pesan tulip

77 menjadi nadi kecilku. ia bertingkah bagus dalam kepalaku dan berkuncup kembang sebagai tulip di ladang kopi. makin lama ia encer dan tersejat melalui ronga tipis ingatan. aku memaksanya selama yang aku terlupa tentang apa saja yang memperbaharui ingatanku, dan ia kulihat masih utuh berdiri antara kenangan-kenangan yang angkuh.

aku melihatnya sebagi tulip yang dipegang oleh anak kecil tanpa baju dan badannya penuh dengan merah gigitan nyamuk. tulip itu hanya dipegang dan tidak terlepaskan, dan aku fikir ia mengambil dari tahun-tahun di daerahku yang anginnya semakin malas. ia tetap saja kembang dan melampiaskan harumnya. lembah-lembah masih perawan dan kaki-kaki bukit yang mempamerkan perjaka tangguh. semua seolah berasmara dalam musim hangat. angin juga tetap malas.

di ladang kopi, ada sekebun tulip yang meminggir dan diberikan rasa cemburu oleh yang lain. namun tiada satu yang mau berbuat jahat. dan mereka sentiasa berjiran, memberi dan merasa. alangkah aku tidak berada di antara mereka dan berbicara sambil ketawa.

hari ini ada pesan tulip dalam 77 yang kembali segar; "prihatinlah samaku, Othello. petiklah aku seperti dahulu."
8 likes ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on August 07, 2012 08:39
No comments have been added yet.