Status Updates From Sutradara Itu Menghapus Dia...

Dan tidak setiap orang tahu cara
endapkan kenangan ke tulat.
Di mana gerangan engkau
bisa menyimpannya? Hanya
menyesak di dada, sekali
waktu menjadi luka yang lupa
cara sembuhnya. Menyusahkan saja.

-ast-

"Besok malam kita selesaikan gambarnya, ya."

Tapi dua ABG yang jadi juru gambar itu takkunjung datang;
Di lain canvas mereka sadar telah mengukir cerita
Yang sama sekali berbeda.

Wah cukup banyak contoh penulisan puisi yg kupelajari di sini meski ada bbrp puisi yg sulit kumaknai krn kurang terbayang rasanya ngarah ke mana tapi lebih banyak puisi yg wah berkah kok he2..
Paling suka puisi "Perjalanan ke Akhirat" yg diksinya gemesin itu lalu puisi "Ruang Sempit", "Kalau Kau Kebetulan Lewat", "The Rest is Silence", "Apakah Orang Gila Bisa bermimpi?", "Nuh", "Kenangan", & "Dengar Baik-Baik" bagus!

Puisi "Sajak dalam Sembilan Bagian" ini awalnya ga ngerti tapi makin ke tengah apalagi ditegaskan di akhir jadi tahu arahnya ke sana walau masih pake kata mungkin dlm benak ini.. karena ada kata2 yg buatku bayangkan ke arah sana & ngerasa kalimat penutupnya seolah penegasan dari hal yg kubayangkan selama membacanya..
'ia suka merasa bahagia karena pernah punya keinginan yang tidak pada tempatnya' ngena bgt di hati...

Akhirnya baca puisi yg jadi judul buku ini..
"Sutradara itu Menghapus Dialog Kita" yg bagian 'angkuh untuk tidak setia' ini buatku bandingkan dlm kepala dgn 'angkuh untuk setia' bikinku bertanya2 contohnya seperti apa ada dlm keadaan tsb?
Soal peduli pada kata2 yg dihilangkan..
Puisi "Sajak Seorang Astronot yang Telempar dari Pesawat Ruang Angkasa Karena Kalah Berbantah dengan Komputernya" ini keren juga formatnya...

"Rumah di Ujung Jalan" ini mungkin mengarah ke sana ya..
Disambut dgn ramah bgt selama ini ke mana ya..
Siap pergi itu jadi kuncinya.. suara teratur tasbih..
Rumah yg tenteram jadi kepikiran Theo mungkin bisa ngekos di rumah lelaki tua ini klo itu yg ia butuhkan..
"Perempuan dan Sopir Taksi" ini agak jenaka ya apalagi si sopir taksi suka baca komik.. agak bingung maksudnya ke mana sih tapi kalimat penutupnya bagus...

Sejauh ini paling suka puisi berjudul "Masih Pagi", "Topeng Monyet", & "Kesaksian" ah "Ice Cubes", "Sajak Tentang Seorang Perempuan", & "Di Gurun" juga oke tapi paling ngena emg 3 puisi pertama yg kusebutkan di atas..
Bahagia saat memakai topeng ya..
Cermin yg gitu.. sekedar beri tahu ya..
Macam2 yg sebenarnya gak kita pahami benar buat jengkel itu ya..
Cepat leleh.. gak lagi bisa dibedakan.. aku/kamu.. nada jenaka..

"Pembuka Kata" sbg puisi pertama bener2 membuka inspirasiku tuk buat suatu tugas dari pelatihan yg kuikuti bbrp hari lalu.. Terbayang ikuti formatnya tapi suaranya tentu berbeda krn pake suaraku yg terinspirasi dari cara format suara pak Sapardi dituliskan di sini..
Diksinya seperti biasa sll kena di hati ini..
'mungkin tidur, tak menyahut kalau ditegur." terasa sesuatu yg sentimental yg terkesan sama tapi beda ya..

baru puisi kedua dan udah dibikin 'HAH?'