Sejarah Quotes

Quotes tagged as "sejarah" Showing 1-30 of 62
Pramoedya Ananta Toer
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”
Pramoedya Ananta Toer, House of Glass

Goenawan Mohamad
“Hanya mereka yang mengenal trauma, mereka yang pernah dicakar sejarah, tahu benar bagaimana menerima kedahsyatan dan keterbatasan yang bernama manusia”
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 4

Dee Lestari
“Sejarah memiliki tampuk istimewa dalam hidup manusia, tapi tidak lagi melekat utuh pada realitas. Sejarah seperti awan yang tampak padat berisi tapi ketika disentuh menjadi embun yang rampuh.”
Dee

Goenawan Mohamad
“Keprihatinan, seperti halnya kebanggaan, juga kecemasan, seperti halnya optimisme—semua itu adalah pertanda rasa ikut memiliki. Atau rasa terpanggil. Barangkali karena tanah air memang bukan cuma sepotong geografi dan selintas sejarah. Barangkali karena tanah air adalah juga sebuah panggilan”
Goenawan Mohamad

Faisal Tehrani
“Janganlah tuan-tuan percaya kalau sejarah itu dikatakan satu sahaja, jangan-jangan ada lain perkara di sebaliknya (Ketupat Cinta Musim Pertama)”
Faisal Tehrani

Goenawan Mohamad
“Sejarah terbentuk dari siklus. Riwayat berputar seperti roda gerobak sapi. Masa baik datang, tapi nanti masa buruk menggantikan. Bila itu terjadi, bagaimana pun baiknya manusia, malapetaka tak akan terelakkan .”
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 1

Pramoedya Ananta Toer
“..babak sinthesis sedang di ambang pintu. Yang jelas, semua yang telah terjadi akan abadi dalam ingatan bangsa ini dan umat manusia sepanjang abad, tak peduli orang suka atau tidak. Para pengarang akan menghidupkannya lebih jelas dalam karya-karyanya. Para pembunuh dan terbunuh akan menjadi abadi di dalamnya daripada sebagai pelaku sejarah saja. Topeng dan jubah suci akan berserakan.”
Pramoedya Ananta Toer

Goenawan Mohamad
“Tapi barangkali sejarah memang terdiri dari penemuan-penemuan separuh benar, atau separuh salah, hingga kemajuan terjadi”
Goenawan Mohamad

Rizki Ridyasmara
“Sejarah adalah suatu proses yang hidup, saling berbenturan, saling berinteraksi, saling mengembangkan diri, tidak saja antara daerah satu dengan daerah lain namun lingkupnya sangat luas. Hasil interaksi antara satu peristiwa lain, yang juga akan terus berinteraksi dan berkembang, bagai rangkaian benturan atom yang tak pernah berakhir, demikian terus tidak kenal kata henti sampai dunia ini berakhir dalam kepunahan (kiamat).”
Rizki Ridyasmara, The Jacatra Secret

Goenawan Mohamad
“Selalu ada yang bisa mengerikan dalam hubungan kita dengan sejarah. Tapi pada saat yang sama, selalu ada yang membuat masa lalu berharga justru dalam kerapuhan manusia.”
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 5

Goenawan Mohamad
“Sejarah sebenarnya tak mampu menyusun peta waktu, sebagaimana geografi tak bisa menyusun peta bumi dan penghuni.”
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 7

Goenawan Mohamad
“Tapi manusia bukan cetakan tunggal mumi adam diatas bumi, yang ditaruh dalam gelas, tanpa sejarah, tanpa keterlanjutan kebudayaan.”
Goenawan Mohamad, CATATAN PINGGIR 2

Stebby Julionatan
“Sejarah manusia adalah sejarah sepatu. Sejarah tentang tempat dimana ia pernah berpijak dan menjejak.”
Stebby Julionatan

Goenawan Mohamad
“Dan Sejarah pun seakan akan menggunjal nafas, capek dan gaek, dihadapan kini. Kini itu tak kunjung berhenti. Yang terpeluk oleh Sejarah hanya segala yang telah lewat, reruntuhan.”
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 7

“.
di hamparan dunia yang penuh perdebatan ini.
tuhan menjanjikan akhir zaman untuk sepasang mata.
dan cucu adam menciptakan resah,gelap dan kerusuhan saja. .
.

