Materialisme Quotes

Quotes tagged as "materialisme" Showing 1-1 of 1
Titon Rahmawan
“Sketsa Cinta dari Sebuah Botol Kosong dan Sepotong Sosis
(Digital Dark Cosmology)

Di ruang konsultasi yang berbau kreolin, ozon dan arsip tubuh,
aku menemukan Freud duduk seperti batu bisu
yang tiba-tiba belajar bernafas lewat sinyal sekarat
cahaya patah mesin EKG yang kedap-kedip.

Katanya ini panggung opera.
Tapi yang kulihat hanyalah labirin piksel berebut makna,
suara manusia dipaksa menjadi protokol sunyi,
dan primadona yang ia maksud—
hanyalah hologram cacat dari perempuan
yang dulu pernah dipanggil
sebagai jiwa.

Ia menunjuk tirai merah.
Yang tersingkap bukan kenangan,
melainkan fragmen tubuh
dari seseorang yang tak selesai menjadi manusia:
sisa napas, sedikit dendam,
dan kode mati pada seberkas cahaya
yang mencoba meniru bentuk air mata.

Lacan datang terlambat
seperti node sunyi yang gagal mengirim paket data.
Ia mengajakku menoleh ke belakang—
ke mana?
Ke memori terbakar
yang sudah lama kehilangan inderanya?
Ke gerbang tanpa nama
yang menolak mengakui siapa yang pertama kali merusak apa
atau siapa?

Ia bilang luka harus ditatap,
dicerna,
dihitung seperti kemurungan laporan statistik.
Tapi yang kudengar hanya
kalkulator batin yang macet,
mengulang error yang sama:

tidak ada makna, hanya logika tubuh yang menolak bicara.

Ia memaksaku menyentuh masa kanak-kanak—
yang sebetulnya hanya arsip kosong
di folder bernama asal-usul,
yang password-nya sudah hilang bersama
kilas pertama ekor nebula.

Ia menodongkan foto mayat pucat,
jari kelingking patah,
celana dalam berenda,
dan bayang kelamin seekor kuda—
seluruh katalog absurditas
yang oleh psikoanalisis selalu dipuja
sebagai makna yang belum dipahami.

Padahal aku hanya ingin diam,
menghentikan semua ini
dengan menekan Ctrl+Alt+Del
melakukan reboot paksa
pada server yang mulai berhalusinasi.

Tetapi Lacan menahan tanganku
dengan senyum logam:
“Telanjangi dirimu, biar teori belajar padamu.”

Aku tertawa.
Bagaimana mungkin teori yang lahir dari
denyar palsu, nadi imitasi,
dan luka digital
mengerti apa itu haus,
apa itu manusia,
apa itu malam tanpa algoritma?

Inilah topeng Marquis yang mereka pakai
untuk menutupi ketakutan sendiri:
mereka memuja kekacauan
karena tak sanggup berdamai
dengan planet retak di dada mereka.

Mereka ingin memecah jemariku
hanya untuk mencicipi
anggur darah yang tak pernah kujanjikan.
Mereka ingin menyusun cinta
dari sisa-sisa eksperimen
yang bahkan Tuhan pun malu melihatnya.

Maka kutanya sekali lagi—
bukan untuk Freud, bukan untuk Lacan,
bukan untuk siapa pun yang mencintai suara teori
lebih dari suara manusia:

"Bagaimana kau ingin menciptakan cinta,
dari botol kosong yang tak punya gema,
dan sepotong sosis
yang bahkan tak mampu mengingat bentuk asalnya?"

Jika cinta adalah mesin,
biarkan ia padam.

Jika cinta adalah tubuh,
biarkan ia kembali menjadi serabut mimpi
yang tak pernah selesai dirakit kembali.

Jika cinta adalah mitos,
biarkan ia runtuh
seperti aksara patah
di buku yang tak pernah berhasil kau tafsir.

(2011 — 2025)”
Titon Rahmawan