Goodreads helps you follow your favorite authors. Be the first to learn about new releases!
Start by following Leila S. Chudori.

Leila S. Chudori Leila S. Chudori > Quotes

 

 (?)
Quotes are added by the Goodreads community and are not verified by Goodreads. (Learn more)
Showing 1-30 of 81
“Aku tak ingin berakhir seperti mereka, saling mencintai. Lantas kehilangan dan kini mereka hanya mengenang dan merenung dari jauh.”
Leila S. Chudori, Pulang
“Jangan sekali-kali meminta maaf untuk mempertahankan prinsip!”
Leila S. Chudori, Pulang
“Ketidaktahuan dan ketidakpastian kadang-kadang jauh lebih membunuh daripada pembunuhan.”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“Matilah engkau mati
kau akan lahir berkali-kali...”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“Setiap huruf berloncatan mencari jodoh membentuk kata; setiap kata meliuk, melesat, dan mungkin saling bertabrakan dan rebutan mendapatkan jodoh untuk membentuk daya puitik. Setiap huruf mempunyai ruh, mempunyai nyawa, dan memilih kehidupannya sendiri.”
Leila S. Chudori, Pulang
“Dan bibirnya adalah sepotong puisi yang belum selesai. Aku yakin, hanya bibirku yang bisa menyelesaikannya menjadi sebuah puisi yang lengkap.”
Leila S. Chudori, Pulang
“Rumah adalah tempat di mana aku merasa bisa pulang. (Dimas Suryo)”
Leila S. Chudori, Pulang
“Ibu mana pun, yang baik atau buruk, tetap terluka ketika anaknya dicela. Meski celaan itu tidak salah, dan juga bukan fitnah. Tetapi tali pusar anak dari ibunya hanya diputus oleh sebilah gunting dunia. Di antara mereka berdua ada pertalian abadi, yang bahkan oleh seorang ayah pun tak bisa dipahami”
Leila S. Chudori, Pulang
“Mengapa benda mati disebut sesuatu yang mati? Terkadang mereka lebih 'hidup' dan lebih jujur memberikan saksi.”
Leila S. Chudori, Pulang
“Pengkhianat ada di mana-mana, bahkan di depan hidung kita, Laut. Kita tak pernah tahu dorongan setiap orang untuk berkhianat: bisa saja duit, kekuasaan, dendam, atau sekadar rasa takut dan tekanan penguasa. Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“Kau tak boleh menyeret-nyeret nasib dan perasaan orang hingga hati orang itu tercecer ke mana-mana. Kau harus berani memilih dengan segala risikonya.”
Leila S. Chudori, Pulang
“Indonesia adalah negara sedang berkembang yang terjerat begitu banyak utang, tetapi sekian persen di pucuk atas piramida penduduknya berbelanja tas dan sepatu Louis Vuitton di Paris.”
Leila S. Chudori, Pulang
“Kematianku tak lebih dari seperti saat seorang penyair menuliskan tanda titik pada akhir kalimat sajaknya.”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“Lebih mudah untuk tidak memilih, seolah tak ada konsekuensi. Tetapi seperti katamu, memilih adalah jalan hidup yang berani.”
Leila S. Chudori
“Aku hanya yakin pada diri sendiri, bahwa keinginanku hanya terus-menerus berlayar. Atau menggunakan bahasa Maman, aku terbang seperti burung camar tanpa ingin hinggap. Akibatnya, nasib yang memilihku. Bukan aku yang menentukan nasib.”
Leila S. Chudori, Pulang
“Menurut Maman, apakah Ayah seorang Ekalaya?"
Aku menuang anggue ke dalam gelas. Anggur merah.
"Non."
"Kenapa tidak?"
"Dia seorang Bima, yang selalu ingin melindungi perempuan yang dicintainya.”
Leila S. Chudori, Pulang
“Apakah kita sudah harus mengambil jeda dalam perjalanan yang masih panjang ini. Saat menulis, aku tak suka titik. Aku gemar tanda koma. Tolong jangan perintahkan aku untuk berhenti dan tenggelam dalam stagnansi. Jangan.”
Leila S. Chudori, Pulang
“Benarkah angin tidak sedang mencoba menyentuh bibirnya yang begitu sempurna?”
Leila S. Chudori, Pulang
“Ketika seseorang memutuskan untuk menikah, pada saat itulah ia memulai suatu perjalanan yang panjang, asing dan penuh tantangan. Dan kita harus sangat yakin bahwa kawan perjalanan kita itu adalah orang yang tepat dan bisa bekerja sama ketika meniti...”
Leila S. Chudori, Malam Terakhir: Kumpulan Cerpen
tags: life
“Aku tak tahu apakah aku sudah membuat jejak atau belum selama hidupku.

