum waktunya masuk di musim itu, nggak berarti bahwa gue nggak baik-baik aja.
Kita sering membandingkan musim kita dengan musim orang lain, dan ujung-ujungnya sedih. Padahal, di saat seperti ini, kamu harusnya lebih banyak MENGASIHI daripada MENGASIHANI diri sendiri 
It’s normal to feel down sometimes, just don’t dwell in it.
Last, but not least, seasons will pass. Tidak ada musim yang abadi, tapi bagaimana kamu membiarkan musim itu berlalu, itu bergantung pada pilihan-pilihan yang kamu buat. Kamu bisa membenci musim dingin dengan mendekam di rumah dan mengutukinya, atau… kamu bisa menikmatinya dengan main ice skating di luar sana.
Jadi, sekarang terserah sama kamu, maunya gimana?


