And The Mountains Echoed Quotes

Quotes tagged as "and-the-mountains-echoed" Showing 1-19 of 19
Jalal ad-Din Muhammad ar-Rumi
“Out beyond ideas of wrongdoing and rightdoing, there is a field. I'll meet you there.”
Jelaluddin Rumi

Khaled Hosseini
“Many years later when I began training as a plastic surgeon, I understood something that I had not that day in the kitchen arguing for Thalia to leave Tinos for the boarding school. I learned that the world didn't see the inside of you, that it didn't care a whit about the hopes and dreams, and sorrows, that lay masked by skin and bone. It was as simple, as absurd, and as cruel as that. My patients knew this. They saw that much of what they were, would be, or could be hinged on the symmetry of their bone structure, the space between their eyes, their chin length, the tip projection of their nose, whether they had an ideal nasofrontal angle or not.
Beauty is an enormous unmerited gift given randomly, stupidly.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Sorrow ought to be private, she thinks, not flaunted.”
khaled hosseini

Khaled Hosseini
“Jika kau sudah hidup selama aku, kau akan mengerti bahwa kekejaman dan kemuliaan hanyalah nuansa yang berbeda dari warna yang sama.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Dan jika kau miskin, penderitaan menjadi mata uangmu.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

“They say, Find a purpose in your life and live it. But, sometimes, it is only after you have lived that you recognize your life had a purpose, and likely one you never had in mind. - Nabi”
Khalid Hosseini, The Complete Khalid Hosseini

Khaled Hosseini
“Seruas jari harus dipotong untuk menyelamatkan tangan.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Mereka bernasib naas, memiliki ayah yang lemah. Seorang pengecut yang lebih memilih melihat mereka semua mati daripada menyiksa nuraninya sendiri.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Kulihat peri kecil muram
Di keteduhan pohon kertas.
Kumengenal peri kecil muram
Yang tertiup angin suatu malam.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Dia berhenti bicara kepada warga desa, karena dia yakin bahwa mereka menggunjingkannya di belakang punggungnya. Kata mereka, dia pengecut karena dengan suka rela menyerahkan anaknya. Dia tidak pantas menjadi ayah. Ayah sejati akan melawan sang div. Dia akan mati membela keluarganya.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Sang div menggeram dan mengetuk-ngetuk dagu. "Aku pernah mengambil banyak anak dari banyak ayh," katanya.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Kau tak tahu apa-apa soal keberanian. Untuk menjadi berani, harus ada yang dipertaruhkan. Aku datang tanpa mempertaruhkan apa pun.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Katamu kau tak punya keberanian. tapi aku melihatnya di dalam dirimu. Perbuatanmu, beban yang kau tanggung di bahumu, membutuhkan keberanian. Untuk itu, aku menghormatimu.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Aku akan membawanya pulang, pikir Baba Ayub ketika itu juga. Inilah yang paling diinginkannya, bersama setiap tarikan napasnya. Bukankah ini telah dibayangkannya dalam seribu mimpinya? Memeluk si kecil Qais lagi, mengecup pipinya dan merasakan kelembutan tangan kecil bocah itu dalam genggamannya? Tetapi .... jika Baba Ayub membawanya pulang, kehidupan macam apakah yang menanti Qais di Maidan Sabz? Sebaik-baiknya adalah kehidupan keras kaum petani, seperti yang dijalaninya, tidak lebih. Itu pun jika Qais tidak meninggal akibat kekeringan seperti begitu banyak bocah lainnya di desa. Kalau begitu, bisakah kau memaafkan dirimu sendiri, Baba Ayub membatin, mengetahui bahwa, demi kepentinganmu sendiri, kau telah merenggutnya dari kehidupan sarat kemewahan dan kesempatan? Sebaliknya, jika meninggalkan Qais di sini, bagaimana dia bisa menahan perasaannya, mengetahui bahwa bocah itu masih hidup, mengetahui di maa dia berada, tetapi dilarang menjumpainya? Bagaimana dia akan tahan?”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Ada sebongkah batu di pinggir ladangnya, dan dia duduk di permukaannya yang datar. Dia kerap duduk di sana selama satu jam lebih, menatap bintang-bintang, juga awan yang berarak melintasi bulan. Dia merenungi kehidupan panjangnya dan bersyukur atas kelimpahan dan rahmat yang diterimanya. Sungguh picik jika dia menginginkan lebih banyak, berharap lebih banyak.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Tetapi gelombang itu berlalu, seperti segala sesuatu. Berlalu.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

Khaled Hosseini
“Abollah?"

"Ya."

"Kalau aku sudah besar nanti, akankah aku tinggal bersamamu?"

Abdullah menatap mentari jingga yang tengah tenggelam di cakrawala. "Kalau kau mau. Tapi kau pasti tak mau."

"Aku pasti mau!"

"Kau pasti ingin punya rumah sendiri."

"Tapi kita bisa bertetangga."

"Mungkin."

"Kau tak akan tinggal jauh dariku."

"Bagaimana kalau kau jemu denganku?"

Pari menyikut Abdullah. "Tidak akan!"

Abdullah meringis. "Baiklah, ya sudah."

"Kau akan selalu ada didekatku."

"Ya."

"Sampai kita tua."

"Tua bangka."

"Untuk selamanya."

"Ya, untuk selamanya."

Dari bagian depan gerobak, Pari menoleh. "Kau berjanji, ABdollah?"

"Selama-lamanya.”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed

“Now I was free to do as I wished, but I found the freedom illusory, for what I wished for the most had been taken from me. -Nabi”
Khalid Hosseini, The Complete Khalid Hosseini

Khaled Hosseini
“Now I was free to do as I wished, but I found the freedom illusory, for what I wished for the most had been taken from me. -Nabi”
Khaled Hosseini, And the Mountains Echoed