Wafatnya Edhi Sunarso dan Patung yang Tak Pernah Diresmikan Itu
Selain belum rampung, patung yang satu ini juga ternyata tak pernah diresmikan. Saat patung sudah berbentuk seperti sekarang, Bung Karno telah meninggal.
Percakapan di dalam mobil akhir minggu lalu.
“Atung Ancoyan… Atung Ancoyan…”, teriak anak laki-lakiku yang berusia 2 tahun 4 bulan itu.
Dia bilang apa? Tanya saya ke istri.
“Itu lho, Patung Pancoran.” tukas istri saya menanggapi.
“Itu Patung Dirgantara sebenarnya, bukan Patung Pancoran!” sanggah ibu mertua saya.
KAMI sekeluarga sudah mengakrabi keberadaan patung ini sejak lama. Setiap lewat selalu ada cerita baru. Kemarin saat melintas, adik ipar saya kembali mengingatkan bagaimana patung Pancoran dibersihkan dengan jeruk nipis dan ia mencoba membayangkan berapa banyak jeruk nipis yang dibutuhkan untuk membersihkannya. Begitu pentingnya patung ini, bahkan sering menjadi landmark untuk mengarahkan para tamu yang hendak mampir ke rumah. “Gak jauh dari patung Pancoran, nanti ada jalan masuk.” Begitu biasanya cara saya memberi petunjuk setiap kali ada yang bertanya di mana rumah saya.
Akhir minggu lalu, ibu mertua menambahkan informasi bahwa patung itu belum selesai dan tidak sempat diresmikan oleh Presiden Soekarno karena presiden terlanjur sakit dan meninggal. Patung Pancoran memang dikenal sebagai patung terakhir yang dibangun di masa pemerintah Soekarno.
Patung ini dirancang oleh Edhi Sunarso sekitar tahun 1964 – 1965 dengan bantuan dari Keluarga Arca Yogyakarta. Sedangkan proses pengecorannya dilaksanakan oleh Pengecoran Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono. Berat patung yang terbuat dari perunggu ini mencapai 11 Ton. Sementara tinggi patung itu sendiri adalah 11 Meter, dan kaki patung mencapai 27 Meter. Proses pembangunannya dilakukan oleh PN Hutama Karya dengan Ir. Sutami sebagai arsitek pelaksana.
Rancangan patung ini berdasarkan atas permintaan Bung Karno untuk menampilkan keperkasaan bangsa Indonesia di bidang dirgantara. Penekanan dari desain patung tersebut berarti bahwa untuk mencapai keperkasaan, bangsa Indonesia mengandalkan sifat-sifat Jujur, Berani dan Bersemangat. Patung Dirgantara dimaksudkan Bung Karno untuk menghormati jasa para pahlawan penerbang Indonesia yang atas keberaniannya berhasil melakukan pengeboman terhadap kedudukan Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga menggunakan pesawat-pesawat bekas peninggalan Jepang.
“Kita memang belum bisa membuat pesawat terbang, tetapi kita punya pahlawan kedirgantaraan Indonesia yang gagah berani. Kalau Amerika dan Soviet bisa membanggakan dirinya karena punya industri pesawat, kita juga harus punya kebanggaan. Jiwa patriotisme itulah kebanggaan kita! Karena itu saya ingin membuat sebuah monumen manusia Indonesia yang tengah terbang dengan gagah berani, untuk menggambarkan keberanian bangsa Indonesia. Kalau dalam tokoh pewayangan seperti ini lho, Dhi. Seperti Gatotkaca menjejak bentala,” ujar Bung Karno sambil berpose.
Betul kata ibu mertua, di laporan National Geographic Indonesia ditulis: “Selain belum rampung, patung yang satu ini juga ternyata tak pernah diresmikan. Saat patung sudah berbentuk seperti sekarang, Bung Karno telah meninggal.”
Sayang sampai dengan hari ini, sehari setelah meninggalnya Edhi Sunarso, pematung yang merancang Patung Dirgantara ini, patung ini tidak kunjung diresmikan. Begitulah… Mungkin cerita ini yang akan saya sampaikan saat nanti melintasi patung ini lagi akhir minggu ini.
[dam]
Tautan terkait:
Mitos dan Sejarah di Balik Patung Pancoran – National Geographic Indonesia http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/09/mitos-dan-sejarah-di-balik-patung-pancoran
Pematung Edhi Sunarso Meninggal – Antara http://www.antaranews.com/berita/538266/pematung-edhi-sunarso-meninggal
Edhi Sunarso Meninggal Dunia – Rappler http://www.rappler.com/indonesia/117974-edhi-sunarso-meninggal-dunia-pematung-patung-pancoran-bunderan-hi