Sudah. Kamu membuat bait pertama dari puisi hidupmu. Kamu melawan.”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“Kita tak ingin selama-lamanya berada di bawah pemerintahan satu orang selama puluhan tahun, Laut. Hanya di negara diktatorial satu orang bisa memerintah begitu lama...seluruh Indonesia dianggap milik keluarga dan kroninya. Mungkin kita hanya nyamuk-nyamuk pengganggu bagi mereka. Kerikil dalam sepatu mereka. Tapi aku tahu satu hal: kita harus mengguncang mereka. Kita harus mengguncang masyarakat yang pasif, malas, dan putus asa agar mereka mau ikut memperbaiki negeri yang sungguh korup dan berantakan ini, yang sangat tidak menghargai kemanusiaan ini, Laut.

Kinan”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“....jangan menganggap bahwa hidup adalah serangkaian kekalahan.”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
tags: hidup
“Orang yang suatu hari berhianat pada kita biasanya adalah orang yang tak terduga, yang kau kira adalah orang yang mustahil melukai punggungmu.”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“Rasa ingin tahu adalah kualitas terbaik dalam jurnalisme.”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tidak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“DPRD atau DPR selama ini adalah septic tanc, tempat penampungan belaka. Negara ini sama sekali tidak mengenal empat pilar. Kami hanya mengenal satu pilar kokoh yang berkuasa: presiden.”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“Siapakah pemilik sejarah? Siapa yang menentukan siapa yang jadi pahlawan dan siapa yang penjahat? Siapa pula yang menentukan akurasi setiap peristiwa?”
Leila S. Chudori, Pulang
“Mungkin aksi Payung Hitam setiap hari Kamis bukan sekadar sebuah gugatan, tetapi sekaligus sebuah terapi bagi kami dan warga negeri ini; sebuah peringatan bahwa kami tak akan membiarkan sebuah tindakan kekejian dibiarkan lewat tanpa hukuman. Payung Hitam akan terus-menerus berdiri di depan istana negara. Jika bukan presiden yang kini menjabat yang memberi perhatian, mungkiin yang berikutnya, atau yang berikutnya....”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“Laut itu, Asmara, tak hanya terdiri dari ikan cantik dan kuda laut, tetapi juga pada masanya ada badai dan ombak besar yang hanya bisa dijinakkan oleh tembang merdu para nelayan.

Alex”
Leila S. Chudori, Laut Bercerita
“Siapa gerangan yang menciptakan diorama? Apakah sejak semula itu dibuat untuk alat informasi, pendidikan, propaganda, atau hiburan? Atau semuanya sekaligus? Apakah penciptanya kelak tahu bahwa diorama bisa digunakan secara efektif sebagai dongeng bagi anak-anak sekolah, tentang bagaimana negeri ini terbentuk menjadi sebuah negeri penuh luka dan paranoia?”
Leila S. Chudori, Pulang

« previous 1 3
All Quotes | Add A Quote
Laut Bercerita Laut Bercerita
24,083 ratings
Pulang Pulang
9,875 ratings
9 dari Nadira 9 dari Nadira
3,058 ratings
Namaku Alam: Jilid 1 Namaku Alam
2,622 ratings