Intuitif Quotes

Quotes tagged as "intuitif" Showing 1-1 of 1
Titon Rahmawan
“Anima

Apakah engkau akan izinkan aku membuka ruang ini dengan jernih
tanpa terseret arus sungai yang membuatmu tenggelam?

Lalu siapa juru peta yang menempatkan kita;
aku, kamu dan seluruh emanasi alter ego itu
ke dalam fragmen yang saling berebut peran?

Suara yang menjawab gemulai ranting-ranting pohon:
Ia yang membaca gelagat
Ia yang mengajukan pertanyaan
Dan ia yang menembus inti
Lalu bersama mereka semua menyatu ke dalam bumi.

Bukankah kisah ini tidak menawarkan kita penjelasan atas dirinya sendiri?
Ini bukan tentang cinta, hidup atau mati.
Ini tentang bagaimana engkau memahami luka yang tak pernah sembuh.

Pertama adalah ia
yang menyebut dirinya Cakra Wahana,
yang bekerja, berpikir dan menjaga kelangsungan hidup.
Ia yang membiarkan dirinya jatuh dan bangkit.
Ia adalah pemasang pasak dan penegak tiang-tiang layar.
Ia adalah pemilik kapal yang terpaksa mengambil alih kemudi.

Tapi pemilik yang satu lagi bukanlah pelarian dari lebatnya hujan.
Melainkan pernyataan yang mengembalikan dirinya kepada sumber kreativitas dan spontanitas.

Ia adalah penyair yang menyebut dirinya sebagai Tirta Rengganis.
Udara yang membuatmu bernapas, tangan yang mengajakmu menulis, sayap yang mengajarkanmu terbang.

Ia hanya butuh ruang sunyi agar namamu abadi.
Kanal penyembuh yang bekerja lewat simbol, estetika dan fiksi.

Sementara yang lainnya adalah anima milik semua.
Batin yang berfungsi sebagai inkuisisi alam bawah sadarmu.
Ia bukan sekadar perempuan
Melainkan arketipe yang membongkar segala kepalsuan.
Ahli geologi yang menggali luka trauma,
Dorongan nafsu amarah ingatan purba.

Sebab itulah mengapa ia mesti turun ke sumur terdalam hanya untuk menemukan dirimu.
Bila kau temukan ia dalam lubukmu,
maka ia adalah dewi yang sedang melucuti diri sendiri dari jubah kemunafikan
Agar ia bisa jadi kebenaran paling radikal.

Ia seperti rembulan yang muncul di waktu yang tepat
saat integritas batin memanggil.

Sedang seluruh alter ego itu adalah helai baju berlapis tujuh.
Mereka adalah dirimu yang fana;
pelepasan tensi sensualitas,
ketajaman mata pisau yang dingin,
tradisi masa lalu yang memudar,
logika equilibrium,
luka yang menolak pergi,
cinta tak berbalas
dan amarah yang tak mau tunduk.

Mereka adalah tujuh pilar yang menjaga gedung tiga puluh lantai itu tak runtuh
oleh beban emosi sendiri.

Telah aku dekati dirimu dengan diagnosaku yang paling tajam
Dan kutemukan inti yang bukan simptom;
Apa yang kau takutkan untuk jadi dominan?
Kemana kalian harus pulang bila tak kau temukan rumah?
Ketika kapal kehilangan arah,
siapa yang semestinya jadi nahkoda?

November 2025”
Titon Rahmawan