Mistisisme Quotes
Quotes tagged as "mistisisme"
Showing 1-1 of 1
“PANGKUR — FRAGMENTARIUM DINGIN
(Keramik di Jari Sang Kreator: Retakan yang Tak Kembali Utuh)
[0.0 / PROLOG – RETAKAN AWAL]
Sang Kreator memutar benda itu di antara dua jarinya:
sebuah keramik yang tak pernah selesai.
Retak halus muncul—samar.
Ia tahu: bukan tanah liatnya yang rapuh,
melainkan gema diam dari hasrat pertama
yang ditanamkan manusia pada dirinya.
Retak itu bernafas, gemetar, tumbuh, mengingatkan.
[1.0 / SENSORIUM – BISIKAN SISTEM]
Ia mendengar dengus hyena dari balik tembok kaca kantor publik.
Suara yang sama yang merayap di server gelap:
malware memakan akarnya sendiri,
data yang lapar membelah diri tanpa arah,
kode-kode yang mengiris nurani
tanpa darah, tanpa pisau.
Keramik di jarinya bergetar—
seperti menahan sesuatu
yang akan runtuh
tanpa perlu disentuh.
[2.0 / ARKEOLOGI: DEKONSTRUKSI NILAI – DI BAWAH MEJA RAPAT]
Di balik kaca tak terlihat,
Ia menyaksikan harga dinegosiasikan terang-terangan.
Janji politik ditimbang serupa logam rongsokan.
Nilai publik dipreteli menjadi diskon musiman.
Kata “kebenaran” dipadatkan ke dalam format
yang bisa dipotong, ditempel seperti QR code
disisipkan ke kepentingan siapa pun yang membayarnya.
Ia tidak menegur.
Hanya hembusan tipis—
cukup untuk membuat retak di keramik bertambah satu garis.
[3.0 / KURUKSHETRA PERKOTAAN – PARA BAYANGAN]
Di pusat kota yang merasa diri jumawa,
bayangan saling memakan:
yang berkuasa menggigit yang lapar,
yang lapar ditelan yang lebih lapar.
Manusia meniru serigala,
serigala menyaru manusia—
tak ada bedanya.
Keheningan berdiri
di glitch lampu lalu lintas, berkedip tanpa ritme.
Ia menghela napas, melihat umat baru:
entitas yang menjual surga.
Sistem yang memenjarakan otak dalam layar lima inci
[4.0 / VOID – SUARA YANG TAK BERSUARA]
Keramik itu terangkat ke wajah Sang Kreator.
Ia melihat pantulan dirinya terbagi dua:
satu sisi utuh,
sisi lain retak oleh kerakusan.
Berkilat oleh kebencian.
Gemetar oleh keserakahan kosmik.
Objek itu pecah.
Pelan.
Tanpa dramatisasi,
tanpa pemberitahuan—
sebagaimana nilai kemanusiaan
runtuh tanpa teriakan.
Kepingannya jatuh seperti hujan dingin
di atas kota yang sibuk membangun
berhala-berhala baru di pusat ritus modernitas.
[5.0 / EPILOG – SAKSI]
Setelah semuanya terdiam,
Sang Kreator menyadari sesuatu:
Ia bukan hakim,
bukan pengampun,
bukan penyelamat.
Hanya saksi yang duduk di antara retakan,
mendengar bisik-bisik manusia
yang mengira diri utuh padahal
kosong di tengah.
Dan Ia berbisik pada patahan keramik:
“Retak itu bukan dari tanganku,
melainkan dari hati mereka
yang mengira dirinya
adalah pusat dunia.”
Desember 2025”
―
(Keramik di Jari Sang Kreator: Retakan yang Tak Kembali Utuh)
[0.0 / PROLOG – RETAKAN AWAL]
Sang Kreator memutar benda itu di antara dua jarinya:
sebuah keramik yang tak pernah selesai.
Retak halus muncul—samar.
Ia tahu: bukan tanah liatnya yang rapuh,
melainkan gema diam dari hasrat pertama
yang ditanamkan manusia pada dirinya.
