Status Updates From Rust in Pieces

Aku udah liat spoiler di belakang dan berharap hubungan Tiana sama tokoh itu bakal berkembang ke arah romantis. But at the same time aku seneng mereka deket secara platonik(??) for now, at least. Jadi yha
my ship is sailing and sinking at the same time I guess :"))

Jadi lebih ngeliat perasaan Tiana tuh seperti apa

Di dunia ini nggak ada orang yang benar-benar kuat. Yang ada hanya orang-orang yang berusaha untuk menjadi kuat. Makanya kita butuh support dari orang lain. Iya, kan?

Sherry to Tiana, hal 212

Keren! Tiana jadi jauh lebih asertif!

"Begini, gue nggak tahu apa yang bikin lo takut gue benci, tapi gue ragu lo bisa ngelakuin hal yang gue benci."

Alis Tiana naik karena heran. "Kenapa?"

"Karena gue sudah senang sama lo sejak liat lo waktu MOS. Waktu itu lo muntah, gue ingat banget. Itu bukan momen yang indah, kan, buat naksir orang? Tapi karena gue udah lihat momen buruk lo, gue yakin nggak ada yang bisa bikin gue ilfeel lagi."

Ardhan, hal 179

"Mungkin aku memang klepto," kata Tiana pelan, tapi cukup untuk menghentikan semua tawa jahat mereka, "tapi moralku lebih tinggi dari kalian semua. Jangan samain penyakitku dengan kelakuan kalian yang busuk!"

Tiana, pada Sarah, Yunita, dan Tiffany (hal 168)

YES! YOU GO, GIRL!!!

Ada kalanya penulis yang baik harus rela bikin karakternya menderita lagi di pertengahan, setelah adegan-adegan sebelumnya penuh harapan. Demi dinamika plot.

Aku tahu itu. Aku sudah siap dengan apa pun yg bakal terjadi di pertengahan novel ini. Tapi tetep ini nggak bisa mencegah untuk ingin misuh (insert the Javanese version of dog) pada Dinda.


Haaaargh!

"Sekarang sinarnya emang redup, tapi suatu saat, sinarmu bakal jadi jauh lebih terang. Soalnya saat itu, kamu udah nggak pakai pura-pura, kebohongan, atau paksaan lagi. Iya, kan?"

Stefan to Tiana hal 125

Lega liat Tiana didukung buat terapi sama orang-orang di sekitarnya. Tapi ini baru pertengahan cerita. Uh *antisipasi