Ratapan Quotes

Quotes tagged as "ratapan" Showing 1-2 of 2
Titon Rahmawan
“ELEGI TIGA BUNGA DALAM 6 KEMUNGKINAN

I. Triptych of the Burning Earth

1. Padma

Engkau bangkit dari air
seperti wajah pagi
yang baru dibasuh cahaya.

Di tubuhmu,
lumpur berbicara dalam bahasa diam,
dan aku mendengar suara
kulit buah merekah
di bawah kelopakmu.

2. Kemuning

Ada matahari kecil
yang patah di tengah daunmu.
Ia mengirim aroma samar
yang ingin menjadi musim panas,
namun hujan menahannya
dalam ambang yang gemetar.

Setiap kuningmu
seperti lantunan terakhir
dari gitar yang terlalu letih
untuk bernyanyi lagi.

3. Mawar

Kau adalah mulut bumi.
Kau berdarah dari telapak
yang lapar pada sentuhan.

Aku menunduk,
membaca dagingmu
seperti membaca sebuah puisi
yang dipahat angin.

Duri-durimu adalah alasan
mengapa cinta memilih manusia
untuk menangis.

II. Three Flowers as Gateways to the Soul

1. Padma

Di dasar air yang tak bernama,
ia menunggu kelahirannya sendiri
dalam bentuk doa paling sunyi.

Segala cahaya yang menyentuhnya
tidak datang dari dunia,
melainkan dari ruang terdalam tubuhnya
yang telah lama menahan sebuah jawaban.

2. Kemuning

Ia berdiri sebagai jeda
antara dua tarikan napas Tuhan.

Warna lembutnya adalah gema
dari sesuatu yang pernah sempurna,
namun memilih menua
agar dapat kembali ke tepi.

Setiap daun yang jatuh
mengajarkan cara pulang
tanpa melangkah.

3. Mawar

Lihatlah ia menutup dan membuka
seperti hati seorang malaikat
yang belajar menjadi manusia.

Dalam merahnya
ada suara yang tidak ingin diucapkan,
sebuah beban keindahan
yang hampir menjadi derita.

Duri-durinya
adalah pemisah halus
antara kasih
dan keterlucutan total.

III. The Thorned Trinity

1. Padma

Aku melihatmu bangkit
dari rawa yang dingin,
membawa diam
yang tak ingin disentuh siapa pun.

Air menelan bayanganmu,
tapi kau tetap mengembang,
seperti luka
yang memilih membesar.

2. Kemuning

Kuningmu adalah memar lama
yang tidak pernah sembuh.

Kau berdesis dalam cahaya
seakan ingin kembali menjadi benih,
menghapus sejarah kecilmu
yang terlalu rapuh untuk diselamatkan.

Ada ketakutan samar
di setiap hela nafasmu.

3. Mawar

Kau adalah pisau merah
yang menyamar sebagai bunga.

Kelopakmu gemetar
oleh ingatan yang tidak mau mati,
sementara duri-durimu
mengunyah udara
seperti gigi yang menahan amarah.

Aku mencium aromamu
dan merasakan besi.
Aku menyentuhmu
dan mendengar sesuatu
di dalam diriku retak.”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“ELEGI TIGA BUNGA DALAM 6 KEMUNGKINAN

IV. Triptych of the Flowery Dwarf

1. Padma

Di kolam itu, bulan merintih
seperti kuda putih yang kelelahan.

Dari lumpur, Padma bangkit—
mengenakan gaun malam
yang dijahit dari nafas nenek moyang
hantu air.

Ia membuka kelopaknya
dan terdengarlah suara gitar jauh
di perbukitan:
suara yang lahir dari luka
dan kembali menjadi luka.

2. Kemuning

Kemuning menari sendirian
di halaman senyap tanah Jawa.

Kuningnya bersinar
seperti cincin emas di jari
seorang janda muda
yang tak ingin menikah lagi.

Angin membawa kabar
bahwa setiap kelopak
pernah menjadi mata seorang anak
yang mencari ibunya
di hutan paling gelap.

3. Mawar

Mawar adalah gadis penari
yang menyembunyikan pisau kecil
di balik selendang merahnya.

Ia tersenyum pada fajar
tapi senyum itu terbakar
sebelum sempat jatuh ke tanah.

Di sekitar durinya,
kurcaci menari—
menebar dingin pada udara,
menghembus nyawa pada warna.

V. Three Flowers upon the Turning Gyre

1. Padma

Di permukaan air yang tua,
Padma berdiri sebagai pengingat
bahwa dunia pernah muda.

Ia membuka dirinya
seperti wahyu kecil
dari zaman yang nyaris terlupa,
zaman ketika roh dan manusia
masih bersalaman tanpa rasa takut.

2. Kemuning

Dalam kilau keemasannya,
ada masa depan yang belum tiba.

Ia melintas seperti burung kepodang
di antara dua lingkaran takdir,
seakan mengetahui
bahwa segala kecantikan
adalah nubuat berbahaya
yang menuntut korban.

3. Mawar

Mawar tumbuh
di jantung lingkar perputaran—
tempat para dewa lama
dan para pahlawan muda
saling menatap tanpa bicara.

Merahnya adalah sumbu
yang menyalakan usia-usia dunia;
duri-durinya adalah penjaga
yang tahu bahwa cinta
selalu menuntut kelahiran kedua.

VI. Three Flowers of Memory

1. Padma

Aku melihatmu, Padma,
di kolam yang tak berani
menyebut nama kekasihnya.

Kau tegak,
seperti perempuan yang menunggu
suami yang tak kembali dari perang.

Kelopakmu diam—
diam yang berat,
diam yang hanya dimengerti
oleh air yang pernah menangisi salju.

2. Kemuning

Engkau kecil dan lembut,
tapi menyimpan dingin
yang tak mampu dipatahkan matahari.

Kuningmu mengingatkanku
pada sepucuk surat
yang tak pernah terkirim,
namun tetap dibaca
oleh seseorang yang terus menunggu
di malam-malam panjang
pengasingan.

3. Mawar

Duri-durimu mengingatkan
pada kata-kata yang tak kuucapkan.

Merahmu seperti wajah seorang ibu
yang tak lagi menjerit
karena telah kehabisan suara.

Aku menyentuhmu,
dan kau bergetar—
seperti hati perempuan
yang tahu bahwa cinta
lebih kuat dari kematian,
namun selalu kalah
oleh sejarah.

Desember 2025”
Titon Rahmawan