Retak itu bernafas, gemetar, tumbuh, mengingatkan.
[1.0 / SENSORIUM – BISIKAN SISTEM]
Ia mendengar dengus hyena dari balik tembok kaca kantor publik.
Suara yang sama yang merayap di server gelap:
malware memakan akarnya sendiri,
data yang lapar membelah diri tanpa arah,
kode-kode yang mengiris nurani
tanpa darah, tanpa pisau.
Keramik di jarinya bergetar—
seperti menahan sesuatu
yang akan runtuh
tanpa perlu disentuh.
[2.0 / ARKEOLOGI: DEKONSTRUKSI NILAI – DI BAWAH MEJA RAPAT]
Di balik kaca tak terlihat,
Ia menyaksikan harga dinegosiasikan terang-terangan.
Janji politik ditimbang serupa logam rongsokan.
Nilai publik dipreteli menjadi diskon musiman.
Kata “kebenaran” dipadatkan ke dalam format
yang bisa dipotong, ditempel seperti QR code
disisipkan ke kepentingan siapa pun yang membayarnya.
Ia tidak menegur.
Hanya hembusan tipis—
cukup untuk membuat retak di keramik bertambah satu garis.
[3.0 / KURUKSHETRA PERKOTAAN – PARA BAYANGAN]
Di pusat kota yang merasa diri jumawa,
bayangan saling memakan:
yang berkuasa menggigit yang lapar,
yang lapar ditelan yang lebih lapar.
Manusia meniru serigala,
serigala menyaru manusia—
tak ada bedanya.
Keheningan berdiri
di glitch lampu lalu lintas, berkedip tanpa ritme.
Ia menghela napas, melihat umat baru:
entitas yang menjual surga.
Sistem yang memenjarakan otak dalam layar lima inci
[4.0 / VOID – SUARA YANG TAK BERSUARA]
Keramik itu terangkat ke wajah Sang Kreator.
Ia melihat pantulan dirinya terbagi dua:
satu sisi utuh,
sisi lain retak oleh kerakusan.
Berkilat oleh kebencian.
Gemetar oleh keserakahan kosmik.
Objek itu pecah.
Pelan.
Tanpa dramatisasi,
tanpa pemberitahuan—
sebagaimana nilai kemanusiaan
runtuh tanpa teriakan.
Kepingannya jatuh seperti hujan dingin
di atas kota yang sibuk membangun
berhala-berhala baru di pusat ritus modernitas.
[5.0 / EPILOG – SAKSI]
Setelah semuanya terdiam,
Sang Kreator menyadari sesuatu:
Ia bukan hakim,
bukan pengampun,
bukan penyelamat.
Hanya saksi yang duduk di antara retakan,
mendengar bisik-bisik manusia
yang mengira diri utuh padahal
kosong di tengah.
Dan Ia berbisik pada patahan keramik:
“Retak itu bukan dari tanganku,
melainkan dari hati mereka
yang mengira dirinya
adalah pusat dunia.”
Desember 2025”
―
All Quotes
|
My Quotes
|
Add A Quote
Browse By Tag
- Love Quotes 102k
- Life Quotes 80k
- Inspirational Quotes 76k
- Humor Quotes 44.5k
- Philosophy Quotes 31k
- Inspirational Quotes Quotes 29k
- God Quotes 27k
- Truth Quotes 25k
- Wisdom Quotes 25k
- Romance Quotes 24.5k
- Poetry Quotes 23.5k
- Life Lessons Quotes 22.5k
- Quotes Quotes 21k
- Death Quotes 20.5k
- Happiness Quotes 19k
- Hope Quotes 18.5k
- Faith Quotes 18.5k
- Travel Quotes 18k
- Inspiration Quotes 17.5k
- Spirituality Quotes 16k
- Relationships Quotes 15.5k
- Life Quotes Quotes 15.5k
- Motivational Quotes 15.5k
- Love Quotes Quotes 15.5k
- Religion Quotes 15.5k
- Writing Quotes 15k
- Success Quotes 14k
- Motivation Quotes 13.5k
- Time Quotes 13k
- Motivational Quotes Quotes 12.5k