mungkin kita hanya debu atau sebuah sejarah,
yang berjalan di bawah samudera.
atau dengan ke tidak berdayaan ini.
berambisi menembus firmament
~Andra dobing”
andra dobing

Seno Gumira Ajidarma
“Sebuah bisikan betapa pun lemahnya tiada akan hilang bukan?”
Seno Gumira Ajidarma, Sepotong Senja untuk Pacarku

Seno Gumira Ajidarma
“Siapa yang tidak suka merasa nyaman dan tenang di dunia ini Sukab, di sebuah dunia yang sudah miskin masih bersimbah darah pula?”
Seno Gumira Ajidarma, Sepotong Senja untuk Pacarku

“Dalam sejarah Indonesia, Pulau Buru tahun 1969–1979 bukan hanya sebuah lokasi terjadinya kerja paksa, hinaan, siksaan, dan kematian yang dipaksakan oleh anak-anak bangsa terhadap sesama anak bangsa. Ia juga tempat jiwa-jiwa sekuat baja digembleng untuk mampu bertahan hidup di tengah kerja paksa, hinaan, siksaan dan kematian yang dipaksakan itu. Goresan-goresan sketsa Pak Greg dalam buku ini, berikut catatan-catatan yang mengiringinya, ialah saksinya.
Mencermati serpihan kisah-kisah menarik dan personal yang terungkap dalam buku ini, kita tidak hanya diajak untuk “berziarah” ke pulau penuh kenangan duka itu. Kita juga dipanggil untuk bersama-sama bertanya: sejauh kita belum berani meratapi dan merefleksikan masa lalu kelam kita, layakkah kita melangkah dan menatap masa depan dengan mata berbinar penuh harapan?”
Baskara T. Wardaya, Tiada Jalan Bertabur Bunga: Memoar Pulau Buru dalam Sketsa

Zaen Kasturi
“tak perlu tanda tanya
kerana kita adalah buku rahsia yang telah lama terbuka
sejak kata pertama jatuh mencari makna,” bisik benih kepada tanah
yang menumbuh dan menyuburkannya

(siapa di antara sela rerumputan)”
Zaen Kasturi, Fajar Lingkung Lembayung

Ahmad Fuadi
“History is not nostalgic art, but history is ibrah, lessons, that we can pull to the present, to prepare for a better future,” -105”
Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

“Penyakit yang Menghambat Dunia Islam :

Pertama, mewabahnya keputusasaan
yang faktor pemicunya ada dalam diri kita sendiri

Kedua, matinya kejujuran dalam kehidupan sosial dan politik

Ketiga, suka kepada permusuhan

Empat, mengabaikan tali cahaya yang menyatukan sesama orang mukmin

Kelima, penindasan yang menyebar seumpama penyakit menular

Keenam, perhatian yang hanya tertuju pada kepentingan pribadi.

( Badiuzzaman Said Nursi dalam Novel Api Tauhid)”
Habiburrahman El Shirazy

Zaen Kasturi
“jangan bicara di sini
diam atau tidur saja
kerana suara adalah kaca
yang hanya mencipta luka demi luka
— semata luka

(kerana suara adalah kaca)”
Zaen Kasturi, Fajar Lingkung Lembayung

Toba Beta
“Kesalahan logis saat memahami sejarah adalah “pikiran berasumsi bahwa prasejarah adalah sesuatu yang sangat jauh.”
Toba Beta

Toba Beta
“Prasejarah adalah kejadian yang akan dialami oleh pikiran terbuka di masa depan.”
Toba Beta

Soe Tjen Marching
“Siapa pun bisa jadi jahat dan berbuat keji, tapi jauh lebih gampang memusuhi etnis daripada kelakuan seseorang. Karena kelakuan yang keji itu sering kali bisa disembunyikan. Sedangkan warna kulit, mata sipit, rambut pirang, atau hidung mancung lebih gampang kelihatan.”
Soe Tjen Marching, Dari Dalam Kubur

Soe Tjen Marching
“Inilah penjajahan yang sempurna—ketika sang budak jadi bahagia sebagai budak, bahkan memuja dan membela mati-matian sang tuan dengan jiwa raga mereka.”
Soe Tjen Marching, Dari Dalam Kubur

