Relasional Quotes

Quotes tagged as "relasional" Showing 1-2 of 2
Titon Rahmawan
“KISAH KAKTUS DARI 6 TARIKAN NAPAS

1. Kidung Duri yang Direbus Matahari (Historical—Politics)

Kaktus tumbuh dari bara,
dari dada bumi yang retak oleh lapar
dan dahaga yang diseret angin.

Ia berdiri seperti—lelaki hijau—
menyimpan segenggam air
seperti seorang ibu menyimpan roti
untuk anak satu-satunya.

Duri-durinya mengingatkan aku
pada teriakan pedagang garam,
pada nyanyian buruh nelayan
yang patah di bawah peluit penguasa.

Kaktus, tubuh kecil yang keras,
yang tetap hidup
ketika cinta laki-laki
diseret banjir sejarah.

Ia menyimpan matahari
begitu lama
hingga panasnya menjadi bahasa,
dan aku membaca padanya
sebuah puisi yang tak menginginkan
apa pun
selain bertahan dari luka,
bertahan dengan cara
paling indah.

2. Kesunyian Sukubus Hijau
(Dialectical—Paradox)

Di tengah gurun yang gemetar,
kaktus memanggul diam.

Di dalam diam itu
mengalir jam pasir yang balik,
menghapus langkah-langkah
yang belum sempat kita buat.

Duri adalah kata
yang menahan napasnya sendiri.
Luka yang ingin menjadi bahasa,
bahasa yang ingin menjadi tubuh.

Aku mendekat,
dan waktu runtuh
seperti bayangan tanpa raga.

Kaktus membuka ruang—
ruang yang menatapku kembali:
sebuah mata tak bernama
yang mengingatkan
bahwa seluruh rasa sakit
berasal dari ketidaksabaran
untuk menjadi abadi.

Dan di sana
aku melihat wajahku
yang tidak hidup,
tidak mati,
hanya bergerak
seperti pasir dihisap rembulan.

3. Opera Duri Hitam
(Hallucinatory—Symbolism)

Aku melihatnya:
sebuah menara hijau yang terbakar
di padang pasir violet,
tempat angin berteriak
dengan lidah logam.

Kaktus itu bangkit
dari mimpi setan mabuk,
mengibar seperti bendera
yang pernah dicium matahari hitam.

Duri-durinya melesat—
meteor kecil
yang menyanyikan napalm.

Aku mendengar gelaknya,
gelak anak yatim
yang menelan badai.

Dan ketika bayanganku
mencoba pulang,
kaktus itu menelannya,
membuatku tercerai
menjadi warna-warna
yang tidak dikenal bunga mana pun.

Aku pun berjalan
tanpa tubuh,
mengikuti kaktus
seperti nabi gila
yang kehilangan kitabnya
di bawah jam yang menembak
dengan peluru cahaya.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“KISAH KAKTUS DARI 6 TARIKAN NAPAS

4. Cahaya Duri
(Surreal—Minimalism)

Di gurun yang tak berkepala,
sebuah kaktus berdiri.

Sebutlah ia
yang kembali
tanpa pulang.

Padanya,
duri menahan angka—
angka yang gugur
sebelum sempat dikubur.

Air yang disimpan batangnya
adalah nama
yang tidak diucap.
Nama yang mengalir
melalui kebisuan
yang memotong udara
tanpa pisau.

Setiap malam,
kaktus itu menumbuhkan
bayangan baru:
lebih pendek,
lebih hening,
seperti doa
yang kehilangan pemiliknya.

Aku menyentuhnya.
Ia tidak berdarah.
Aku yang berdarah.

5. Pemakan Duri
(Psychic—Introspection)

Kaktus ini—
aku kenal jenisnya.
Tubuh yang tinggal menunggu
siapa yang lebih dulu
menusuk siapa.

Aku melihat diriku
dalam tiap duri:
anak perempuanku yang gemetar
di sudut kamar
ketika jam berdetak
seperti gigi ayahku.

Kaktus memakan matahari
dan kembali dengan
wajah lebih pucat.

Aku memakan durinya
di dalam mimpi,
membiarkan sakitnya
menjadi mahkota kecil
yang kuberi nama
ketabahan.

Dalam batang hijau itu
ada ruang
untuk seluruh tangisku
yang tak pernah keluar.

Maka biarlah ia hidup:
satu-satunya tanaman
yang mengerti
bagaimana luka bisa
menjadi pekerjaan harian.

6. Romansa Kaktus Malam (Tragic—Magic)

Bulan berkibar
di atas gurun Andalusia.

Di sana kaktus bernyanyi—
suara yang dicuri
dari tenggorokan seorang gitano
yang mati muda.

Duri-durinya menari
seperti penari flamenco
tanpa kaki.

Angin membawa
napas hitam
dari kampung-kampung
yang dibakar takdir.

Kaktus memanggilku,
dan aku datang
membawa biola patah
yang masih mengingat
lagu masa kecilku.

Kami menyanyi bersama—
lagu hijau,
lagu sedih,
lagu yang bila kau dengar
akan membuat langit
turun setinggi bahu anak kecil.

Di akhir malam,
kaktus itu mati.
Tetapi suaranya
tinggal di aku,
seperti duende
yang tak mau pergi
dari dada penyair.

Desember 2025”
Titon Rahmawan