Seno Gumira Ajidarma
“Kami bersekolah, tetapi kami tidak boleh berpikir dengan cara kami sendiri. Kami tidak berbicara dalam bahasa kami, kami tidak mempelajari sejarah kami sendiri, dan kami tidak mungkin mengungkapkan pendirian dan cita-cita kami, karena setiap kali hal itu dilakukan, selalu ada yang ditangkap, disiksa, dan masuk bui tanpa diadili.”
Seno Gumira Ajidarma, Saksi Mata

Titon Rahmawan
“JENAWI

II. Kitab Lengkara

Tetapi nama siapa nanti yang akan tertera sempurna                                                                     dalam kitab lengkara, namamukah itu? Ia yang merasa                                                                      menemu hakekat kebenaran pada ihwal kehidupan                                                                    yang konon pernah dijanjikan oleh para empu. Selain                                                                   kilas wajah sebalik topeng atau barangkali sebuah persona                                                                        kepada siapa engkau mempersembahkan setiap tetes darah                                                       yang dengan susah-payah engkau titikkan lewat bujuk rayu                                                         atau keras hardikanmu? Sekali badik ditarik pantang kembali                                                                      ke dalam sarung sebelum ia puas menikam.

Tapi demi satu cintaku                                                                                                                  Tusuklah daku, Sayangku. Tetaklah tubuhku.                                                                                       Tebah - dedahlah dadaku dengan kelebat amarahmu.                                                                   Tapi jangan engkau abaikan aku. Jangan kautenung aku                                                              dengan kilau tatap matamu. Jerau jantung hatimu                                                                         yang setiap saat ingin mengejar – mencari mati                                                                                   agar esok aku bisa berharap terlahir kembali                                                                                   dalam kekal ingatanmu                                                                                                                                                                             yang sungguh kutahu                                                                                                                         betapa pongah itu.

Okober 2015”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“ELEGI TIGA BUNGA DALAM 6 KEMUNGKINAN

I. Triptych of the Burning Earth

1. Padma

Engkau bangkit dari air
seperti wajah pagi
yang baru dibasuh cahaya.

Di tubuhmu,
lumpur berbicara dalam bahasa diam,
dan aku mendengar suara
kulit buah merekah
di bawah kelopakmu.

2. Kemuning

Ada matahari kecil
yang patah di tengah daunmu.
Ia mengirim aroma samar
yang ingin menjadi musim panas,
namun hujan menahannya
dalam ambang yang gemetar.

Setiap kuningmu
seperti lantunan terakhir
dari gitar yang terlalu letih
untuk bernyanyi lagi.

3. Mawar

Kau adalah mulut bumi.
Kau berdarah dari telapak
yang lapar pada sentuhan.

Aku menunduk,
membaca dagingmu
seperti membaca sebuah puisi
yang dipahat angin.

Duri-durimu adalah alasan
mengapa cinta memilih manusia
untuk menangis.

II. Three Flowers as Gateways to the Soul

1. Padma

Di dasar air yang tak bernama,
ia menunggu kelahirannya sendiri
dalam bentuk doa paling sunyi.

Segala cahaya yang menyentuhnya
tidak datang dari dunia,
melainkan dari ruang terdalam tubuhnya
yang telah lama menahan sebuah jawaban.

2. Kemuning

Ia berdiri sebagai jeda
antara dua tarikan napas Tuhan.

Warna lembutnya adalah gema
dari sesuatu yang pernah sempurna,
namun memilih menua
agar dapat kembali ke tepi.

Setiap daun yang jatuh
mengajarkan cara pulang
tanpa melangkah.

3. Mawar

Lihatlah ia menutup dan membuka
seperti hati seorang malaikat
yang belajar menjadi manusia.

Dalam merahnya
ada suara yang tidak ingin diucapkan,
sebuah beban keindahan
yang hampir menjadi derita.

Duri-durinya
adalah pemisah halus
antara kasih
dan keterlucutan total.

III. The Thorned Trinity

1. Padma

Aku melihatmu bangkit
dari rawa yang dingin,
membawa diam
yang tak ingin disentuh siapa pun.

Air menelan bayanganmu,
tapi kau tetap mengembang,
seperti luka
yang memilih membesar.

2. Kemuning

Kuningmu adalah memar lama
yang tidak pernah sembuh.

Kau berdesis dalam cahaya
seakan ingin kembali menjadi benih,
menghapus sejarah kecilmu
yang terlalu rapuh untuk diselamatkan.

Ada ketakutan samar
di setiap hela nafasmu.

3. Mawar

Kau adalah pisau merah
yang menyamar sebagai bunga.

Kelopakmu gemetar
oleh ingatan yang tidak mau mati,
sementara duri-durimu
mengunyah udara
seperti gigi yang menahan amarah.

Aku mencium aromamu
dan merasakan besi.
Aku menyentuhmu
dan mendengar sesuatu
di dalam diriku retak.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“ELEGI TIGA BUNGA DALAM 6 KEMUNGKINAN

IV. Triptych of the Flowery Dwarf

1. Padma

Di kolam itu, bulan merintih
seperti kuda putih yang kelelahan.

Dari lumpur, Padma bangkit—
mengenakan gaun malam
yang dijahit dari nafas nenek moyang
hantu air.

Ia membuka kelopaknya
dan terdengarlah suara gitar jauh
di perbukitan:
suara yang lahir dari luka
dan kembali menjadi luka.

2. Kemuning

Kemuning menari sendirian
di halaman senyap tanah Jawa.

Kuningnya bersinar
seperti cincin emas di jari
seorang janda muda
yang tak ingin menikah lagi.

Angin membawa kabar
bahwa setiap kelopak
pernah menjadi mata seorang anak
yang mencari ibunya
di hutan paling gelap.

3. Mawar

Mawar adalah gadis penari
yang menyembunyikan pisau kecil
di balik selendang merahnya.

Ia tersenyum pada fajar
tapi senyum itu terbakar
sebelum sempat jatuh ke tanah.

Di sekitar durinya,
kurcaci menari—
menebar dingin pada udara,
menghembus nyawa pada warna.

V. Three Flowers upon the Turning Gyre

1. Padma

Di permukaan air yang tua,
Padma berdiri sebagai pengingat
bahwa dunia pernah muda.

Ia membuka dirinya
seperti wahyu kecil
dari zaman yang nyaris terlupa,
zaman ketika roh dan manusia
masih bersalaman tanpa rasa takut.

2. Kemuning

Dalam kilau keemasannya,
ada masa depan yang belum tiba.

Ia melintas seperti burung kepodang
di antara dua lingkaran takdir,
seakan mengetahui
bahwa segala kecantikan
adalah nubuat berbahaya
yang menuntut korban.

3. Mawar

Mawar tumbuh
di jantung lingkar perputaran—
tempat para dewa lama
dan para pahlawan muda
saling menatap tanpa bicara.

Merahnya adalah sumbu
yang menyalakan usia-usia dunia;
duri-durinya adalah penjaga
yang tahu bahwa cinta
selalu menuntut kelahiran kedua.

VI. Three Flowers of Memory

1. Padma

Aku melihatmu, Padma,
di kolam yang tak berani
menyebut nama kekasihnya.

Kau tegak,
seperti perempuan yang menunggu
suami yang tak kembali dari perang.

Kelopakmu diam—
diam yang berat,
diam yang hanya dimengerti
oleh air yang pernah menangisi salju.

2. Kemuning

Engkau kecil dan lembut,
tapi menyimpan dingin
yang tak mampu dipatahkan matahari.

Kuningmu mengingatkanku
pada sepucuk surat
yang tak pernah terkirim,
namun tetap dibaca
oleh seseorang yang terus menunggu
di malam-malam panjang
pengasingan.

3. Mawar

Duri-durimu mengingatkan
pada kata-kata yang tak kuucapkan.

Merahmu seperti wajah seorang ibu
yang tak lagi menjerit
karena telah kehabisan suara.

Aku menyentuhmu,
dan kau bergetar—
seperti hati perempuan
yang tahu bahwa cinta
lebih kuat dari kematian,
namun selalu kalah
oleh sejarah.

Desember 2025”
Titon Rahmawan

« previous 1 3